23

3.3K 328 117
                                        

Untuk beberapa saat yang jadi hot news bukan lagi soal Randi Huan tapi status hubungan Alfian dan Dias. Ternyata memang butuh waktu lama untuk mereka benar-benar menyatakan hubungan mereka sudah berpacaran.

Padahal Alfian sering juga ngajak Dias pacaran, tapi Diasnya yang kurang yakin. Ajakan Alfian itu seperti ajakan main, bukan sedang menyatakan perasaan yang sesungguhnya. Pun, Dias ragu apa ia bisa menjalin hubungan lebih dengan Alfian atau hanya sekadar teman tapi bonus senggama. Ya gitu.

Juan sampai capek sendiri ngasih taunya. Ia paham Alfian memang orangnya sesantai itu, Dias juga masih teringat-ingat soal prilaku Nikol dulu. Bukan trauma sih, cuma jaga-jaga saja.

Status mereka jelas juga belum lama ini, itu pun setelah ada insiden Dias ditembak adik tingkat. Alfian tidak terima lah, ya langsung saja menyatakan perasaannya. Walaupun sambil marah-marah banyak lawaknya. Tipikal Alfian sekali. Tapi akhirnya resmi juga kok mereka.

Kalau soal Randi Huan, sejak usia lima bulan, Juan dan Rayhan pindah ke rumah Hadi. Awalnya masih harus diyakini dulu sama orangtua mereka, tentang pindah, mengurus Randi Huan sampai soal baby sitter.

Sejak pindah, tidak langsung sewa baby sitter, masih dipikirkan matang-matang. Rayhan si bayik kecil ini juga makin ahli mengurus Randi Huan, dari memandikan, pakai baju dan segala macamnya. Paling ya jadi sepi saja di rumah berdua Randi Huan doang saat Juan kuliah, bapaknya Juan juga kerja.

Mungkin akan sewa saat nanti Rayhan masuk kuliah, itu pun belum pasti. Makin melihat Randi Huan tumbuh, Rayhan jadi terus berpikir... memang penting kuliah? Entah, selalu ada pemikiran seperti itu. Ya lulus kuliah tidak akan kerja lah, mengurus Randi Huan saja lah.

Tapi ya belum berani bilang ke Juan atau orangtua. Kalau bialng, pasti disuruhnya kuliah. Padahal Rayhan malas...

Sampai kini usia Randi Huan menginjak enam bulan. Sudah bisa makan bubur, mana lahab. Pipi makin gembil, perut buncit, pokoknya bulat! Mungkin efek Rayhan hobi makan cilok juga, makanya jadi bulat. Sebentar lagi juga diajak jajan cilok -_-

"Nanti kita dipanggilnya apa ya?"

"Hmm.. gak tau juga." Juan menoleh, melihat Randi Huan duduk dipangkuan Rayhan mengigiti teether berbentuk wortelnya. "Gue gak pernah kepikiran soal itu sih Han."

"Aku juga baru kepikiran tadi sih.. kadang kalo lagi ngajak ngobrol Huan, aku bingung gimana ngebahasainnya, manggil ke kita itu."

"Apa ya...?"

"Aku gak mau dipanggil ibu atau mama, bunda segala macem, aku ngelahirin tapi aku bukan perempuan."

"Hmm." Juan mengangguk. "Apa ya?" tanya lagi. "Mau manggil Papa, bokap lo udah dipanggil Papa. Masa ayah?"

"Ayah mah kamu aja kali. Ngajarin manggil kamu ayah."

"Terus, lo?"

Rayhan angkat bahu, "Gak tau." buntu lagi. Sampai Rayhan menggelendot pada Juan saking buntunya mau dipanggil apa. "Masa Daddy? Geli banget."

"Gue juga ogah. Lagian tampang Randi tuh lokal banget, gak cocok manggil daddy."

"Ih rasis. Tampang lokal begini juga dapet dari kamu."

"Lah bener! Kecuali lo sugar daddy."

"Sugar daddy buat anak sendiri bisa gak?"

"Itu mah kewajiban. Ah dahlah. Jadi apa? Ayah sama apa?"

"Baba? Bubu? Bibi? Bebe? Oh Bobo. Boci, Bobo Cilok."

"Serah Han." Juan melengos, buat Rayhan tertawa dan menarik pergatian Randi Huan sampai mendongak-dongak kepo dengan orangtuanya.

Hanjuan (BL 19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang