24

2.7K 296 77
                                    

Yang paling bingung setelah lulus kuliah sebenarnya bukan Juan atau malah ketiga sohib sejak SMAnya, melainkan Dias sendiri yang hitungannya sudah enak tidak perlu melamar sana-sini karena lanjut jadi Asdos di kampus.

Bukan masalah upah asdos, tapi Dias merasa stuck tidak ada kemajuan sama sekali. Ya Dias juga bukan berarti ngelunjak mau jadi Dosen, bukan. Cuma ya.. stuck gitu. Stagnan. Tidak merasakan ada kemajuan untuk dirinya sendiri.

Dias dapat tawaran kerja di tempat magangnya dulu... yang artinya di Jepang. Dias mau, semangat 45, tapi nanti malah LDRan sama ayang. Kan.... cemazzz.

Ya gimana dong? Dias tau benar Alfian ini tipe yang gampang sekali menggaet teman ngobrol, gampang berbaur tidak pakai canggung-canggung, suka melawak pula jadi suasananya cerah terus. Dias malas kalau nanti ada yang baper sama kebaikan Alfian dan berakhir perselingkuhan. Eh nggak deng. Dias tau Alfian bukan orang yang seperti itu. Tapi ya tetep aja bikin cemburu!

Ternyata Dias pencemburu.

Wajar kok, kalo tipe-tipe macam Alfian didekati orang terus gak cemburu ya aneh saja.

Alfian sudah kerja, di kantoran, jadi budak korporat, Juan dan Dimas juga, mereka bertiga jadi budak korporat. Yang beda tentu Puttro sendiri, jadi Pegawai Negri dia. Pasti orangtuanya bangga banget deh, terus diomongin ke orang-orang anaknya lulus CPNS. Tipikal orang Indo.

Oh, kalau Juan, ia benar-benar langsung melamar kerja sana sini begitu lulus kuliah, sampai lah ia diterima ia di bagian Software Developer. Nyambung sama kuliahnya dulu kok, meski awalnya Juan kira ia bakal kerja di pabrik seperti bapaknya sih.

Setahunan kerja, gajinya makin luar biasa. Ternyata Juan di tempat kerja sangat diandalkan. Kerjanya yang cekatan itu yang buat atasan dan rekan kerja Juan suka dengan Juan. Jadi wajar saja kalau upah kerja Juan ada peningkatan. Sesuai dengan hasil kerja.

Keperluan Randi Huan dan Rayhan kini sepenuhnya Juan yang tanggung. Eh.. biaya kuliah dan yang jajan Rayhan masih orangtuanga sih. Juan pernah mengatakan kalau ia mau melanjukan membiayain kuliah Rayhan, tapi lagi-lagi ditolak mentah-mentah oleh orangtua Rayhan terutama Pak Catur. Katanya, urusan itu masih tanggung jawab orangtua. Juan mah nyenengin Randi Huan sama Rayhan aja.

Ya.. ya sudah lah. Juan bisa apa selain bersyukur punya mertu- eh bentar belum nikah. Ya pokoknga punya orangtua seperti Pak Catur dan istrinya.

Randi Huan bawa kebaikan untuk semua orang. Termasuk orangtua Rayhan yang berubah total sejak di bocah cilok masih dalam kandungan.

Sudah tiga tahun sekarang, mau empat. Rencananya mau mulai masuk Play Group, di komplek rumah orangtua Rayhan, biar dekat ada yang jemput. Rencananya sih gitu, tapi Rayhan maunya di TK dekat rumah Juan. Cuma ya masih mikir-mikir, kan Rayhan juga masih kuliah, tidak ada yang jemput kalau sudah waktunya pulang.

Sementara Rayhan baru akan lulus setengah tahun lagi. Anaknya lagi mau nyusun skripsi. Tidak pakai PKL dan proposal karena program 3.5 tahun.

"Kalo abis main diberesin lagi dong Randi. Kalo mau main yang baru, yang abis dimainin sebelumnya diberesin dulu, jangan semua dikeluarin."

"Iya."

"Dilakuin, jangan cuma iya aja."

Randi Huan mengangguk, memunguti mainan balok untuk dimasukan ke kotaknya. "Ayah."

"Hm?"

"Beli es krim?"

"Besok aja ah, Ayah capek banget nih baru pulang."

"Ayah, Ayah.. tadi aku sama Baba beli kue, ada mainan."

Juan melirik, menyimpan handphonenya, "Beli kue kok ada mainan?"

Hanjuan (BL 19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang