2.

137 20 7
                                    

"Jadinya gimana rencana liburan lo?" Tanya Javier. "Ayah – Bunda sudah tentuin mau kemana?"

Janu menggeleng, ia tidak tertarik dengan liburan. Karena baginya, diam di rumah tanpa melakukan apapun sudah menjadi sebuah liburan, "Mungkin ke rumah nenek lagi."

"Kalau memang begitu, lo nggak mau ikut sama gue aja?"

Janu memandang jauh ke lapangan rumput yang basah, genangan air muncul di beberapa titik. Bel pulang sudah berdering tiga puluh menit yang lalu, tapi mereka masih enggan beranjak dari sekolah.

"Gue mikir-mikir dulu ya." Tawaran Javier tidak menarik minatnya.

Javier agak kecewa. "This is our last chance, setelah lulus nanti lo dan gue bakal pisah."

"I can't believe it's happening."

"I know right..."

Terlintas dalam benak Janu mengenai hubungannya dengan Javier. "Since when, we're being a good best friend?"

"Entah, dari awal sekolah sepertinya. Why?"

Janu menggeleng. "Gue kadang masih suka heran."

"Tentang apa?"

"Kalau gue ternyata bisa punya sahabat."

Kedua alis Javier terangkat, sahabatnya sedang melow dan agak terdengar dramatis.

"Everyone has their own best friend."

Janu tersenyum.

"Just like you and me."

Mereka bertemu pertama kali ketika salah satu guru meminta agar ada seseorang yang mampu membimbing murid baru yang berasal dari luar negeri, Janu mengajukan dirinya setelah sang guru mengkhususkan murid dengan nilai ujian masuk bahasa inggris terbaik. Setelah itu, semua seolah-olah telah diatur oleh sekolah. Kelas mereka, tempat duduk mereka, dan hampir selama satu semester di kelas satu, Janu dan Javier selalu tergabung menjadi satu kelompok belajar yang sama.

Janu tidak keberatan, berhubung ia malas mencari teman lalu ia malah diberikan seorang teman. Sedangkan Javier, ia merasa beruntung bisa berteman dengan salah satu orang terpintar di sekolah. Bisa terlepas dari semua les dan pelajaran tambahan hanya dengan menyebut nama Janu. Mereka berdua, satu sama lain adalah teman pertama di dunia baru. Dunia Sekolah Mengah Atas.

 Dunia Sekolah Mengah Atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Teratas lagi?"

"Nggak, kali ini nomor tiga."

Javier terkejut. "Wow, siapa yang ada paling atas?"

"Dina, kelas sebelah."

Javier memastikan lagi nama yang tertera pada mading sekolah, kumpulan nama-nama dengan nilai terbaik untuk kenaikan kelas kali ini. Janu yang biasa berada di nomor satu atau dua di setiap semester, kini harus berada di nomor urut tiga, rekor terendah yang pernah didapatkannya.

EVER SINCE (Cinta Pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang