Sorry for typo
Happy reading! 🤪***
Resyakilla masuk kedalam restoran yang disebutkan oleh Mamanya tadi. Ia juga menuju resepsionis, menyebutkan nama suaminya lalu mereka mengantarkannya menuju ruangan VIP yang ada di ruangan bagian dalam.
Selagi berjalan menuju tempatnya, Resyakilla sudah meremas tangannya. Bohong jika dia berkata ia tidak takut sama sekali pada Mama mertuanya, tapi ia ingin tetap bisa menghadapinya, walau tanpa Jonathan disisinya.
Pelayan menunjukkan ruangan yang tertutup oleh pintu kayu geser dihadapannya. Memang restoran ini bergaya jepang dengan ruangan-ruangan kecil yang tertutup. Resyakilla menghela nafasnya, merapikan pakaiannya sebisa mungkin agar terlihat rapi. Setelah siap, Resyakilla barulah mengetuk pintu. Ketika dipersilahkan, Resyakilla membuka pintu.
Ia melihat ada tiga orang wanita disana. Mama bersama satu orang wanita sebayanya, dan satu orang lain yang tampak seusia Jonathan. Resyakilla membungkuk hormat sebelum mengambil duduk di sebelah Mamanya.
“Nah ini dia yang dibicarakan akhirnya datang juga. Maaf ya, Jeng, kalau penampilannya lusuh gini. Maklum masih kecil, anak sekolahan jadi nggak bisa dandan cantik seperti Alinka.” Ia bisa mendengar Mamanya berkata kepada wanita sebayanya yang menatapnya tajam sekilas dari ujung kepala hingga ujung kaki saat ia pertama kali menjejalkan kakinya kedalam ruangan.
Resyakilla tersenyum manis, segan. Ia tahu, kehadirannya disini bukan untuk dikenalkan atau dipamerkan. Mungkin Mamanya memiliki maksud lain.
“Kok kamu nggak menyapa, hayo disapa dulu. Ini temannya Mama, dulu pernah tetanggan pas Mama sama Jonathan tinggal di Shanghai. Namanya Tante Liem. Ini anaknya, cantik ya, namanya Alinka.”
Resyakilla tersenyum ramah, ia menyapa Tante Liem dan Alinka dengan hormat. Alinka tampak mengamatinya. Ia bahkan terang-terangan melihat kepada Resyakilla seolah menelusuri kelebihan fisik apa yang dimilikinya sampai bisa menjadi menantu keluarga Diwirya.
“Kalau boleh tau mahasiswa jurusan apa? Semester berapa sekarang?” tanya Alinka membuka topik obrolan. Resyakilla tidak terlalu menyimak obrolan Mama dan juga Tante Liem. Pikirannya terlalu penuh dengan presepsi.
“Ah maaf.” Ucap Resyakilla melamun. “Tadi apa ya?”
“Mahasiswa jurusan apa? Semester berapa?” Alinka mengulang pertanyaanya dengan nada sedikit kesal, jengah.
Mama yang menyadari hal itu langsung menatap tajam kepadanya.
“Mahasiswa jurusan manajemen Mbak, semester 6.” Balas Resyakilla.
Alinka menatapnya tak percaya, ia menyendekapkan tangannya. “Just call me Alinka, not mbak! I’m not your helper!”
Mendengar hal itu, Mama langsung menengahi, “Maaf ya Alinka. Karena dia biasanya memanggil orang lain seperti itu, jadi harap dimaklumi. Dia masih belum mengerti.”
Alinka yang tadi menatap Resyakilla kesal berubah menjadi tersenyum, “It's okay tante. Alinka agak risih aja tadi dipanggil gitu. It’s good for her to know that.”
Mama meremas tangannya yang ada dibawah meja, seolah memberikan kode agar Resyakilla tidak melakukan sesuatu hal yang memalukan saat berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire Marriage Partner
ChickLitResyakilla tau kalau suaminya itu pendiam, emotionless, kaku, moody, galak, tidak bisa disentuh. Segala aspek yang dimiliki suaminya berkebalikan dengan laki-laki idamannya. Tapi disisi lain, suaminya juga merupakan manusia yang disiplin, bertanggun...