Ting... Tong...
Suara bel rumah Naya dan Jeffin berbunyi. Jeffin baru saja mengambil tumpukan piring untuk ditata di meja makan. "Eh ada tamu? Bentar aku buka dulu ya, Nay." Meski agak kesusahan membawa piring-piring itu, Jeffin tetap berusaha membuka pintu.
"Eh jangan! Kamu lagi bawa piring-piring itu. Berat. Aku aja yang buka," ucap Naya kemudian sedikit berlari menuju pintu utama.
Naya membuka pintu dan mendapati kedua orangtuanya. "Mamihhh..." Tubuh Naya berhambur memeluk Fira. Lalu bergantian memeluk Arhan. "Loh Jeffin mana? Kok kamu sendirian yang buka pintu?" tanya Arhan sembari berjalan menuju ruang makan.
"Tuh, Pih, Mih. Jeffin lagi nyiapin meja makan. Jeffin larang Naya buat bantu karena takut Naya kecapean. Jadinya daritadi Naya bosen cuma duduk di meja makan," ucap Naya terlihat membanggakan Jeffin. Sedangkan yang dibanggakan hanya tersenyum.
"Enggak, Om, Tante. Naya tadi udah masak, jadi gantian Jeffin yang beres-beres sama bersih-bersih," ucap Jeffin membantah, sembari mulai membawa beberapa menu yang sudah dibuat ke meja makan. Fira dan Arhan hanya menggeleng gemas melihat tingkah Naya dan Jeffin.
Setelah semua siap, akhirnya Naya, Jeffin, Fira dan Arhan makan malam bersama. Walaupun menu yang disiapkan cukup sederhana dan hanya sedikit variasi, tapi tetap saja rasanya enak karena Naya sering membantu Fira atau pun ART keluarga Naya memasak di rumah. Mereka menyelingi dengan sesekali mengobrol santai. Jeffin sebagai pendatang di keluarga Naya terlihat agak canggung, tapi Naya berusaha membantu Jeffin agar bisa membaur.
"Jef, rencananya setelah ini kamu mau gimana? Mau daftar ujian buat dapet ijasah atau kerja atau apa? Saya tau kamu diusir sama keluarga kamu," ucap Arhan tiba-tiba. Meski sedikit menyinggung, tapi niat Arhan bertanya adalah untuk memastikan anak kesayangan itu akan terjamin dengan Jeffin.
Jeffin baru saja mau menyuapkan makanan ke mulut, tidak jadi karena ucapan Arhan. "Jeffin rencananya mau melamar pekerjaan, Om. Walaupun mungkin aja gajinya gak seberapa, Jeffin maunya membiayai Naya tanpa merepotkan Om dan Tante lagi. Cukup rumah ini aja, Jeffin udah sangat berterimakasih." Naya menoleh ke arah Jeffin. Ia baru pertama kali mendengar rencana Jeffin untuk menghidupi dirinya.
"Sebenarnya, saya gak keberatan mau menghidupi Naya sampai Naya tua sekalipun. Tapi melihat tekad kamu, saya bakal kasih opsi. Gimana kalau setelah menikah nanti, kamu kerja di perusahaan saya? Tentu saja bukan masuk jalur saya. Kamu akan memulai semuanya dari awal. Seperti yang lain," jelas Arhan.
Mendengar tawaran Arhan, Jeffin merasa senang sekaligus lega. Tadinya Jeffin merasa takut, karena ia sangat tahu mencari pekerjaan saat ini akan sangat sulit. Apalagi orang yang belum lulus SMA seperti dia. Syukur Jeffin diberi pekerjaan oleh Arhan.
"Jeffin mau, Om. Mau banget. Terimakasih udah kasih pekerjaan buat Jeffin," ucap Jeffin senang. Naya dan Fira pun ikut senang mendengar hal itu.
"Sttt... Udah seriusnya. Udah makan, Naya pengen beli es krim dong sama Papih!" celetuk Naya.
Arhan tersenyum. Sudah dewasa, sudah mau punya anak, Naya tetap gadis kecilnya yang manja. Kebiasaan Naya pun masih ada sampai sekarang. Sering kali meminta Papihnya untuk membelikan es krim. "Mamih ikut dong!" goda Fira. Padahal Fira sudah tahu apa jawaban Naya.
Naya membuang nafas kasar. "Gak boleh. Yang beli es krim Naya sama Papih aja. Mamih sama Jeffin aja di rumah!" ucap Naya seraya menyilangkan kedua tangannya di depan perut. Tingkahnya yang seperti anak kecil sedang marah itu mengundang tawa Jeffin, Fira dan Arhan. Jeffin gemas sekali melihat sisi Naya yang seperti ini.
***
Sepeninggalan Naya dan Arhan, Jeffin sangat canggung hanya berdua dengan Fira di rumah. Ia memikirkan segala cara untuk menerobos tembok besar Fira yang sedari tadi tidak bersuara sedikit pun. "Tante, mau Jeffin buatin sesuatu?" tanya Jeffin gugup.
Sedetik, dua detik, Jeffin belum juga mendapat jawaban dari Fira. Membuat dirinya khawatir setengah mati. Takut salah kata atau salah karena mengajak Fira berbicara. "Boleh. Buatin teh herbal aja ya. Nanti anter ke taman belakang aja," ucap Fira kemudian.
"Siap, Tante!" jawab Jeffin dengan sigap.
Jeffin langsung membuat teh herbal yang dimaksud Fira. Ia berhasil menemukan salah satu merk teh herbal yang terlihat disimpan terpisah. Mungkin teh herbal ini sudah disiapkan oleh Naya, untuk persediaan jika Fira mampir ke rumah? Percaya diri dengan prediksinya, Jeffin langsung menyeduh teh tersebut dan membawanya ke taman belakang.
Baru saja sampai di ambang pintu, perbatasan rumah dengan taman belakang, Jeffin melihat Fira yang sedang melihat langit malam dengan sendu. Terlihat jelas segala ekspesi yang menggambarkan kesedihan, kekhawatiran dan kegelisahan di wajah Fira. Walaupun ragu menghampiri Fira, Jeffin tetap melangkah kesana. Tidak mau Fira menunggu teh herbalnya lebih lama lagi.
"Tante ini tehnya," ucap Jeffin sopan lalu memindahkan teh herbal yang ia bawa dengan nampan ke atas meja di samping bangku yang diduduki Fira.
"Duduk sini, Jef," ucap Fira cukup membuat tubuh Jeffin gemetar. Ia menduga, Fira mau membicarakan kehidupan Naya selanjutnya. Jeffin kemudian duduk, menuruti perintah Fira.
Fira menyeruput tehnya yang masih hangat. "Gimana kabar kedua orangtua kamu, Jef?" tanya Fira.
"Kedua orangtua Jeffin sehat, Tante," jawab Jeffin.
"Tante dengar, kamu anak tunggal juga ya seperti Naya? Apa gak apa-apa, kamu ninggalin kedua orangtua kamu untuk tinggal sama Naya?" tanya Fira lagi.
"Iya, Tan. Betul, saya anak tunggal. Jeffin sudah memutuskan ini, Tante. Naya prioritas saya sekarang. Saya yakin Mamah saya mengerti, apa yang saya lakukan sekarang. Walaupun Papah saya belum menerima sepenuhnya, saya yakin kedepannya Papah saya juga bakal mengerti," jawab Jeffin percaya diri. Setiap kali menyebut nama Naya dalam setiap kata yang dikeluarkan oleh mulut, Jeffin merasa ada kekuatan.
Fira mengangguk mendengar perkataan seorang anak 18 tahun yang dipaksa dewasa oleh keadaan ini. "Tante dan Om sebenarnya sudah mengusut kasus kalian dijebak ke pihak yang berwajib. Tapi kita gak bisa berharap banyak kan? Toh kalau pelakunya udah ketemu pun, gak bisa ngubah kehidupan Naya seperti semula lagi. Naya sekarang udah mengandung anak kamu. Naya sekarang sudah mau menjadi calon ibu." Fira mulai menitikan air matanya.
Fira masih belum sepenuhnya menerima keadaan. Seperti Jeffin, prioritas Fira sekarang tentu perasaan dan kebahagiaan Naya. Bukan perasaannya yang belum menerima keadaan. Rasanya baru saja kemarin Naya masuk SMA, sekarang Naya sudah mau menjadi ibu lagi. Memikirkan semua itu, membuat air mata Fira makin mengalir deras.
Jeffin menunduk, kembali merasa bersalah atas apa yang terjadi. Di tambah melihat seorang ibu yang menangis, karena kehidupan anaknya hancur olehnya. "Sekarang harapan Tante dan Om satu-satunya adalah kamu. Cuma kamu yang bisa buat kehidupan Naya lebih baik dari impiannya selama ini. Tante harap kamu mengerti apa yang Tante bicarakan ini," tambah Fira.
Jeffin mengangguk pelan. "Meski terdengar seperti janji palsu, Tante bisa percayain semuanya ke Jeffin. Jeffin akan membuat kehidupan Naya lebih baik dari impiannya. Jeffin cuma perlu restu serta dukungan Tante dan Om," ucap Jeffin berusaha menahan air matanya untuk tidak jatuh.
Fira juga meminta maaf pada Jeffin, karena sudah mengorek-ngorek latar belakang dirinya. Jeffin tentu tidak mempermasalahkan hal itu. Jeffin paham, Fira hanya memastikan siapa yang akan bersama dengan anak semata wayangnya itu.
"Tolong lebih peka lagi, karena Naya orang yang selalu memendam masalah sendirian. Tolong jangan sampai Naya menanggung semuanya sendirian. Tolong jaga dan bahagiakan Naya ya, Jef. " Jeffin mengangguk.
"Satu lagi, kalau Naya melihat langit malam dalam waktu yang lama, berarti ia sedang sedih. Tolong perhatikan itu ya, Jef," tambah Fira.
"Sekarang jangan panggil Tante lagi, Jef. Panggil mamih aja ya, calon menantu mamih."
***
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA ❤️
BIAR AKU SEMANGATT ❤️
TERIMAKASIH SUDAH BACA ❤️
SEMOGA SEHAT DAN BAHAGIA SELALU ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU CAN TRUST ME
Novela Juvenil[Visual : Jaehyuk Treasure & Hyunjin Loona] Naya dan Jeffin adalah siswa-siswi teladan yang jarang menginjakan kakinya di ruang bimbingan konseling. Naya dikenal sebagai siswi cerdas yang mengantongi segudang prestasi. Sedangkan Jeffin ialah seorang...