2. Setelah Hari Itu

108 14 0
                                    

"Nayaa!! Ayo bangun sayang! Nanti kamu telat!" Walau dari luar kamar, teriakan Fira-Mamih Naya terdengar begitu nyaring. "Lima menit lagi, Mih!" teriak Naya dari dalam, kemudian kembali menutupi tubuhnya dengan selimut

"Alenaya!! Bangun! Udah jam delapan!"

Naya langsung bangun mengambil handuk, dan langsung mandi. Namun saat keluar dari kamar mandi, ia mendapati jam di dinding masih pukul enam pagi lewat lima belas menit. Naya memakai seragamnya rapih, lalu turun ke bawah untuk sarapan bersama.

"Ish mamih apaan sih?! Bilang udah jam delapan padahal masih jam enam. Mamih mau bikin Naya jantungan?" gerutu Naya sambil mengoles selai di rotinya.

"Hahahah, iya maaf. Kalau gak gitu, nanti kebo yang namanya Alenaya gak bangun-bangun." Fira tertawa sambil menyodorkan segelas susu pada Naya. Arhan-Papih Naya yang duduk di samping Naya ikut tertawa karna ucapan Fira.

Naya memutar bola matanya malas. "Mamih....." Naya membuang nafas gusar.

"Sayang, kamu bisa berangkat sendiri kan? Papih hari ini gak bisa anter kamu. Papih ada meeting pagi. Gak apa-apa kan? Atau Papih minta sekretaris papih buat mundurin meeting-nya? Biar bisa anter kamu?" Arhan mengusap kepala putri kesayangannya itu.

"Papihh, aku bisa kok pergi sendiri. Udah jangan anggep aku anak kecil terus! Pergi sana!" usir Naya.

"Yaudah Papih berangkat dulu yaa.." Arhan mengecup kening Naya, lalu mengecup bibir Fira.

Naya membuang nafas jengah. "Dih pagi-pagi udah bucin aja."

"Harus dong. Biar rumah tangganya bahagia terus," ucap Fira dengan percaya diri.

Naya akhirnya sarapan berdua dengan Fira. Kalau ditanya kenapa Naya seperti tidak ada beban atas kejadian kemarin, itu memang karna Naya tidak mau terus bersedih karena kejadian itu. Bagi Naya, hal itu terjadi atau tidak, hidupnya harus terus berjalan sebagaimana mestinya. Naya hanya terus berdoa, supaya kemungkinan-kemungkinan buruk yang ia pikirkan tidak terjadi.

***

Saat menutup gerbang rumahnya dan berniat memesan ojek online, Naya melihat ada sebuah mobil sport hitam di depan rumahnya. Sampai pada akhirnya kaca mobil sang pemilik terbuka. Menampakan wajah seorang laki-laki yang tidak lain adalah Jeffin. Ternyata itu adalah mobil milik Jeffin. 

Jeffin memberi isyarat untuk Naya supaya mendekat. Namun, isyarat tersebut sama sekali tidak digubris oleh Naya. Naya tetap melangkah, menjauh dari mobil Jeffin. Melihat hal itu, Jeffin buru-buru turun dari mobil dan menghampiri Naya.

"Mulai hari ini, gue yang anter dan jemput lo ya?" tawar Jeffin dengan senyumannya.

Naya menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah Jeffin. "Emang ada alasan lo buat anter jemput gue?" ketus Naya.

"I-ini sebagai permintaan maaf gue, soal..."

"Gak usah!" potong Naya.

"Sebelum kejadian itu, lo sama gue orang yang sama-sama cuma sebatas kenal. Gue harap sekarang juga kayak gitu. Gak usah berlagak sok dekat sama gue, Jeff!" hardik Naya. Terlihat jelas dimatanya kalau ia sedang kesal.

Sebenarnya Naya sama sekali tidak memiliki niat untuk memarahi Jeffin seperti itu. Namun, jika ia melihat wajah Jeffin seperti ini, ia akan langsung teringat dengan kejadian malam itu. Entahlah, Naya sudah memaafkan Jeffin atau belum. Yang pasti ia tidak ingin terus bertemu dengan Jeffin seperti ini. Cukup di sekolah atau di klub aja, ia harus melihat Jeffin.

YOU CAN TRUST METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang