7. Foto yang Beredar

83 11 2
                                    

Drrttt drrtttt

"Hallo?"

"Kerjain tugas yang gue kasih di chat sebelum ke sekolah."

Mata Marvin yang tadi masih setengah terbuka, kini sudah terbuka sepenuhnya. Tadi Marvin tidak sempat melihat panggilan dari siapa, dan hanya langsung mengangkat teleponnya begitu saja. Marvin berdecak saat melihat siapa yang menelponnya pagi ini. Marvin juga melihat pesan yang dimaksud penelpon.

"Gue gak bisa. Cukup kemarin aja, lo bikin gue musuhan sama Jeffin."

"Ck. Lo gak inget? Gue bisa bikin perusahaan Papah lo bangkrut."

Rahang Marvin mengeras. Ia mematikan panggilan sepihak. Emosinya akan lebih memuncak jika ia tidak mematikan panggilan itu. Marvin mengacak rambutnya frustasi. Beberapa menit diam berpikir, ia kemudian membanting ponselnya kesal. "Arghhhh! Bangsat!"

***

Jeffin duduk di kap mobilnya, menunggu Naya keluar rumah. Jeffin berinisiatif untuk menjemput Naya, karena munculnya foto mereka yang akan menggemparkan sekolah. Baik Jeffin maupun Naya tidak tahu lagi bagaimana reaksi teman-temannya di sekolah nanti. Mereka memutuskan untuk saling melindungi satu sama lain.

Walaupun Naya tidak mengingat malam sebelum kejadian itu dengan jelas, tapi ia mengingat ada seseorang yang menawarinya minuman dan membuatnya mabuk. Jadi Naya menyimpulkan kalau dirinya juga bersalah atas kejadian malam itu. Terlebih, Naya merasa seperti Jeffin juga tidak akan melakukan hal keji seperti itu, kalau tidak ada yang menjebaknya. 

Itulah yang membuat Naya menerima keberadaan Jeffin sekarang. Kalau tidak saling menguatkan dan melindungi, mereka harus mencari kemana lagi. Karena mereka berdualah yang menjadi korbannya sekarang.

"Hai?" sapa Jeffin sedikit gugup. Ini pertama kalinya mereka berangkat bersama. Naya tidak membalas sapaan Jeffin dan langsung masuk ke dalam mobil Jeffin.

Di dalam mobil pun, Naya tetap menatap lurus ke depan. Hal ini membuat Jeffin merasa khawatir. "E-eng, Nay. G-gue janji semuanya bakal baik-baik aja. G-gue bakal temuin dan hukum orang yang ngelakuin itu sama kita. Trust me, Nay," ucap Jeffin. Berharap bisa sedikit membuat Naya lega dengan ucapannya.

Namun, lagi-lagi Naya tidak membalasa ucapan Jeffin. Jeffin tidak tinggal diam. Ia mengucapkan kata-kata lain yang sekirannya bisa membuat Naya sedikit tenang. "You have me, Nay. Apapun kata orang di sekolah nanti, gue bakal jadi tameng lo dan gue janji bakal ngelindungin lo, Nay," lanjut Jeffin.

"Iya, Jef. Gue percaya," jawab Naya singkat.

Setelah itu keadaan menjadi hening. Sepanjang perjalanan ke sekolah, baik Jeffin maupun Naya tidak membuka obrolan. Hanya deru mesin mobil dan suara AC yang terdengar jelas. Keduanya fokus pada pikirannya masing-masing. Tidak terasa, mereka sampai di area sekolah. Dari gerbang sampai parkiran, mobil Jeffin yang sedang melaju itu tidak terlepas dari pandangan orang-orang.

Berjalan bersama di sepanjang koridor kelas, Jeffin dan Naya dihadiahi tatapan sinis oleh orang lain. Setiap Jeffin dan Naya melewati mereka, mereka akan langsung berbisik. Mungkin mereka membicarakan terkait foto Naya dan Jeffin yang sedang beredar.

"Ck. Kita salah pilih ketos."

"Bisa-bisanya si ketua OSIS sama si Juara Umum hobinya mabok waktu diluar sekolah."

"Bener-bener nyoreng nama sekolah kita banget."

"Kayak gini kelakuan Juara Umum kita diluar?"

YOU CAN TRUST METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang