18# Magang

1.4K 98 4
                                    

Happy reading!
Sorry for typos 😬

***

Resyakilla menyusuri inbox email nya, mencari-cari perusahaan mana yang memberinya feedback atas proposal magangnya. Sebagai mahasiswa semester akhir, liburan ini tidak bisa ia habiskan dengan sia-sia seperti biasanya. Ia harus mulai program magang, menyiapkan skripsi dan berbagai tugas praktek lainnya. Ia mendesah berat, kurang 3 hari lagi program magangnya bisa dimulai tapi ia masih belum juga mendapatkan kabar atas proposalnya.

Resyakilla langsung mengetikkan sesuatu di grup chat nya.

Resyakilla K : Gimana? Kalian sudah dapat acc tempat magang?

Mikaila E : Blm acc. Tapi kemarin dapat lampu ijo dari tante, katanya bisa di usaha waralabanya.

Resyakilla K : Hmm... Gue blm dpt blsn apa2.

Mikaila E : Bukannya lo masukin juga di perusahaan Mister?

Resyakilla K : Iya sih, tapi gue sengaja nggak bilang Jo. Gue iseng aja. Nggak berharap di acc juga, soalnya perusahaan gede, xixixixixi

Lukas R : Gue udah dapat acc tuh...

Resyakilla K : Dmn?

Lukas R : Perusahaannya Papa.

Mikaila E : -_-
Mikaila E : Yaudah lah ya, kekuatan org dlm juga.

Lukas R : Lah, lo kmrn gue ajak kesana ga mau Ca. Blm dapat kan sekarang -_-

Resyakilla K : Ya kan pgn usaha dulu. Kalo disana nggak kayak magang beneran dong.

Lukas R : Yang penting magang lah.

Resyakilla membaca chat terakhir Lukas, memang ada benarnya juga, yang penting magang. Tapi ia ingin mendapatkan pengalaman dari magangnya ini. Ia ingin mendapatkan pengalaman sebelum terjun seutuhnya didunia kerja nanti. Namun akan menjadi masalah juga kalau ia tak kunjung mendapatkan tempat magang. Resyakilla mengacak rambutnya frustasi.

Ia berjalan kearah balkon, dari kejauhan ia bisa melihat di lapangan basket ada beberapa manusia yang tampak lincah bermain. Resyakilla selalu suka mengamati mereka dari kejauhan seperti ini. Para manusia idola yang mungkin menjadi pemeran utama dalam kisahnya masing-masing. Walaupun keringat bercucuran, kotoran menempel pada baju mereka karena bergulung-gulung dilapangan, Resyakilla masih berani jamin, ke tiga manusia itu tidak jauh dari kata ‘keren’ bagaimanapun penampilannya.

Resyakilla tersenyum melihat keasikan mereka. Tampaknya baik Adam, Jonathan, maupun Zuha tidak ada yang menyadari keberadaannya. Resyakilla tidak menemukan Kafa, kemungkinan karena jadwal yang padat. Ia juga tidak melihat Retha maupun Kana. Sepertinya mereka hanya berolahraga singkat seperti biasanya.

Resyakilla hendak masuk kembali saat ia mendengar namanya dipanggil. Resyakilla menoleh, melihat manusia-manusia itu kini sudah terkapar di lapangan.

“Ca, ngapain disana?” goda Zuha.

Resyakilla menggeleng, “nggak papa. Habis baca buku, suntuk aja, cari pemandangan.”

“Oh... Pemandangan indah ya, lihat cowok-cowok keren gini sore-sore main basket?”

Resyakilla memutar bola matanya, kesal. “Terserah deh, ya, Mas.”

Jonathan yang barusaja meminum air langsung menimpali, “Iya Ca. Baiknya di iyain aja, maklum jomblo.”

Resyakilla agak terperangah  dengan balasan Jonathan itu—seperti bukan Jonathan yang irit komentar.

Zuha langsung mendelik, bersiap untuk mencekik Jonathan, “sini lu, mentang-mentang udah nikah ya, ngomong seenaknya!”

Billionaire Marriage PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang