20.

81 15 7
                                    

Pagi ini suasana hati Janu sedang tidak baik. Ia menghiraukan celotehan Baim yang tidak berhenti seperti biasa, merespon seadanya sapaan Arya yang memamerkan senyum manisnya, bahkan tidak menyapa rekan-rekan kerjanya yang lain. Langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya tanpa ingin diganggu.

Pagi-pagi sekali Janu datang ke kantor karena terbangun oleh mimpi buruk yang tidak ingin ia ingat kembali. Janu terheran mengapa kenangan-kenangan masa lalunya bisa kembali datang melalui mimpi. Susah payah ia mencoba melupakan, tapi sekejap mata tertutup, semua memori itu kembali muncul.

Pernah sekali ia mencoba untuk berdamai dengan masa lalunya, hanya saja bagi Janu itu terlalu sulit. Banyak perasaan yang tersimpan, hingga Janu tidak tega untuk benar-benar meninggalkannya.

Suara ketukan terdengar dua kali, pintu terbuka disusul kepala Baim menyembul. "Kak, lo gak mau lunch bareng? Anak-anak yang lain nungguin."

Janu menoleh dari layar komputernya. "Gue kayaknya hari ini skip dulu."

"Lo okay kan kak?"

Janu mengangguk. "I'm just not in the mood to stay in crowded place."

Baim maklum, ia paham. Terkadang ada saatnya dimana Janu menginginkan waktu-waktunya untuk sendiri, ketika merasa energinya terkuras habis, Janu hanya ingin dirinya tidak berada di keramaian, tidak juga ingin diganggu.

"Mau gue bawain makan siangnya ke sini?"

Janu tersenyum simpul. "No thanks. Gue kayaknya mau minta dibikinin kopi sama Pak Damar."

"Alright then, tell me if you need something." Baim lekas menutup pintu, tak ingin terlalu lama mengganggu waktu Janu di momen sedang beranti-social.

Disaat-saat suasana hatinya yang seperti ini, Janu akan memfokuskan diri pada pekerjaannya. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin, tidak ingin terlena pada kegalauan yang mungkin bagi orang lain akan mereka lalui dengan bermalas-malasan.

Hidup menjadi seseorang yang sangat produktif telah Janu lalui selama ini. Selalu memprioritaskan waktunya pada hal-hal yang memiliki manfaat banyak. Meski sedang dalam suasana sedih, marah, maupun lelah. Janu akan memberikan yang terbaik.

Pintu ruangan kembali terbuka, kali ini tanpa ketukan.

"Gue sudah fix skip. Did you forget something?" Tanya Janu tanpa menoleh.

"Did I do something wrong?"

Janu mengernyit, melihat Arya yang berada di tengah-tengah ruangannya.

"Ada yang bisa saya bantu pak?"

Janu memberi batasan. Arya mengerti, mereka ada disituasi sebagai atasan dan bawahan.

"Kamu kelihatan gak bersemangat hari ini."

"Maaf, saya kurang istirahat."

Arya mengerut, berpikir mungkinkah acara makan malam mereka semalam menyebabkan Janu kelelahan?

"Maaf karena kemarin buat kamu pulang larut, sampai kurang istirahat."

"Jangan khawatir pak, makan malam sebentar tidak akan buat saya kelelahan."

"Syukurlah, saya kira karena makan malam kemarin."

Memang bukan karena makan malam. Tapi karena seseorang yang mirip lo di masa lalu yang masih ganggu gue. Ucap Janu dalam hati.

"Sekarang jam makan siang, kamu gak istirahat?" Tanya Arya, mengecek jam tangannya. Waktu istirahat sudah berjalan lima belas menit. "Mau menemani saya makan siang?" Lanjutnya.

EVER SINCE (Cinta Pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang