Langit seakan runtuh menimpa dirinya. Jungkook menelisik hati kala detak jantung yang berpacu. Terbayang seraut wajah tampan berbingkai cinta putih sang terpuja di sudut pelupuk mata.
Seakan-akan bumi tak pernah membiarkan dirinya untuk berdiri tenang di atasnya. Sekali lagi hatinya terusik kembali. Kata demi kata yang di ucap sang sahabat membuatnya terpaku pada seuntai keterpurukan yang di alami pria yang dicintainya. Dirinya dapat merasakan itu karna hal itu pun telah di alaminya ,tapi masih bisa ia kendalikan.
"Tidak"
Susah payah jimin menjelaskan kondisi taehyung yang sebenarnya namun pria bergigi kelinci ini tidak mau ikut dengannya untuk menemui taehyung yang terus memanggilnya.
"Ada apa denganmu jungkook. Tidakkah kau mencintainya lagi?"
Jungkook diam tak menjawab.
"Aku tak habis pikir Jungkook. Jika kau benar tidak mencintainya lagi. Setidaknya kau masih punya hati, atas dasar kemanusiaan"
Jungkook menggeleng.
"Aku tak mau kecewa lagi .
Kau tau, selalu kekecewaan yang ku dapati setiap memulai sebuah harapan. Itu menyakitiku lagi dan lagi. Aku lelah Jim. Aku lelah. Aku tak mau mengingatnya apalagi bertemu dengannya.""Jungkook..."
"Jangan paksa aku"
Jimin menggenggam jemari Jungkook.
"Kau tau aku selalu mendukung apapun yang kau lakukan. Tapi kali ini saja bisakah kau sedikit medengarkanku, taehyung hanya bisa sembuh dengan hadirnya dirimu""Setelah dia sembuh lalu aku terluka lagi, dia akan membiarkan aku pergi setelahnya."
"Baiklah,aku tak bisa lagi memaksamu, aku mengerti perasaanmu"
Keduanya hening..
Berdiri dan membuka suara jimin menatap sahabatnya.
"Aku pergi,dan aku kecewa padamu jungkook kau tak mau sedikit saja menurunkan egomu. Setelah kakiku melangkah keluar dari pintu rumahmu ini,aku tak mau menerima penyesalanmu seperti yang sudah sudah, datang menangis nangis di hadapanku."
Jungkook terdiam. Pria park melangkahkan kakinya dari rumah minimalis itu pulang kembali ke negaranya dan tak mau ikut campur lagi.
....
Malam hari suasana kota tempat jungkook tinggal sangat sepi , para people lebih senang beristirahat di rumah masing-masing dibandingkan berada di luar karna cuaca saat ini sangat dingin. Jungkook berjalan kaki menyusuri jalan setapak di pinggir hutan untuk menuju rumahnya. Fokusnya melangkahkan kaki, namun tak jauh di depannya, jungkook samar melihat siluet seorang tinggi tegap membelakanginya berdiri di pinggiran jurang terjal di sana.
Remang remang hanya di terangi seburat bulan sabit pada malam ini jungkook mendekati perlahan orang tersebut. Semakin dekat semakin rasanya jungkook mengenal punggung orang tersebut. Orang itu terlihat menundukkan kepala melihat ke bawah sana jurang terjal dan dalam.
"Hey apa yang kau lakukan di sana, kau bisa jatuh, bisakah kau jauhkan diri dari sana?"
Orang itu melihat ke belakang, tanpa mengubah posisi berdirinya. Jungkook sangat terkejut. Ia mengenal orang itu.
"Tae_.."
"Kookie_.."
"Cepat ke sini tae kau bisa jatuh"
"Tidak kookie, kau tidak mencintaiku , aku ingin loncat saja ,kau meninggalkanku , aku merindukanmu kookie "
Mata jungkook membulat. Mengangkat tangannya ingin menggapai taehyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
LELAH INI
Storie brevi"SUDAH JIMIN ! Sudaaah jangan di lanjutkan lagiii.." taehyung menutup telinganya kepalanya menggeleng geleng tak kuat dengan apa yang di dengarnya. Namun jimin, jimin harus menyelesaikan ini semua.