Resyakilla menjelaskan sedikit perihal garis besar masalah yang ia pecahkan. Ia juga menunjukkan sumber buku pedoman yang ia gunakan untuk menyelesaikan masalah. Ia menerangkan dengan lancar beberapa solusi gagasan yang dipikirkannya tadi. Jonathan mendengarkan dengan saksama, ia juga memberikan beberapa masukan yang menjadi kelemahan dari solusi yang diberikan Resyakilla.Setelah banyak diskusi, akhirnya Resyakilla menemukan jawaban dari permasalahannya—yang sebenarnya lebih simpel dari yang ia perkirakan. Ia juga langsung menemukan pedoman yang harus digunakan. Resyakilla menyelesaikan tugasnya dengan gesit.
Saat lagi sibuk mengetik, Jonathan hanya bisa mengamati wajah serius Resyakilla yang menatap ke layar laptop. Senyuman terus tersungging dibibir gadis itu membuat Jonathan ikut senang. Ia mengambil buku cetak tebal yang ada dimeja, membolak balik halamannya agar terlihat sibuk.
“Sudah, itu aja masalahnya?” tanya Jonathan menunggu Resyakilla yang masih mengetik.
Resyakilla mendongak, ia memandang kearah Jonathan yang duduk bersandar di sofa sebelahnya. “Iya itu aja kok! Makasih ya Mas!”
Jonathan meletakkan buku cetaknya kembali ke meja. “Cuma makasih doang?” tanyanya lagi.
Resyakilla menyernyit, “Iya. Makasih gimana lagi dong?”
“Hmm...” tadinya Jonathan yang menatap Resyakilla dengan wajah berharap menjadi kembali datar. Bahkan terlihat lebih kaku dari sebelumnya.
Resyakilla bingung dengan perubahan itu, ia paham benar jika kemungkinan mood Jonathan kembali turun lagi, tapi ia tidak tau harus melakukan apa. Memang apa salahnya? Mungkinkah Jonathan minta sesuatu yang lain sebagai balasan?
Masih terpaku dengan pikirannya, Resyakilla diselamatkan oleh Mika yang masuk ke ruangan itu. Tadinya mereka memang mengerjakan tugas di balkon, tapi karena sudah malam dan hawa yang lebih dingin, mereka sepakat untuk bekerja di ruang keluarga.
“Gimana Ca? Udah nemu jawabannya?”
Resyakilla langsung menggunakan kesempatan ini untuk berpaling dari Jonathan. Benar-benar! Kenapa Jonathan ini bahkan lebih moody an daripada dosen wanitanya sih?! Perasaan mengganjal semacam ini yang membuat Resyakilla menjadi tidak nyaman.
“Udah kok Mik. Tingga bikin ppt nya aja. Nanti gue yang bikin, oh makalahnya belum gue beresin. Besok gue kirim deh, jangan lupa di print ya. tugas lo yang bawa.”
Mika langsung berdiri dengan postur tubuh siap hormat kepada Resyakilla. “Siap komandan! Kalau gitu sekarang kita udah selesai.”
“Hmm...” Resyakilla bergumam mengiyakan.
Mika menghadap kearah Jonathan yang masih duduk menyimak disana, “Terimakasih ya Mister.”
Jonathan mengangguk dengan wajah yang masih sama seperti biasanya, emotionless.
Menyadari suasana awkward itu, Mika langsung merapikan tasnya. Ia juga merapikan barang-barang milik Lukas. Entah kenapa, alarm nya memperingatinya agar segera pulang saja. Biar masalah selanjutnya di handle oleh Resyakilla sendiri.
“Eh sorry agak telat, gimana tugasnya? Pasti udah beres kan. Mika udah beres-beres buku.”
Saat Lukas barusaja bergabung, belum sampai ia duduk, Mika langsung mengajaknya untuk pulang. “Iya, semuanya udah beres. Kita balik yuk, Luke. Udah kemaleman nih, dicariin Mami!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire Marriage Partner
Literatura FemininaResyakilla tau kalau suaminya itu pendiam, emotionless, kaku, moody, galak, tidak bisa disentuh. Segala aspek yang dimiliki suaminya berkebalikan dengan laki-laki idamannya. Tapi disisi lain, suaminya juga merupakan manusia yang disiplin, bertanggun...