10# Aktivitas di Kantornya

1.9K 113 0
                                    

Happy reading

***

Pakiran kantor tampak lenggang daripada biasanya. Seharusnya halaman gedung ini akan dipenuhi oleh jajaran mobil yang memenuhi sampai terlihat penuh sesak. Resyakilla melirik jam tangannya, setengah lima sore. Kalau yang lain tampak keluar dari parkiran, anehnya mobil mereka malah masuk hingga baseman. Setelah memarkir mobil ditempat yang disediakan—hanya untuk pejabat tinggi kantor—Jonathan menyuruhnya turun.

Resyakilla menimbang apakah ia perlu membawa tugasnya sekalian kalau saja dia bosan disana nanti. Ia menengadah memandang Jonathan yang tampak agak sibuk dengan teleponnya.

“Mas Jo, nanti lama nggak? Apa aku perlu bawa buku ku keatas?”

Jonathan memandangnya sejenak, “terserah kamu.”

Bukan jawaban yang diinginkan Resyakilla, tau jika menanyakan hal seperti itu terkadang memang sia-sia untuk Jonathan. Kalau biasanya perempuan yang susah untuk ditanyai karena jawaban multitafsir mandiri itu, lain halnya dengan mereka. Jonathan lebih suka menggunakan kata itu daripada dirinya. Resyakilla tidak akan menayakan hal yang sama kedua kalinya. Ia meninggalkan bukunya, dan hanya membawa tasnya keluar.

Jonathan berjalan disampingnya dengan langkah yang lumayan lebar. Satu langkah Jonathan sama dengan dua langkah kecil Resyakilla. Agak sulit menyamakan kecepatan mereka. Saat dipintu masuk mereka bertemu dengan satpam penjaga. Satpam itu tersenyum menyapa atasannya yang dibalas sapa juga oleh Jonathan. Mereka menuju ke lift.

Sesampainya di dalam, Jonathan menekan tombol lantai 12 tempat ruangannya berada. Selagi menunggu, Resyakilla mengamati sepatunya. Ia jadi teringat kata Mika kalau barang-barangnya sudah waktunya untuk pensiun. Padahal ia suka memakai barang itu-itu saja karena mereka nyaman digunakan.

Menyadari hal itu, Jonathan ikut melihat kearah sepatu Resyakilla. “Kenapa sepatunya?” tanyanya memecahkan keheningan.

Resyakilla menoleh, mendapati pandangan Jonathan yang tertuju lurus padanya. “Nggak papa kok.”

Jonathan menyernyit, mencoba menganalisis jawaban ini. Ia teringat pelajaran pertama yang ia dapatkan dari kakak perempuan dan juga teman-teman perempuannya. Mereka sepakat kalau perempuan menjawab ‘tidak apa-apa’ berati sesuatu memang terjadi. Jadi ia tidak yakin yang dikatakan Resyakilla itu memang benar adanya atau tidak.

Resyakilla menyimak wajah Jonathan yang berkerut selagi melihatnya, lalu memalingkan kearah yang lain. Biasanya Jonathan tidak seperti ini, seolah ia sedang menimbang sesuatu untuk dikatakan atau tidak. Jonathan tipe orang yang akan langsung mengatakan apa yang dipikirkannya secara langsung tanpa berbelit, katanya hal itu penting.

Tidak terasa lift sampai di lantai 12, Resyakilla mengekori Jonathan melewati kubikel bersekat menuju ruangan yang ada di sisi lain. Beberapa karyawan yang bertemu mereka memberikan sapaan hormat kepada Jonathan, tidak heran karena memang ia bagian dari direksi perusahaan ini. Mereka tiba di depan ruangan Jonathan, disana ada Adam, Retha, dan salah seorang perempuan yang Resyakilla tidak kenal. Resyakilla menyapa mereka dengan sapaan dan senyuman selagi mengikuti Jonathan masuk kedalam ruangan.

“Duduk dulu aja Ca.” Kata Jonathan selagi berjalan menuju mejanya.

Resyakilla yang masih beberapa kali saja diajak kemari menjadi canggung. Ia bingung harus duduk dimana. Lalu Jonathan seolah memberikan kode agar ia duduk di sofa saja. Resyakilla menurutinya, ia mendudukkan dirinya di sofa yang lebih empuk dari yang ia kira.

Billionaire Marriage PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang