32.

60 13 2
                                    

Ingin rasanya ia kabur pagi ini, kembali masuk ke dalam kamar untuk merebahkan tubuh pada kasur yang empuk. Jam tujuh pagi tadi, Janu menemukan Arya tengah bersiap-siap. Berpakaian rapi dan terlihat begitu segar mempesona. Dalam hati Janu bergumam, tentu saja Arya terlihat sangat bahagia, setelah dengan puas hati memporak-porandakannya semalaman.

"Kamu istirahat ya, kelihatan masih lelah sekali."

Ucap Arya lembut dibarengi ciuman di kening, Janu hampir terlena dengan tawaran untuk beristirahat kembali sampai ia ingat untuk apa gerangan Arya tampak sibuk di pagi hari seperti ini.

Maka berakhirlah, mereka berdua tengah duduk di restoran hotel untuk memulai tujuan awal datang ke Yogya. Perjalanan bisnis yang sempat tertunda.

"Kamu gak perlu ikut, saya bisa bekerja sendiri."

"Tapi kan itu tujuan awal saya ikut datang ke sini?"

"Jangan dipaksa, kamu lagi kecapekan..."

Janu mendengus. "Memangnya siapa yang buat saya kecapekan seperti ini?"

Arya mengulum bibir.

"I already told you last night, satu sampai dua kali sudah cukup. Cuma kamu lima kali tapi tetap gak mau berhenti."

"Wah..." Arya memandang takjub. "Kamu ternyata frontal juga ya untuk bahas masalah intim di tempat umum?"

Janu melirik sekitar, para pelayan berlalu-lalang dan pengunjung lain sibuk dengan urusan mereka sendiri. "Gak ada yang peduli juga."

"Saya sudah berusaha untuk menahan diri." Ujar Arya penuh penekanan, tatapannya menghunus atensi Janu. Seolah melakukan penghakiman. "Tapi siapa yang terus menggoda saya setiap saya berhasil menahan diri?"

"Tapi kan-"

"Dan walaupun saya tidak mau berhenti, siapa yang selalu saja menikmati sampai terus memohon untuk memberikan kenikmatan yang lebih?"

"Shut the fuck up!" Bisik Janu kesal.

Arya tertawa dibuatnya, berhasil memutar balikkan keluhan Janu yang menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Janu cemberut, merasa dirinya diejek. Namun di satu sisi ia pun tak bisa membantah, karena memang walaupun dirinya dibuat lelah, Janu sendirilah yang meminta kenikmatan lebih. Salahkan dirinya yang terlalu dibuat mabuk oleh pesona Arya di atas ranjang.

"But, I'm glad that you like it." Tangan itu saling menggenggam di atas meja, menghiraukan pandangan mata yang mungkin saja memandang aneh ke arah mereka. Janu tidak hanya merasa merinding, namun ia juga merasa tergelitik dengan perlakuan Arya saat ini. Inilah situasi yang orang-orang selalu katakan dunia milik berdua, yang lain cuma kaum miskin untuk uang Arya yang tak terbatas.

"This is so awkward."

Arya mengerut. "Bagaimana bisa ini awkward? Sedangkan semalam kita ciuman seperti mau memakan satu sama lain."

Janu memutar mata malas. Jika pembahasan ini diteruskan, bisa-bisa mereka akan keceplosan di depan rekan kerja nanti.

Janu memutuskan untuk tidak sarapan pagi ini, ia masih merasa kenyang sejak makan malam semalam, memiliki porsi makan yang lebih dari biasanya. Sedangkan Arya menikmati sarapan dengan menu cukup berat, yaitu nasi goreng. Menikmati sarapan dengan sangat lahap seolah-olah tidak makan sejak kemarin.

"Lapar sekali?" Melihat Arya yang lahap membuat Janu semakin merasa tidak lapar.

"Hm?" Arya menoleh dengan pipi mengembung. "Iya, tenaga habis karena semalam."

Janu menghela. "Okay enough, jangan ada lagi pembahasan ambigu yang membahas kegiatan vulgar. Nanti malah keterusan."

Arya terkekeh, kembali menyantap sarapannya ditemani Janu yang memperhatikan.

EVER SINCE (Cinta Pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang