12

3.1K 380 158
                                        

"Pak.."

"Hm."

"Kayaknya Juan gay deh."

Bapaknya, Hadi, yang lagi sibuk masak telur pagi-pagi ini seketika diam. Ia menoleh melihat Juan di meja makan menyiapkan nasi.

"Serius kamu?"

"Hm, masih kayaknya."

"Sama Rehan?"

Juan melirik, lalu angkat bahu. "Juan masih belum yakin Pak, cuma Juan ngerasanya ke arah sana aja."

"Oh. Ya udah."

"Gak marah?"

"Emang bapak kamu nih pernah marah apa?"

"Nggak sih, ya takutnya Bapak kecewa atau gimana gitu ke Juan. Bilang aja Pak. Juan juga belum yakin Juan gay atau cuma baper."

Dua telur dadarnya dibawa langsung ke meja, menyajikan sarapan pagi ini yang sederhana saja. "Bapak mah terserah kamu Wan. Kalo pun emang kamu gay ya Bapak bisa paham."

"Hmm."

"Dari kapan?"

"Gak tau juga."

"Sama Rehan?"

Juan diam dulu.

"Atau sama temen kuliah?"

"Nggak, bukan kok, gak sama temen kuliah.. Sama Rayhan."

"Baper kamu?"

"Kayaknya." Juan suap lagi sarapannya, "Tapi emang Juan ngerasa begini ke Rayhan aja."

"Hmm." bapaknya mengangguk-anggup, membuka Facebook lagi, tiada hari tanpa fesbukan. "Ya udah. Asal kamu bener Wan, gak main-main, gak aneh-aneh ya Bapak mah terserah kamu aja, yang penting kamu nyaman, kamu ngejalaninnya bener, Bapak mah dukung aja."

Ya bapaknya memang hanya bisa mendukung, meski ada sedikit rasa penyesalan atau kecewa. Hadi ini kan orang yang paling tau Juan, sudah dari Juan umur satu hari Hadi merawat Juan, dan kini Juan mengaku kalau ia gay, Hadi bisa apa?

Hadi tidak punya alasan untuk marah pada Juan. Ia paham, benar-benar paham. Juan punya trauma dengan masalah lalu, Hadi bahkan tau Juan masih mendatangi psikolognya sesekali. Kini Hadi dengar Juan itu gay rasanya wajar saja. Hadi bisa paham kenapa Juan tidak mau lagi berhubungan dengan perempuan. Hadi mengingat kejadian dulu saja sudah sakit, gimana Juan?

Sejak lama, apapun pilihan Juan, Hadi akan mendukung. Soal pendidikan dan segala macam termasuk soal orientasi seksualitas ini. Benar Hadi kaget, tapi hanya sesaat. Hanjuan Pribadi tetap anak walaupun seorang gay.

"Nanti kamu pulang cepet kan?"

"Iya Pak."

"Malem kita belanja bulanan. Udah abis semua."

"Lah? Kenapa gak besok aja mumpung weekend?"

"Besok Bapak ada perlu, kayaknya bakal seharian. Minggu juga ada kondangan, jadi nanti malem aja. Nunggu sampe minggu keburu abis semua."

"Ooh. Yaudah."

"Minggu nanti kamu ikut kondangan loh. Gak main kan?"

"Ya mau main juga bisa abis dari kondangan Pak. Paling juga kumpulnya disini."

"Iya sih." Jawab Hadi pelan. "Ya udah, Bapak berangkat dulu. Kamu nanti hati-hati ke kampusnya."

"Iya Pak. Bapak juga hati-hati."

Setelah bapaknya hilang dari pandangan, Juan kembali masuk, beberes sambil nyuci baju. Masih ada waktu, ia kuliah jam sepuluh. Mau nyetrika dulu juga bisa. Juan cekatan, jadi semua cepat dan rapi. Sudah terbiasa soalnya.

Hanjuan (BL 19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang