Epilog

2.8K 326 20
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!

***

Juni 2009

"Kamu masuk kedokteran kan habis lulus SMA?"

Javier yang sedang menyantap makan malamnya langsung menelannya cepat-cepat.

"Iya Pa."

"Mas, Javie baru lulus SMP loh. Bulan depan dia baru pake putih abu-abu, jangan ditekan begitu." tegur sang mama.

Sang papa tersinggung. "Menekan bagaimana maksud kamu? Aku cuma nanya ke dia. Udah untung nggak aku tanyain pas dia mau masuk SD."

"Kamu nggak nanya. Kamu dari dulu maksa dia buat jadi dokter kayak keluarga-keluarga kamu di luar sana. Kenapa nggak bebasin Javie milih apa yang dia mau sih?"

Wajah sang papa mengeras. Javier yang sadar situasi semakin memanas, segera mengambil alih. "Nggak papa Ma. Javie oke-oke aja kok jadi dokter."

"Tap–"

"Tuh, anak kamu aja mau!"

Sang mama mendesah pasrah. "Yaudah, yang penting Javie mau. Tapi kalo nanti kamu berubah pikiran, Mama nggak akan nentang."

"Sarah!"

"Pa, Ma udah. Nggak usah ribut. Javie lapar dan mau makan dengan tenang." Javier menatap keduanya dengan raut memohon yang tercetak jelas di wajahnya.

"Yang perlu kamu lakukan cuma belajar dan mempertahankan nilai kamu, Jav. Sisanya serahkan semuanya ke Papa. Kamu tinggal siap terbang ke luar aja." lanjut sang papa.

"Terbang? Maksud kamu Javie kuliah di luar negeri?!" sahut sang mama. Sang papa mengangguk santai. Sedangkan Javier terdiam.

"Kalo mampu kesana kenapa enggak? Ya kan Jav? Di sana lebih berkualitas."

"Kamu keterlaluan! Udah maksa Javie jadi dokter, sekarang maksa dia kuliah di luar negeri??!" sentak sang mama.

"Kenapa? Kamu nggak bisa jauh dari anak? Kalo kamu mau, kita bisa pindah kok nanti. Gampang."

"Josh!"

"Kamu kenapa sih ngelawan aku terus?!" sang papa semakin murka.

"MA! PA! UDAH!" Javier muak. Sangat muak.

Javier berdiri lantas berjalan cepat menuju kamarnya.

"JAVIER, KEMBALI!"

Seruan sang papa tak digubrisnya. Javier membanting pintu kamar lantas menjatuhkan tubuhnya ke ranjang.

Demi Tuhan, Javier hanya lapar dan ingin makan, bukan menonton keributan!

***

Juli 2009

Javier memandang jalanan dengan bosan dari jendela mobil. Saat mobilnya berhenti karena lampu lalu lintas, netranya menangkap sesuatu yang sedikit menarik. Ya, sedikit. Terlihat seorang gadis yang memakai seragam SMP sedang menunduk di trotoar. Sepeda gadis itu diparkir dengan sembarangan. Dahi Javier mengerut bingung. Sedang apa gadis itu?

Barulah setelah mobilnya berbelok, dari sudut ini Javier bisa melihat ada seekor kucing kurus yang mungkin kelaparan. Jadi si gadis memberikan makanan pada kucing jalanan itu. Sudut bibir Javier tanpa sadar tertarik ke atas. Sebuah pemandangan yang hangat di pagi hari.

***

Keterkejutan menghantam Javier ketika melihat gadis kucing tadi berada di lapangan upacara yang sama dengannya. Jadi gadis itu murid didik baru juga sepertinya. Untuk pertama kalinya, Javier tak memperhatikan orang yang sedang berpidato di depan. Ia sibuk mencuri pandang ke barisan sebelah kelas barunya. Netra gadis itu berkedip-kedip lucu. Sepertinya ia mengantuk. Lagi-lagi sudut bibir Javier terangkat tanpa ia sadari.

The Reason✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang