32-Galang's punishment

36 6 1
                                    

- Mereka hanyalah korban atas kenaifan orang tua -

Nusa Merpati

Sekolah Menengah Atas milik Nicholas Braga Bratasena itu adalah sebagai hadiah atas kelahiran anak pertamanya, juga sebagai hadiah atas kepergiannya, sepertinya.

NusMer termasuk salah satu sekolah favorit di ibukota itu, Merpati yang berarti memiliki ketulusan meskipun dia akan terbang nantinya. Mengingat Nusa Merpati memiliki arti tersendiri, membuat Tuan Bratasena jarang mengunjungi sekolah itu.

Nusa Merpati merupakan tempat Pandu, Cakra dan Stefan menuntut ilmu sekarang. Seperti saat ini, mereka sedang makan bekal di taman belakang.

"Emang dah, Mas Pandu itu multitalent banget," puji Stefan dengan tatapan binar pada kotak makanannya.

Cakra mendongak lalu tersenyum lebar. "Gasalah sih kalo Pandu banyak yang suka, orang masak aja jago, apasih yang Pandu gabisa, suami idaman banget mah,"

Pandu merotasikan bola matanya, menatap jijik pada mereka berdua yang menurutnya alay.

Stefan menghentikan kunyahannya. "Ada tau yang dia gabisa, yaitu punya pacar. Ga pernah tuh sejarahnya Pandu pacaran," kekehnya menyindir Pandu.

Mendengar itu, Pandu diam-diam mengangkat salah satu sudut bibirnya. Cakra hanya tertawa kecil lalu matanya menerawang pada pohon beringin di dekatnya. "Kalo Galang liat kita makan bekal yang dibawa sendiri pasti dikatain miskin dah sama dia tuh." keluhnya dengan senyuman kecil.

"Ya kan emang miskin."

Stefan mendengus kasar menatap Pandu. "Gue ga miskin ya!" Pandu hanya menatap datar.

"Lo juga miskin kali, even you have nothing." tekannya dengan tatapan menelisik.

Wajah Stefan memerah, ia kemudian menjauhkan bekalnya menatap penuh pada Cakra. "Ya terserah apapun itu, lo bilang gue ga punya apa-apa it's okay, tapi ingat I can get them all then"

Pandu menatap jengah mereka berdua, tidak penting pikirnya. "Cak, kalau lo tau sesuatu itu, berarti lo juga tau kan apa dan siapa aja akibatnya,"

Cakra beralih pada Pandu. "Gue cuma tau sedikit Pan, dan gue ga mau tau apa akibatnya!"

Pandu menganggukkan kepalanya, mengulas senyum tipis. Stefan yang mendengar itu menatap tak suka. "Lo berdua ngomongin apasih?"

"Anak kecil gausah tau." ujar Pandu.

"Gue kasihan sama lo Stef," ucapan Cakra membuat keduanya mengernyit bingung.

Kasihan karena lo naif akibat orangtuamu.

Pandu berdecak. "Cak, gausah aneh-aneh."

***

Pagi ini, ketika Shakira turun dari mobil yang diantar oleh Mang Abi langsung disuguhkan dengan pemandangan dimana PancaBuddy minus Galang sedang show seperti biasa.

Ukulele Lilac milik Kang Surya masih menjadi alat musik pilihan pertama bagi mereka, dengan menyanyikan lagu into the unknown milik Aurora seakan menyambut kedatangan kedatangan Shakira.

Menyadari mereka hanya berempat, ia menolehkan kepalanya mencari sosok itu. Belum sempat ia bertanya pada Kevin yang menyadari kedatangannya, sebuah Aston Martin Vanquish Ultimate Volante berwana Diavolo Red datang disusul dengan pekikan para siswi Eagle.

Shakira mendongak melihat koridor di lantai dua dan tiga dipenuhi oleh siswi-siswi, ia berdecak dan berkata dalam hati siapa sih human dibalik nih mobil.

Matanya sedikit melebar ketika orang yang mengendarai mobil itu adalah anak dari pemilik sekolah ini, Galang Bratasena. Ia pun merotasikan matanya, lebay pikirnya mengingat dia disoraki heboh oleh cewek-cewek haus belaian.

G E N O P F I N D E   [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang