Happy reading!
Sorry for typos 🤪***
Jonathan menatap sinis kearah Lukas yang membeku di tempatnya. Ia tahu kalau hal tersebut sudah mereka rencanakan sebelumnya. Hari ini seharunya ia yang mengantar Resyakilla ke kampus, tapi keberadaan keponakannya itu menjadi penghalang rencananya. Dan yang bersangkutan sedang bersembunyi di balik kursi kemudi.
Jonathan mengerutkan keningnya, masih belum bisa menerima penjelasan panjang lebar Resyakilla. Tentang kuliah tambahan apalah itu, kursus inggris dan sebagainya. Ia benar-benar merencanakan dengan matang sehingga tidak ada celah yang bisa ia protes.
"... ya, Mas?" Resyakilla mengakhiri penjelasannya dengan menanyakan persetujuan Jonathan.
Jonathan menghela nafasnya, ia tahu memang 'menyetujui' hal ini akan memudahkan segalanya. Tadi pagi dia di telepon oleh Retha, perihal proyek pengembangannya yang ada di luar negeri. Ia harus melakukan beberapa visitasi dan pertemuan dengan klien di sana. Ia padahal berniat mengatakannya saat mengantarkan Resyakilla, dan meminta maaf karena tidak bisa menjemputnya. Tapi ternyata bantuan datang bahkan sebelum ia mengutarakan maksudnya.
"Ya sudah. Kalian hati-hati. Hari ini aku ada meeting sama visitasi di Singapura. Kemungkinan lusa baru pulang."
Jonathan bisa melihat wajah Resyakilla terkejut, matanya membulat sempurna. Tapi ia tidak menemukan sedikitpun kesedihan disana. Bahkan ia tau kalau sudut bibir Resyakilla berkedut menahan tawa bahagia.
"Ekhm..." Resyakilla berdeham, berusaha untuk menahan euforianya. "Lusa baru pulang?"
"Hm!" balas Jonathan kesal.
Resyakilla mengangguk, ia menahan senyum agar seolah tidak terlalu bahagia. Resyakilla memeluk Jonathan sebentar, lalu memegang tangannya. "Hati-hati ya Mas." Ungkapnya.
Jonathan yang refleks langsung membawa Resyakilla dalam pelukannya. Ia memeluknya lumayan erat, terlihat dari gadis itu yang mencoba untuk melepaskan diri tapi ia masih belum puas melakukannya.
"Mas! Malu mas! Dilihatin orang. Ada Lukas juga..."
"Memang aku peduli. Aku hanya memeluk istriku." Kata Jonathan yang terdengar seperti rajukan.
Resyakilla menepuk punggung Jonathan, "iya-iya. Selesaikan pekerjaannya cepat pulang. Biar nggak kangen lama-lama. Aku doain kerjaannya lancar."
Jonathan melepaskan pelukannya setelah mengirup dalam-dalam aroma Resyakilla. Tubuh dan rambutnya beraroma bunga dan buah. Begitu segar dan lembut. Ia memandang Resyakilla lamat-lamat.
"Kamu nggak kelihatan sedih pas ditinggal 2 harian ini." kata Jonathan dengan datar.
Resyakilla memalingkan pandangannya. Ternyata Jonathan memang menyadarinya. Ia tidak bisa menyembunyikan ini.
"Oke. Baik-baik di rumah sama Lukas. Jangan aneh-aneh. Jangan bandel. Kalau ada apa-apa, ada Adam disini."
Resyakilla mengacungkan jempolnya tinggi, memasang wajah seceria dan sekecewa mungkin. Jonathan mendengus, mengacak rambutnya. Saat Resyakilla hendak pergi, Jonathan menarik tangannya lagi. Ia mencium kening Resyakilla cukup lama, kemudian mencium tangannya lagi.
"Aku pergi dulu."
Jonathan masuk kedalam mobilnya, sedangkan Resyakilla mematung ditempat bahkan setelah mobil Jonathan berlalu. Lukas yang lihat Resyakilla mematung keluar dari mobil.
"Ca! Jadi kuliah nggak!!"
***
Resyakilla termenung di bangkunya. Penjelasan dosen di hadapannya sama sekali tidak ada yang terdengar telinga. Kepalanya malah memutar kembali kejadian saat Jonathan mencium kening dan tangannya tadi. Resyakilla mengamati punggung tangannya, memegang bekas yang dicium Jonathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire Marriage Partner
ChickLitResyakilla tau kalau suaminya itu pendiam, emotionless, kaku, moody, galak, tidak bisa disentuh. Segala aspek yang dimiliki suaminya berkebalikan dengan laki-laki idamannya. Tapi disisi lain, suaminya juga merupakan manusia yang disiplin, bertanggun...