8. Naya dan Ketakutannya

86 13 2
                                    

"Jadi gimana keadaan keponakan saya, Dok?" tanya Dira. Sekarang Dira sudah berada di ruangan dokter yang menangani Naya tadi. Ia sengaja meninggalkan Naya yang sedang tertidur ditemani suster karena penasaran dengan kondisi Naya.

Dokter menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Dira. "Keponakan ibu mengalami pendarahan ringan. Mungkin karena terbentur sesuatu atau jatuh. Untung saja segera dibawa ke sini dan segera ditangani, sehingga janinnya baik-baik saja," jelas dokter.

Dira mendelik kaget. "Janin? Keponakan saya hamil, Dok?"

"Betul. Naya sudah hamil 13 minggu. Sebaiknya ke depannya ibu lebih memperhatikan pola hidup dan lingkungan Naya agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi," lanjut dokter.

Dira mengangguk paham. Meski kaget setengah mati, tapi hal ini tidak ada kaitannya dengan dokter. Akan percuma, jika ia bertanya-tanya tentang Naya pada dokter. Lebih baik ia bertanya langsung pada Naya, apa yang terjadi sebenarnya.

Dira keluar dari ruangan dokter dengan langkah gontai. Memutuskan duduk di kursi yang berada di lorong rumah sakit. Tatapannya kosong. Masih belum percaya keponakan kesayangannya itu, sudah hamil. Bahkan pada usia yang cukup dini yaitu 18 tahun. 

Pikirannya semakin kacau, apalagi setelah tahu kalau Naya mengalami pendarahan ringan. Bagi anak yang ambisius mengejar mimpi bagi Naya, ke depannya akan banyak hal yang menantinya. Akan banyak hal yang membuatnya lelah. Tidak tahu apakah Naya bisa bertahan dengan kehamilannya atau tidak.

Dira memasuki ruangan Naya. Melihat betapa damainya keponakannya itu dalam tidurnya. Wajahnya masih pucat pasi. Mungkin karena tadi menahan sakit yang luar biasa. "Gimana cara kamu nahan sakitnya, Nay?" monolog Dira. Ia tahu betul rasa sakit yang di alami Naya, karena ia juga pernah mengalami pendarahan.

"Kamu pasti belum kasih tahu orangtua kamu kan? Makanya kamu suruh teman kamu buat chat tante." Dira mulai duduk di kursi samping ranjang Naya.

"Kamu masih sama seperti waktu kecil, Nay. Tante selalu jadi orang pertama yang tahu segala sesuatu yang terjadi sama kamu," ucap Dira sembari mengelus punggung tangan Naya yang tertempel infusan.

"Semoga kamu tahu orangnya yang berlaku kayak gini sama kamu ya."

***

Sudah hampir berlalu dua mata pelajaran, tapi fokus Jeffin masih pada ponselnya. Ia terus menerus mengirim pesan pada Naya, tapi tidak ada jawaban satu pun. Jeffin terus merutuki dirinya. Kenapa ia bisa tidak tahu, kalau Naya mengikutinya dari belakang? Kenapa ia tidak bisa menahan emosinya tadi sehingga Naya yang kena dampaknya?

Pertanyaan dengan awalan kenapa, memenuhi otak Jeffin. Masih teringat bayang-bayang darah yang mengalir di kaki Naya tadi. Apakah Yuan meninjunya terlalu keras? Sampai mengenai organ dalam perut Naya? Atau apa? Rintihan tangis Naya yang menahan sakit juga masih terdengar jelas di telinganya.

Saat sudah mengantar Naya ke mobil Dira tadi, Jeffin terus menelponi Naya. Awalnya Jeffin ingin mencari rumah sakit dimana Naya berada. Tapi ia mengurungkan niatnya. Jeffin berpikir kalau sampai ia bolos sekolah hanya karna Naya, Naya pasti akan kecewa padanya. Alhasil ia tetap sekolah dengan perasaan tidak tenang seperti ini.

Bel tanda istirahat pun, tidak di gubris oleh Jeffin. Ia masih berusaha mengirim pesan pada Naya. Ingin tahu bagaimana keadaan Naya sekarang.

"Jeff, Naya dimana? Kok gak ada di UKS? Keadaan dia gimana?" Suara yang tidak asing bagi Jeffin membuat Jeffin mendongakkan kepalanya. Yap benar, Yuan menghampiri Jeffin setelah sebelumnya sudah mengunjungi Naya di UKS, tapi Naya tidak ada di sana.

Jeffin membuang nafas kasar, sebelum akhirnya bangkit dan meninju pelipis Yuan. "MASIH BERANI LO MUNCUL DI DEPAN GUE ANJING!"

Asta, Devan dan Henry langsung melerai Jeffin dan Yuan. "PERGI LO ANJING! SEBELUM GUE BERUBAH PIKIRAN!" teriak Jeffin, membuat seisi kelas takut. Devan dan Henry menarik paksa Yuan keluar dari kelas Jeffin. Berusaha membawa Yuan sejauh mungkin dari Jeffin yang sedang mengamuk. Sedangkan Asta tetap berada di samping Jeffin untuk membantu Jeffin lebih tenang.

YOU CAN TRUST METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang