Chapter 10

2.1K 343 26
                                    

Tap tap ⭐
Happy Reading!

***

Oktober 2011

Karina meremas kedua tangannya dengan gelisah. Jam baru menunjukkan pukul enam lebih 10 menit namun ia sudah berada di dalam kelas. Sedari tadi netranya tak lepas dari arah pintu. Menunggu kehadiran seseorang. Sudah tahu siapa, bukan?

Ya tepat sekali. Karina sedang menunggu kedatangan Javier. Jujur, Karina takut setengah mati namun ia mencoba untuk menepisnya. Karena memang ini adalah murni kesalahannya. Dan apapun yang dilakukan Javier padanya nanti adalah akibat dari kelalaiannya.

Sungguh, Karina tidak sadar jika ia membawa ponsel dalam keadaan low battery. Saat ia pergi dengan Arga sabtu lalu, ia sudah mengingatkan dirinya untuk mengabari Javier jika Karina akan terlambat.

Dan bodohnya, ia justru lupa!

Karina terlalu larut dalam alunan-alunan nada yang tersaji di depan matanya sewaktu itu. Dan parahnya, baik Arga maupun temannya mengajaknya ke taman bermain. Karina semakin lupa waktu dan melalaikan tanggung jawabnya.

Karina mulai merutuki dirinya sejak ia pulang dan sang ibu memberitahu tentang kedatangan Javier ke rumah sampai detik ini. Karina sudah mengirim pesan pada lelaki itu namun tak ada balasan. Karina yakin Javier sangat marah dan kecewa padanya. Karina pantas mendapatkannya karena ia memang salah.

Masalah tugas, Karina sampai bertamu ke rumah sepupunya untuk meminjam novel. Karena baik dirinya maupun Sherina tak ada yang mengoleksi novel. Dan ia mengerjakan tugas itu dengan waktu yang mepet. Walaupun Karina yakin jika Javier sudah mengerjakannya, ia ingin tetap berusaha. Karina tidak ingin hanya menumpang nama tanpa melakukan apa-apa.

Kurang lebih sepuluh menit kemudian, orang yang sedari tadi Karina pikirkan muncul. Karina berjengit kaget. Manik keduanya bersirobok satu detik sebelum Javier mengalihkan pandangannya dan melangkah ke arah bangkunya. Dengan langkah takut-takut, Karina mendekat. Javier hanya meliriknya namun tidak mengatakan apa-apa.

"J-jav-"

"Tugas review nya dah selesai. Gue ambil bentar." sela lelaki itu. Lantas Javier mengambil selembar kertas folio dari dalam tasnya.

"Nih," Javier meletakkannya di atas meja. Dengan tak acuh, ia mengeluarkan sebuah komik dan mulai membacanya.

Karina semakin merasa bersalah. Ditambah Javier tak membentak atau memarahinya seperti biasanya.

"Jav gue minta maaf," cicit Karina.

"Ya." jawab Javier tanpa menatap Karina.

Tak bisa begini, jika Javier bersikap seperti ini justru Karina tidak tenang dan rasa bersalah semakin membebaninya.

"Jav, gue salah dan gue mau minta maaf. Gue lalai sama tugas dan tanggung jawab gue. Demi Tuhan Jav, gue mau ngabarin lo tapi HP gue baterainya habis. Maaf banget Jav ini salah gue. Pas gue ke perpusda lo udah nggak ada. Terus pas pulang, Mama bilang lo abis ke rumah. Javier, gue minta maaf banget." jelas Karina. Rasanya ia ingin menangis sekarang.

"Ya udah lah Rin, udah lewat." balasnya datar.

"Nggak bisa Jav, gue nggak tenang."

Javier menghela napas kasar. "Terus lo maunya gimana? Gue harus marah-marah sama orang yang milih pacaran dibanding ngerjain tugas gitu?!"

Deg!

Ini memang kemauan Karina. Ia ingin Javier melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya, tapi ia sendiri yang merasa sakit hati. Kata-kata Javier sungguh menusuknya.

The Reason✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang