Happy reading!
Sorry for typos 🤪😬***
Resyakilla benar-benar hanyut dalam pekerjaannya. Dalam jangka waktu dua jam ia sudah menyelesaikan beberapa data yang diberikan oleh Yessi. Tidak berhenti disitu, Yessi terus memberinya tugas lain yang membuatnya tenggelam dalam pekerjaan. Ia bahkan melupakan keberadaannya disini—ia sampai lupa belum memberikan kabar apapun pada Adam yang membawanya kesini. Jam istirahat makan siang, Resyakilla baru sadar kalau ia sudah terpisah dengan Adam berjam-jam lamanya.
Ia membuka ponselnya yang dari tadi ada didalam tasnya. Beberapa panggilan tidak terjawab dari adam. Ada 3 pesan masuk dari Adam, juga Jonathan.
Adam : Eca kamu dimana?
Adam : Apa kamu tersesat?
Adam : Ca?Resyakilla membaca pesannya sekilas, kemudian mengetikkan balasan.
Resyakilla K : di kantor
Lalu ia membaca pesan masuk dari Jonathan.
Jonathan : Makan siang bareng?
Resyakilla mengetikkan balasan
Resyakilla K : Ok. Aku masih di kantor. Mas dimana?
Secepat kilat pesan wa nya langsung terbaca, ia bisa melihat Jonathan langsung mengetikkan balasan.
Jonathan : di sebelah mana?
Resyakilla menatap sekelilingnya, ia tidak tau tadi dibawa kemana oleh Yessi. Harusnya ini divisi marketing kan? Yessi mengatakannya.
Resyakilla : divisi marketing?
Jonathan : Ngapain di sana?
Resyakilla : ya kerja. Masa tidur.
Resyakilla meletakkan ponselnya dekat komputer. Ia meneliti lagi laporan yang ada dilayar komputernya. Baru 15 menit yang lalu—15 menit sebelum istirahat makan siang—Yessi memberikan tugas baru. Terhitung sudah ada 3, 4 tugas sepanjang pagi ini. Masih beberapa yang sudah diselesaikan Resyakilla. Kalau Jonathan tidak mengajaknya makan siang—mungkin ia akan mengerjakan tugasnya ini saja.
Resyakilla melirik meja Yessi, kosong. Manusia itu tidak ada ditempatnya. Suasana ruangan terlihat lenggang, hanya tinggal beberapa gelintir orang disana termasuk Resyakilla.
“Eca...” panggil seseorang.
Resyakilla melongok, mendapati Jonathan berjalan menghampirinya. Laki-laki itu berjalan santai menuju mejanya.
“Dari tadi Adam nyariin kamu, ternyata kamu di sini?” tanya Jonathan.
Resyakilla memasang wajah bingung.
“Tiba-tiba aku dibawa ke sini aja, ya nurut. Ada banyak kerjaan juga...” tunjuk Resyakilla menggunakan pada berkas-berkas yang berserakan di meja.
Jonathan memandang sekilas pekerjaan itu, tampak tidak mengerti. “Kamu di sini buat jadi sekretaris ku kan?”
Resyakilla menimang. Memang niatan awalnya begitu, tapi melihat meja Yessi, dan pekerjaan yang sedang dikerjakannya, Resyakilla merasa sepertinya sebaiknya kalau ia membantu Yessi—seperti pemagang sungguhan. Menjadi sekretaris Jonathan juga bekerja sih, tapi apa jadinya kalau mereka tau kalau ia adalah istrinya? Istri merangkap sekretaris? Mungkinkah bila orang-orang akan berpikir semacam kolusi model baru.
“Tapi disini ada banyak kerjaan Mas. Pekerjaanku ini saja belum selesai.”
“Bukannya ada orang lain?”
Resyakilla menaikkan bahunya.
“Lagian Mas juga biasanya sama Adam aja sudah cukup. Biarin aja aku di sini ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire Marriage Partner
Chick-LitResyakilla tau kalau suaminya itu pendiam, emotionless, kaku, moody, galak, tidak bisa disentuh. Segala aspek yang dimiliki suaminya berkebalikan dengan laki-laki idamannya. Tapi disisi lain, suaminya juga merupakan manusia yang disiplin, bertanggun...