20. Calon Ibu

69 11 2
                                    

Naya menghirup sejuknya udara pantai dari balkon lantai dua villa. Suara desiran ombak kini terdengar jelas ditelinganya. Burung-burung berkicauan ikut berirama. Naya memejamkan matanya. Rasanya nyaman walaupun tidak dilihat. Ternyata begini rasa healing yang sesungguhnya. Pantas saja orang-orang berlomba untuk merasakan suasana seperti ini, karena rasanya menenangkan.

Sejak tiba tadi siang, Naya belum sempat ke pantai. Fira dan Dira menyuruh Naya untuk istirahat dan berjanji akan ke pantai pada sore hari. Saat bangun, Naya dengan semangat langsung mandi dan mengganti pakaiannya. Memoles sedikit make up agar terlihat lebih fresh. Memakai topi yang disiapkan oleh Jeffin. Tidak sabar ingin menikmati indahnya pantai pada sore hari.

"Nayaa! Ayo turun, kita ke pantai!" teriakan Dira dari luar pintu kamar, sembari mengetuk pintu kamar Naya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nayaa! Ayo turun, kita ke pantai!" teriakan Dira dari luar pintu kamar, sembari mengetuk pintu kamar Naya. Naya kemudian membuka matanya. Meraih ponsel di ranjang, lalu membuka pintu kamar untuk menemui Dira.

Dira tersenyum manis. Ia memandangi penampilan Naya dari atas sampai bawah. Walau sudah dewasa, kenapa keponakannya itu sangat menggemaskan? Dress santai berwarna putih tulang itu sangat cantik dipadukan dengan topi coklat muda itu. "Ya ampun, ponakan Tante cantik amat!" puji Dira.

Naya tersenyum malu mendengar pujian Dira. Jujur saja, semua pakaian dan aksesoris ini, Jeffin yang menyiapkan, kecuali pakaian dalam. Jeffin bahkan sudah mengelompokan pakaian-pakaian itu. Dress ini disusun oleh Jeffin dekat topi. Memang tujuannya untuk memudahkan Naya kalau mau ke pantai. 

"Iya, Tan. Jeffin yang siapin..."

***

Naya berjalan-jalan di pantai bersama Fira, Dira dan Dion. Dira sesekali mengejar Dion, yang berlari mendekati bibir pantai. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada Dion. Sedangkan Naya dan Fira berjalan santai di belakang.

Baru saja berjalan sekitar beberapa meter dari villa, rasanya Naya sudah agak lelah. Mungkin memang seperti ini, kondisi seorang perempuan hamil kalau berjalan cukup jauh. "Nay, kamu kok ngos-ngosan gitu? Cape ya? Kita istirahat dulu disini," ucap Fira menyadari keringat yang mengucur deras di kening dan leher Naya.

Kemudian Naya dan Fira duduk diantara pasir pantai disana, sedangkan Dira masih setia menemani Dion bermain air, di bibir pantai.

drrttt drrttt

"Iya ada apa?"

"Memangnya tidak bisa diwakilkan?"

"Ya sudah segera urus penerbangannya"

Fira kemudian memutus panggilan. Naya sebenarnya sudah menduga hal ini akan terjadi, tetapi tetap saja Naya akan bertanya dan memastikannya. "Ada apa, Mih?" tanya Naya menatap raut Fira yang gelisah.

Ada rasa bersalah yang sangat menyesakkan di dalam hati Fira. Saat-saat seperti ini, dimana seharusnya ia menemani putri semata wayangnya berlibur untuk melepas kesedihan harus kandas demi pekerjaan. Pekerjaan yang selalu datang disaat yang tidak tepat.

YOU CAN TRUST METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang