16. Cucu Baru Oma

44 10 0
                                    

"Jeff! Ini aku dah siapin sarapan!" teriak Naya dari lantai satu. Pagi ini, Naya menyiapkan roti panggang dengan isian daging dan telur sebagai sarapan untuknya dan juga Jeffin. Walaupun menu yang sederhana, tapi Naya mengusahakan supaya Jeffin tidak akan melewatkan sarapan selama tinggal bersamanya.

Selang beberapa saat, akhirnya Jeffin turun dan menghampiri Naya yang sudah menunggu di meja makan sejak tadi. Jeffin duduk tepat di depan Naya. "Maaf ya lama. Lain kali, kamu makan duluan aja ya?" ucap Jeffin bersalah.

Naya tidak menggubris ucapan Jeffin. Ia menyodorkan sarapan yang sudah ia buat dan segelas air untuk Jeffin. "Gak enak kalau sarapan sendiri. Aku lebih suka sarapan bareng," jawab Naya. Jeffin mengangguk-angguk paham. Ia akan mengingat-ingat hal itu dan akan selalu menemani Naya untuk sarapan.

"Maaf sarapannya cuma kayak gini," lirih Naya pelan.

"Wini wenaa wok... (Ini enak kok)" ucap Jeffin tidak jelas seraya menyantap masakan Naya itu dengan lahap. Jeffin berusaha sebisa mungkin untuk mengapresiasi segala usaha Naya. Naya menyadari kalau Jeffin selalu berusaha membuat hatinya tenang. Ia tersenyum melihat pipi Jeffin yang dipenuhi roti panggangnya itu.

"Main sama Asta, Devan, Henry jadi?" tanya Naya kemudian.

"Gak jadi deh. Aku gak mau kamu sendirian di rumah. Nanti suruh mereka kesini aja kapan-kapan," jawab Jeffin.

Mendengar alasan Jeffin, jadi membuat Naya agak bersalah. Padahal Naya sendiri di rumah pun tidak apa-apa. Jeffin juga tidak akan pulang sampai larut malam. "Main aja, Jeff. Kalau main kesini, kan ada aku. Takutnya kalian merasa terbatas dan gak bebas. Lagian Tante Dira kan, bilang mau kesini. Aku bisa sama Tante Dira," jelas Naya. 

Jeffin nampak seperti berpikir sejenak. "Yakin gak apa-apa, Nay?" tanya Jeffin memastikan. Naya mengangguk sebagai jawabannya. Merasa lega karena Naya ada yang menemani, Jeffin langsung meraih ponselnya. Memberitahu Asta, Devan dan Henry untuk kumpul di tempat biasa mereka kumpul.

"Udah hubungin merekanya? Sekarang cepet abisin sarapannya, terus ganti baju. Nanti kesiangan, macet dijalan," titah Naya. Jeffin tersenyum, lalu mengusap pucuk kepala Naya lembut. "Makasih ya, Nay."

***

Sepeninggalan Jeffin, Naya menghabiskan waktu dengan membaca buku sains di ruang tamu. Meski sekarang masa depannya dalam melanjutkan pendidikan masih abu-abu, Naya tidak pernah meninggalkan hobinya itu. Bagi Naya, terus belajar sepanjang hidup itu sangat perlu. Ilmu yang ia pelajari hari ini akan bermanfaat dimasa depan dan tidak ada yang sia-sia. Ditengah-tengah ia membaca, ponselnya berdering. Tanda panggilan dari Dira.

"Hallo, Tante. Ada apa?"

"Hallo, Nay. Tante minta maaf ya. Kemungkinan Tante gak jadi ke rumah kamu. Tante ada meeting sama clien mendadak dan gak bisa diwakilin. Harus sama Tante."

"Oh.. It's okay kok, Tante."

"Kalau meetingnya selesai lebih cepet, Tante bakal ke rumah kamu."

"Gak apa-apa, Tan. Santai aja. Sukses meetingnya."

"Makasih, sayang. Baik-baik di rumah sama Jeffin."

Naya terdiam sejenak. Tidak mungkin, ia membantah perkataan tantenya itu, kalau Jeffin tidak ada di rumah. Yang ada, Dira akan makin khawatir kalau tahu Naya sendirian di rumah. Nanti, Dira malah akan membatalkan meetingnya, demi menemaninya dan malah akan berimbas pada perusahaannya.

YOU CAN TRUST METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang