27.

47 14 10
                                    

Hampir setiap harinya kegiatan Janu itu-itu saja, monoton. Tidak banyak hal yang dilakukannya, bahkan pada saat akhir minggu seperti ini. Libur bekerja, ia akan menghabiskan waktu untuk bersama dirinya. Mengistirahatkan tubuh, menenangkan pikiran, dan berbicara dalam hati. Sudah cukup selama enam hari dirinya bekerja keras sebagai seorang karyawan, sekarang Janu ingin menjadi dirinya sendiri.

Meskipun sedang berada di keramaian, tidak masalah. Setelah menikmati sarapannya, ia melanjutkan dengan jatah es kopi pertama untuk hari itu. Setiap harinya Janu menikmati satu sampai dua gelas kopi, tidak pernah yang panas, Janu lebih suka es kopi. Tidak banyak pilihan minuman yang disukai Janu, selain kopi ia biasanya meminum susu. Jika mulai merasa bosan atau ketika tubuhnya sudah menunjukkan akan protes terhadap minuman-minuman itu, Janu akan beralih sesekali meminum jus.

Untuk tempat menikmati kopi pun, Janu hanya memiliki sedikit pilihan. Tidak semua restoran atau cafe sesuai dengan seleranya, sudah banyak pula ia menjelajahi coffee shop terbaik yang ia tahu. Namun akhirnya hanya beberapa yang lulus kriterianya.

Janu lebih suka tempat yang bersuasana rumahan, sedikit tempat berfoto yang mengundang keramaian, lebih luas bagian luar daripada dalam, rindang oleh kehijauan, dan penyajian kopinya membutuhkan waktu daripada instan.

Seperti tempat yang sudah menjadi langganannya ini, Mampir. Awalnya Janu kesulitan untuk menemukan coffee shop ini, tempatnya yang tersembunyi karena langsung berada di rumah sang pemilik. Tidak banyak orang awam yang tahu, karena kualitas kopinya yang tinggi dan mereka juga berfokus pada perkopian. Jadi hanya para pecinta kopi yang duduk mengisi kursi-kursi yang berada di sekitar Janu.

"Long black lagi Mas Janu?"

"Iya, terima kasih Dinda."

"Sama-sama mas. Oh ya, menu spesial hari ini kita ada, cheese cake. Kalau mas tertarik mau coba, bisa langsung ke kasir ya."

Janu mengangguk.

"Permisi mas." Dinda meninggalkan Janu yang duduk di teras luar.

Semua karyawan hapal dengan wajah Janu, pelanggan setia dari coffee shop mereka dan seseorang yang selalu memberikan tip lebih. Waktu kedatangan dan bagaimana selera kopinya, hampir semua tahu. Karena Janu memiliki kebiasaan yang monoton.

Kopinya sudah ada di atas meja, waktunya Janu untuk kembali sibuk dengan laptopnya. Membawa tulisan-tulisan dari bukunya untuk diketik ulang sekaligus melakukan revisi, ada satu judul buku yang sedang Janu kerjakan saat ini. Buku yang mendapat respon baik dari pembaca setianya. Pembaca online.

Berada di luar seperti ini, mampu menambah inspirasi Janu untuk menulis. Mempelajari dunia secara langsung, melihat sekelilingnya untuk mencari kata-kata yang sekiranya akan muncul dari khayalan-khayalan lamunannya.

Berjam-jam akan ia relakan untuk dihabiskan pada halaman-halaman yang dipenuhi oleh ketikannya, selama Janu merasa tenang dan meringankan pikirannya. Janu rela tenggelam dalam waktu-waktu yang bergulir hilang.

"Permisi."

"Iya Mas Janu, ada yang bisa dibantu?" Pria muda muncul dari bawah meja kasir.

"Saya mau coba spesial menu hari ini."

"Oh, cheesecake ya?"

"Iya Indra."

"Oke mas, sebentar ya."

Janu mengangguk, memutuskan menunggu dengan melihat-lihat etalasi kaca yang mencampilkan menu-menu berbagai macam kue dengan berbagai bentuk dan rasa. Menimbang-nimbang apakah ia perlu menambah lagi pesanannya atau tidak.

"Selamat datang!"

Janu sedikit terkejut mendengar suara Dinda yang cukup keras, menyambut pelanggan lain. Semangat gadis itu memang layak diacungi jempol, memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap. Tidak heran jika Janu sendiri sering memberikannya tip.

EVER SINCE (Cinta Pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang