35.

23 6 2
                                    

Dalam sekejap kabar yang menghebohkan berhasil tersebar dipenjuru sekolah, penghuni sekolah langsung berkumpul membentuk kelompok-kelompok kecil yang memenuhi sudut-sudut. Mereka sampai melupakan sarapan dan tugas-tugas yang belum selesai, hanya karena sebuah berita panas yang baru saja terjadi.

Janu juga merasakan kehebohan yang terjadi, melihat bagaimana teman-temannya begitu semangat untuk bercerita dan menanggapi. Tak dapat dipungkiri, sebagai manusia biasa yang harus bersosialisasi, Janu juga ikut penasaran dengan apa yang terjadi. Namun biasanya tanpa mencari sumber berita. Berita itu yang akan menyamperinya.

"Something happened." Tegur Javier ketika menyapa Janu pagi ini. Sesuai dugaan Janu, berita itu yang menghampirinya.

"I don't know." Sahut Janu jujur.

Javier mengerut, seolah-olah tidak percaya dengan jawaban dari sahabatnya itu. "Kok bisa lo gak tahu?"

"Memangnya gue harus tahu?"

"Gue kira dia bakal cerita ke lo."

Alis Janu mengkerut. "Dia siapa?"

Javier yang berdiri, membungkukkan badan untuk mendekatkan wajahnya dengan Janu yang sedang duduk. Janu dapat mendengar suara helaan nafas berat milik Javier.

"Your boyfriend..." Bisik Javier pelan, penuh penekanan pada kata-katanya.

Mata Janu membola, paham jika Javier sedang mengerjainya. Namun berhasil membuat Janu merasa tersipu dan malu. Bahkan ia berhasil dibuat salah tingkah karenanya.

"Kenapa lo malah jadi diem gitu?"

Janu geleng-geleng, berusaha mengembalikan kesadarannya. "My boyfriend, who?"

Javier menarik kursi lalu duduk di sebelah Janu. "Something happened with Vian."

"Dia kenapa?" Perasaan khawatir itu mulai datang. Seingat Janu, kemarin setelah mereka berpisah semua baik-baik saja. Bahkan Vian kemarin langsung pulang ke rumah, masalah apa yang bisa pria remaja itu lakukan sampai menggemparkan seisi sekolah.

"Masalah keluarga?" Gumam Janu.

"Darimana lo tahu kalau itu masalah keluarga?"

"Gue cuma menebak."

"Kalian sudah sedekat itu ya?"

Janu menghela nafas. Ia selalu merasa lelah ketika Javier sudah membahas masalah hubungannya dengan Vian. Apalagi melihat wajah cemburu yang Javier tunjukkan.

"I think it's enough."

Javier cemberut. "Alright then..."

"Please..."

"What?!"

"Lo gak cocok banget buat cemburuan begitu."

"Gue cemburu?"

"Terlihat jelas."

"Lo salah lihat."

"Just tell me what happened."

Mari cukupkan basa-basinya dengan Javier saat ini, karena Janu sudah sangat ingin tahu dengan apa yang terjadi kepada Vian.

"He is fighting with his genk."

Janu mengkerut. "No way."

"Itu yang gue denger,. Kemarin malam, di One Spark."

"One Spark?" Itu adalah salah satu club malam paling terkenal. Tentu saja Vian dan teman-temannya bisa sering berkumpul disana. Hanya masalahnya, Vian berkata akan langsung pulang kemarin malam.

EVER SINCE (Cinta Pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang