08

2.5K 360 150
                                    

Juan bolos latihan. Waktu dapat telpon Rayhan dengan teriakan itu, Juan langsung ke parkiran, berangkat ke sekolah Rayhan yang ketika sampai depan gerbang, ada ambulan yang baru masuk juga.

Ia parkir seadanya, langsung kabur ke dalam meski sempat ditahan satpam tapi untung satpamnya ingat Juan. Lari-lari ia mendekati kerumunan, tangannya dingin, gemetar, sambil cepat-cepat mencari kontak Pak Catur.

Rayhan sekarat.

Rayhan sekarat.

Rayhan sekarat.

"Hal-"

"Pak, Rayhan digebukin di sekolah Pak. Saya baru sampe, Rayhan mau dibawa ke Rumah Sakit pake ambulan."

"Hah? Kok sekolah gak ngehubungin saya?"

"Sebentar Pak." Juan makin mendekat, "Bu? Udah ngehubungin orang tua Rayhan?"

"Tadi nelpon ke rumah gak ada yang angkat, sekarang lagi coba nelpon ke nomor orangtnya." jawbanya cepat.

Juan katakan ulang apa yang dikatakan guru tadi pada Pak Catur. Panik, ya jelas panik. Bahkan Pak Catur juga langsung izin pulang cepat dan ke Rumah Sakit. Juan diminta menemani Rayhan dulu, padahal tanpa diminta sudah pasti ditemani.

Rayhan sudah tidak sadarkan diri waktu ia dibawa ke ambulan. Seorang guru ikut mobil ambulan dan Juan naik motor. Ia memberi tau sopir ambulan tersebut untuk membawa ke Rumah Sakit yang dibilang Pak Catur tadi. Untungnya tidak jauh dari sana.

Masih jelas di kepala Juan, Rayhan babak belur, ujung bibirnya luka, pelipisnya memar bahkan dari hidungnya juga mengeluarkan darah. Tidak tau gimana kondisi bagian tubuh lainnya. Juan hanya sempat lihat lengan Rayhan banyak goresan dan merah-merah seperti mau memar.

Tidak henti Juan mengabari Pak Catur soal Rayhan, dari tiba di IGD sampai pertolongan pertamanya. Juan abaikan telpon yang masuk, mencari Juan karena belum juga ikut kumpul untuk latihan. Padahal... hanya tinggal menghitung hari sampai hari H.

Satu-satu keluarga Rayhan datang, dari ibunya, lalu Pak Catur dengan sopirnya. Juan cuma bisa diam waktu ibunya menangis mencoba kuat melihat kondisi Rayhan. Pak Catur mengurus administrasi sampai kelengkapan untuk rawat inap. Ya, sudah dipastikan Rayhan akan melakukan perawatan lebih di Rumah Sakit.

Dari hasil pemeriksaan keseluruhan, hal terparah dari pengeroyokan pada Rayhan ini adalah dua jadi tangan kiri Rayhan patah. Sisanya lebam dan luka-kuka gores.

Pihak sekolah mengakui kalau mereka segera sadar Rayhan dikeroyok setelah ada beberapa siswi lain yang melihat Rayhan diajak pergi paksa mengadu ke Ruang Guru. Mereka buru-buru datang ke belakang kantin dan menemukan Rayhan sudah babak belur. Tendangan terakhir buat Rayhan langsung kehilangan kesadaran.

Juan cerita pada Pak Catur dan istirnya kenapa ia bisa ada di sekolah Rayhan. Ya Juan ceritakan semua, akrhirnya benar-benar semua Juan ceritakan kalau sudah lama Rayhan dibully empat teman sekelasnya.

Juan beberkan semua yang ia tau, meskipun tetap tidak mengatakan kenapa Rayhan bisa sampai dibully, karena Juan juga tidak tau.

Jam lima lewat, setelah semua lebih tenang, Juan baru menelpon temannya. Mengatakan kalau sedang di Rumah Sakit, darurat dan sama sekali tidak bisa ditinggal. Temannya menyampaikam izin Juan pada Presma dan tentu Juan diizinkan.

Ia hanya duduk sendirian di luar. Rayhan sudah dipindah ke kamar rawat inap tapi Juan juga belum bisa menemui, untuk sekadar bertemu orangtuanya saja tidak bisa. Jadi Juan putuskan untuk mengirim pesan kalau ia pulang duluan.

Dibilang pulang juga sebenarnya tidak juga. Juan kembali ke kampus. Pikirannya masih penuh, tidak jelas, tapi Juan tetap mau ke kampus dan lanjut ikut latihan meski hanya sebentar.

Hanjuan (BL 19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang