Sebuah Keterbukaan...

565 8 0
                                    

Semenjak kejadian beberapa hari lalu, pikiran Ciello semakin gelisah. Berulangkali ia hanya mendapat tatapan ibunya tanpa ada satu pembicaraan apapun. Bahkan ketika mereka saling berpapasan, Ciello dan Citra hanya saling melirik dan mengadu tatapan. Tak ada sapaan, tak ada komunikasi. Mereka berdua sama-sama diam.

Hingga suatu pagi, ketika mereka berpapasan di dapur. Ciello memberanikan dirinya untuk memulai percakapan dengan ibunya.

"Maa ... " Ucap Ciello lirih

Citra tak menjawab, ia masih saja sibuk memasak. Memotong daun-daun sayur dan memasukkannya dalam panci panas.

".........Sepertinya kita perlu bicara tentang hal kemarin Maa.... " Ucap Ciello lagi.

Sejenak, Citra menghentikan aktifitasnya. Ia lalu mencuci tangannya ke wastafel dan mengusapkan telapak tangan basahnya kebongkahan pantatnya yang seksi.

"Uuuhh..... Pantat bulat Mama...." Kagum Ciello ketika melihat bulatan pantat ibunya.

Semenjak kejadian kemarin entah kenapa, pikiran mesum Ciello semakin menjadi-jadi. Walau Citra masih mengenakan pakaian lengkap, tetap saja otak mesum Ciello selalu berpikiran ngeres terhadapnya. Kilasan memory dimana ibunya sedang mengocoki vaginanya dalam-dalam sambil menyebut-nyebut namanya, selalu berkelebat hebat di pikirannya.

"Hmmm.... Iya Sayang... Sepertinya kita harus bicara.... Banyak...." Balas Citra pelan dan tegas, sembari mengambil kursi yang ada disamping Ciello.
"Maa... Ciello....." Ucap Ciello.
"Ssssttt..." Tutup jari Citra pada bibir putranya, "Mama ngerti Sayang... Maafin Mama ya..." Ucap Citra singkat sambil tersenyum.

"Loh... Kok....?" Heran Ciello.

"Sayang... " Ucap Citra sambil mengusap dahi Ciello, "Kamu adalah anak lelaki Mama satu-satunya... Dan kamu tahu...? Mama begitu sayang padamu Nak...." Jelas Citra, "Kita tidak bisa membiarkan hal aneh ini menjadi semakin berkepanjangan..."
"Maa...." Gumam Ciello tak meneruskan kata-katanya. Matanya menatap turun, kearah kaki mulus Citra, kejemari lentik di kaki ibunya, kelantai yang ia tapaki. "Ciello..... Ciello malu Maa..."

"Iya.... Pastinya.... Mama tahu hal itu Sayang.... " Usap Citra lagi kedahi Ciello sembari menggeser kursi makannya, mendekat kearah Ciello duduk. "Kamu pasti diomongin teman-temanmu ya.....?"

Ciello mengangguk.

"Maafin Mama ya Nak...." Ucap Citra lagi. Ia lalu menarik kepala Ciello mendekat kearah payudaranya, kemudian ia mendekap putranya dalam-dalam di dadanya. "Mama tahu Nak.... Pasti teman-temanmu tak henti-hentinya berkata cabul tentang Mama ya Nak...?"
"I... Iya.... Maa.... " Jawab Ciello menganggukkan kepalanya. Sambil membalas dekapan Citra dengan memeluk pinggang ramping ibunya. Sembari memeluk, Ciello juga semakin membenamkan kepalanya ketengah-tengah payudara besar Citra. Mencoba meraih kehangatan kasih Sayang yang tak ia rasakan selama beberapa hari ini, "Ciello.... Malu Maa... Tapi.... Sekaligus bangga..."

"Looohh....? Kok bangga....?" Heran Citra.
"Iya Maa... Ciello bangga jadi anak Mama..." Jelas Ciello, "Mama benar-benar jujur..."
"Maksud kamu apa Sayang...?" Tanya Citra yang kemudian menatap wajah Ciello erat-erat.

"Iya... Mama nggak munafik... Apa yang Mama rasakan... Mama langsung ungkapin saat itu juga...."
"Hhmmm... Maksudnya gimana sih....? Mama masih nggak mudeng...."

"Nnggg.... Inget nggak waktu Mama.... Nggg....Sedang ngobel... Nggg... Memek Mama...?"
"Nggg.... Yang mana ya Sayang...?" Tanya Citra sambil melirikkan bola matanya kelangit-langit, mencoba mengingat apa maksud perkataan Ciello.
"Waktu Mama.... Nggg... Sebelum orgasme....?" Jelas Ciello lagi. "Yang waktu Mama menyebut-nyebut nama Ciello....?"
"Oooww.. Ituu....? Hhmmm.... Iiii... Ya....? Emang kenapa....?"
"Disitu Ciello bisa langsung tahu Maa... Betapa sayangnya Mama ama Ciello...."
"Ooowwwalaaaahhhh.... Hihihihi....."
"Dan dari situ... Ciello tahu... Jika Mama juga memiliki rasa yang sama dengan apa yang Ciello rasakan selama ini.... Ciello juga Sayang mama...."

Kisah Keluarga Cemara BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang