06

2.9K 363 118
                                    

Anis, kedua orangtuanya, bahkan sepupunya diadili di pengadilan. Saksi-saksi datang, dari temat-teman Juan, Putri, Pak Catur, bahkan sampai anggota BEM yang ikut membantu.

Tidak ada keringanan sedikit pun. Anis dan Eki dibui dengan pasal berlipat, pencemaran nama baik, ancaman, juga pelecehan seksual. Termasuk orangtua Anis yang hwrus membayar denda cukup besar.

Juan sama sekali tidak mau mendengar permintaan maaf. Masa bodo dengan orangtua Anis yang nangis-nangis karena anaknya harus menerima hukuman berat. Juan rasa itu masih tidak setimpal dengan efek yang ditinggalkan karena kejadian kemarin.

Dari sana, Juan berhenti sementara menjadi sopir Pak Catur, status mahasiswanya juga aktif lagi. Juan melakukan terapi psikologi, trauma healing, untuk dirinya yang hancur secara mental. Fitnah benar-benar lebih kejam dari pembunuhan. Juan yang tidak tau apa-apa malah disangka pelaku dan kini menanggung efeknya.

Kampret. Padahal Juan tuh best boi!

Kembali menjadi mahasiswa lagi. Seiring berjalannya waktu, kasus yang lalu juga lama-lama redup. Tidak ada lagi yang pernah membahas soal masalah Juan sama Anis. Namanya sosial media, yang baru datang, yang lama hilang. Untuk yang satu itu Juan sangat bersyukur sih. Jadi ia bisa fokus dengan terapi psikologisnya.

Awal-awal dulu masih setiap hari, lalu seminggu sekali karena ditakutkan traumanya semakin parah dan menimbulkan reaksi PTSD. Juan rutin terapi, sampai beres semester satu, beres juga segala terapi inti Juan.

Bapaknya Juan juga sudah kembali bekerja lagi. Pabrik sulit tanpa bapaknya Juan. Sepi juga tidak ada yang melawak. Seiring berjalannya waktu, memang semua akhirnya kembali normal.

Sesekali Juan masih diminta mengantar keluarga Pak Catur kalau mau berpergian saat akhir pekan. Kalau hari biasa ya tidak, karena ternyata bentrok sana-sini sama kuliah Juan. Pun, sedikit-sedikit Pak Catur juga sudah bisa bawa mobil lagi. Berkat rutin terapi tradisional dan medis.

Kadang masih pakai sopir, Juan tidak kenal sih. Hanya dengar dari Pak Catur yang kadang curhat soal sopir barunya.

"Libur sampe kapan Juan?"

"Awal Maret nanti baru masuk Pak."

"Ooh, lama juga."

"Iya gitu, kalo kuliah mah liburnya lama Pak. Tapi saya ikut kegiatan kampus gitu, jadi liburan begini juga masih bolak-balik kampus."

"Kegiatan apa? UKM?"

"Nggak." Juan melirik dulu, meminggirkan mobilnya agar bisa menyalip mobil depan. "Kan nanti tuh ada peringatan KAA gitu loh Pak, jad ada 29 kampus gitu ngewakilin negara-negara KAA, nah saya ikut."

"Lah? Keren banget. Acaranya dimana gitu? Untuk umum gak?"

"Untuk umum Pak, bebas. Free juga."

"Ooh, aktif sekarang ya di kegiatan gitu?"

"Ya gitu Pak." niat awalnya kan dulu maunya kuliah-pulang gitu-gitu saja, sekarang malah ikut kegiatan sebagai bentuk terapinya. Maksudnya, biar ingatan Juan tidak kembali ke distraksi yang lalu itu.

Sebenarnya juga, Juan sudah ikhlaskan dirinya yang dulu, yang nekat dulu itu. Sudah Juan maafkan dan lebih menerima dirinya sendiri. Yaa legowo lah istilahnya, terima kasih untuk psikolog yang selalu mendampingi Juan bahkan sampai sekarang.

Tidak seritin dulu yang seminggu sekali atau sebulan dua kali, sedibutuhkannya saja.

Juan sudah jauh dan jauh lebih baik. Yang paling penting memang memaafkan diri sendiri dulu. Baru bisa menerima kenyataan lainnya.

Seperti biasa, keluar toll Bekasi, langsung belok ke arah perumahan tempat sodara Pak Catur ini, tapi sebelumnya ya ngebaso dulu. Sekalian makan siang. Padahal nanti di rumah saudara Pak Catur juga disuguhi makanan lagi.

Hanjuan (BL 19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang