Prolog

6.7K 546 42
                                    

Cerita ini sudah selesai. Mohon untuk tetap meninggalkan jejak. Tolong tetap memberikan vote dan berkomentar. Terimakasih 🥰❤️

***

Februari 2022

"Rin?"

"Rina?"

"Astaga Karina! Lo dengerin gue nggak sih? Ngelamunin apaan sih?"

Karina mengerjap. Lantas ia meringis kaku karena ketahuan tak memperhatikan ucapan lawan bicaranya.

"Hehe maaf Mel, maaf."

Sahabatnya yang bernama Melati mendengkus kesal. Namun sedetik kemudian mimik wajahnya kembali ceria.

"Nih biar gue ulangin. Angkatan kita pas SMA mau reuni!!"

Alis Karina menukik. "Kata siapa lo?"

"Ya ada deh pokoknya yang ngespill ke gue!" kilah Melati. Kali ini giliran Karina yang mendengkus.

"Lo ikut ya?" pinta Melati.

Sebetulnya, Karina enggan. Ada beberapa alasan yang membuatnya tidak ingin hadir di acara reuni itu.

"Nggak tau deh," Karina menjawab malas.

"Ayolah Rin, sama gue ini. Ikut ya?" bujuk Melati.

"Nggak janji ya," Karina memberikan senyuman sungkan pada sahabatnya.

"Gue janji nggak bawa Mas Vian deh. Alea juga gue titipin ke Mama. Ya Rin, ikut ya? Please."

Hati Karina sedikit tercubit mendengarnya. Menyadarkannya dari statusnya yang belum menikah di usia 28 tahun. Mau tidak mau, peristiwa yang membuatnya trauma pun naik ke permukaan.

Tiga tahun lalu, calon suaminya tiba-tiba membatalkan pernikahan mereka satu bulan sebelum hari pernikahan. Membatalkan pernikahan yang sudah mereka rencanakan dengan alasan yang tidak masuk akal—setidaknya menurut Karina pada saat itu.

Namun setelah berlalu cukup lama, Karina sedikit bisa menerimanya. Ya, sedikit. Namun Karina masih belum bisa memaafkan pria itu. Hatinya masih terluka dan jangan lupakan fakta bahwa pria itu juga mempermalukan keluarganya. Terutama kedua orangtuanya.

Karina mengambil nafas dalam ketika rasa sesak itu kembali hadir. Ia tidak ingin Melati merasa bersalah dan sungkan kepadanya. Namun sayangnya, terlambat. Sahabatnya itu sangat peka dengan bahasa tubuhnya.

"Karin ... maaf. Gue nggak mak–"

"Nggak papa." jawabnya dengan senyum kalem.

"L-lo nggak ikut nggak papa kok, maaf." Melati masih merasa bersalah.

"Makasih udah ngertiin. Jangan pasang muka gitu ah, jelek!" Karina mencoba menghidupkan suasana yang terasa canggung.

"IH LO MAHHHH" rengek Melati. Mungkin orang asing yang melihat tingkahnya barusan tidak akan percaya jika wanita imut ini sudah berkeluarga.

Karina tertawa melihat tingkah gemas sahabatnya.

***

"Udah pulang Rin?" tanya sang ibu dari arah dapur.

"Udah Ma. Karina langsung ke kamar ya, mau bobo." pamitnya.

"Iya sayang,"

Sang ibu membalas dengan senyuman. Tak perlu bertanya pun, dirinya tahu jika putrinya sedang bersedih. Selama Karina tak bercerita, maka dirinya pun memilih diam. Putrinya sudah dewasa, ia yakin Karina bisa mengatasi masalahnya sendiri. Ia tak ingin ikut campur dan membuat putrinya tidak nyaman. Akan tetapi, raganya selalu ada jika Karina membutuhkan sebuah pelukan.

Karina menutup pintu kamarnya dengan pelan. Ia berjalan lesu menuju ranjang empuknya. Karina menghela nafas lelah. Perlahan namun pasti, cairan bening mulai menuruni kedua pipi mulusnya. Ia menangis.

Jika boleh jujur, ia sudah tidak mencintai mantan calon suaminya itu. Ia jelas membenci pria itu. Sangat. Meski begitu, kebersamaan mereka yang tak sebentar tentu tak bisa dihapuskan begitu saja. Walaupun sudah menyakitinya, pria itu pernah menjadi bagian terindah dari hidupnya. Dan Karina membenci dirinya sendiri karena tak mampu melupakan kenangan mereka yang cukup indah.

Setelah beberapa saat menangis, tiba-tiba kata reuni terlintas dalam benaknya. Dengan cepat Karina menghapus tangisannya. Tubuhnya bergerak menuju kotak yang sudah tersimpan lama di atas lemarinya. Ia bersusah payah mengambil kotak itu.

Setelah mendapatkan kotak itu, Karina segera membukanya. Kedua tangannya sibuk mencari sesuatu. Setelah ia berhasil menemukannya, sebuah senyuman terbit di bibirnya.

Buku tahunan.

Karina mulai membuka dan membalikkan satu demi satu lembar buku tahunan itu. Tiba-tiba ia dilanda rindu. Rindu dengan masa SMA-nya, rindu dengan segala kenangan yang tercipta di sana, dan tentu saja ia juga rindu dengan teman-temannya.

Tangannya seketika terhenti pada lembar foto kelasnya. Karinamengusap-usap potret bahagia dari anak-anak kelasnya beserta wali kelas yang tersenyum kaku. Ah, ia juga rindu dengan wali kelasnya tersebut.

Lalu netranya bergulir pada bagian profil anak-anak kelasnya. Lantas tanpa aba-aba, jantungnya berdetak dengan keras ketika melihat potret seseorang. Seseorang yang Karina anggap sebagai salah satu orang yang membuat masa SMA-nya berharga.

"Kamu ... apakabar?" gumamnya lirih sarat akan rindu.

***

Hai, aku kembali dengan cerita baru dengan pairing Jeno-Karina aka Bluesy!
Sebenernya ini masih belum fix jadi aku butuh vote dari kalian🥺
Makasih banyak ya sebelumnya yang mau vote🙏🏻❤
Oh iya, fyi ini nanti alurnya maju-mundur ya hehe. Oh ya tambahan, endingnya inshaallah gak mengecewakan kalian kok👉🏻👈🏻

Jadi menurut kalian gimana? Enaknya lanjut atau engga?

Tolong komen disini 👉🏻

Sampai jumpa, ditunggu komennya🤗

The Reason✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang