1. The Mistake

202 16 0
                                    

Acara klub yang sukses dan diakui sekolah itu diakhiri dengan sebuah pesta perayaan makan malam. Anggota klub memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran bintang lima. Bermodalkan biaya apresiasi dari guru pembimbing dan juga sedikit sumbangan dari ketua pelaksana.

"Jef, nih!" Tiba-tiba saja Yuan menyodorkan satu sloki alkohol pada Jeffin.

Jeffin menjauhkan gelas yang sudah tersaji dihadapannya itu "Duh sorry, gue skip dulu deh. Gue harus nyetir nanti." Teman-temannya tertawa gemas karena alasan yang diberikan Jeffin. Acara spesial hari ini, mana mungkin sang ketua pelaksana harus melewatkan alkohol begitu saja.

"Soal nyetir? Kan ada kita-kita yang bisa nganter lo," ucap Daniel merangkul Jeffin.

"Bener apa kata Daniel tuh, Jef. Nanti kita anter lo. Lo kan ketuplaknya, lo harus minum dong. Satu gelas aja." Jun kembali menyodorkan alkohol yang tadi Yuan sodorkan. Masih tidak menyerah untuk membuat Jeffin meminum alkohol.

"Iya, Jef. Masa bapak ketuplak yang terhormat gak minum, gak seru lo. Lagian kan guru pembimbing gak ada disini. Jadi aman," Hasut Marvin, supaya sahabatnya itu ikut meminum alkohol  sama seperti yang lain.

Jeffin menghela nafas panjang. "Yaudah-yaudah, satu sloki aja yah." Akhirnya Jeffin meneguk alkohol yang diberikan oleh Jun.

***

Jeffin mengucek matanya yang masih lengket itu. Kepalanya masih sangat berat. Tapi ia terpaksa bangun karena sinar matahari di sela jendela yang mulai menusuk matanya. Jeffin tersentak kaget karena di tepi ranjangnya ada seorang gadis menangis. Punggungnya polos dan bagian depannya tubuh gadis itu ditutupi oleh selimut yang sama dengannya.

"N-Naya?" Jeffin mengucek matanya lagi. Takutnya ia sedang berhalusinasi. Namun, kenyataannya ia tidak sedang berhalusinasi. Itu memang benar Naya.

"Jef..." Naya menengok ke arah Jeffin dengan mata yang sembab dan bengkak. Mungkin ia sudah menangis sedari pagi buta tadi. Bahkan sampai sekarang pun ia masih terisak.

Jeffin mengintip selimutnya, dan mendapati tubuhnya sendiri yang polos. Jeffin lantas memukul dahinya sendiri. Masih tidak percaya apa yang telah ia lakukan pada Naya. Kepalanya terlalu pusing untuk mengingat apa yang terjadi semalam.

Saat Jeffin ingin turun dari ranjang, ia malah mendapati pakaiannya dan pakaian Naya sudah berserakan kemana-mana. Bahkan ia mendapati kemeja berwarna putih yang Naya pakai semalam robek dimana-mana.

"Ya ampun Jeffin apa yang udah lo lakuin ke Naya? Jangan-jangan lo memperlakukan Naya kasar banget semalem. Dasar Jeffin bego! Bego banget lo, Jef!" Jeffin mengurut pangkal hidungnya.

Jeffin memakai celana dan kaosnya, mengitari ranjang menuju tempat Naya terduduk, lalu berlutut di depan Naya.

"N-Naya gue minta maaf. Gue gak bermaksud ngelakuin ini semua sama lo. Gue bener-bener minta maaf." Jeffin menunduk. Ia benar-benar tulus meminta maaf pada Naya atas perbuatannya. Ia sangat merasa menyesal atas yang telah dilakukannya.

Plakkk

Sebuah tamparan yang cukup keras dilontarkan Naya ke pelipis kiri Jeffin. Jeffin sedikit meringis menahan sakit atas tamparan Naya. Jeffin sama sekali tidak berniat melakukan pembelaan diri. Ia sadar betul ini semua adalah kesalahannya dan ia pantas mendapatkan ini.

"GUE GAK NYANGKA! ORANG-ORANG BISA MILIH KETUA OSIS YANG BEJAD KAYAK LO!" Kali ini suara Naya mulai meninggi.

Jeffin menunduk. Tidak mampu menatap sorot mata Naya. "Gue bener-bener minta maaf, Nay. Gue emang salah, Nay. Gue gak bisa kontrol diri semalem." 

YOU CAN TRUST METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang