👑 Cuma Sasha 👑

64 4 0
                                    

"Huft, astaga. Panas banget deh hari ini, gila!" ujar gadis itu. Ia menyeka keringat yang membasahi keningnya. Jersey volinya juga sudah basah, ia menghela napas dan duduk di kursi penonton samping lapangan.

"Nih!" tiba-tiba seseorang menyodorkan sebotol air mineral padanya. Ia menengok kearah malaikat penyelamat tersebut.

"Lo!" seru gadis itu.

"Hai juga, Sasha. Ah, lupa. Gue kan sekarang udah punya panggilan buat lo, baru aja bikin, ehe. Mochi. Bagus gak?" tanya pemuda itu.

"Jangan ganggu gue!"

"Gue gak niatan ganggu lo, kok. Gue cuma mau nyapa dan ngasih lo ini. Panas banget hari ini, lo pasti haus," ujar pemuda itu lagi.

Sasha nampak memerhatikan botol tersebut, meneguk salivanya. "Ok, gue terima karena ... pertama, gue orangnya sebenernya gak tegaan, gue takut lo sakit hati kalau gue tolak ini. Kedua, gue haus. Jadi, gue terima. Jangan mikir macem-macem lo! Dah sana, pergi lo!" ucap Sasha.

"Haha, judes banget sih mbak. Ok, apapun alasannya, gue gak masalah. Lo dah mau terima aja, gue udah seneng banget. Makasih, ya."

Sasha mendelik, "mau sampai kapan lo disini, markejun! Jangan bikin orang nyomblangin lo ama gue lagi, deh. Ganggu!"

"Haha, ok, ok. Bentaran, ya. Gue kangen liat lo, lima menit lagi, ok! Gue cuma mau liat muka lo aja, rasanya dah lama banget gak liat lo. Kangen."

"Lo ngomong kayak gitu sekali lagi, gue ganti lidah lo ama asahan pisau dapur!" ancam Sasha.

"Haha, seneng banget godain lo."

"Ekh, and please, Jun. Hentikan tindakan dan obsesi lo ama gue yang kampungan itu, bisa-bisanya lo nyari nomor whatsapp gue kayak gitu, tau dari siapa lo?"

Arjun hanya tersenyum kecut, entah kenapa sekasar apapun perkataan Sasha, rasanya dia tidak bisa terlalu sakit hati. Dia bahkan merasa bahagia sekali kali ini, hari ini adalah pertama kalinya ia bicara panjang lebar dengan Sasha.

"Heh, lo budek?" seru Sasha.

Arjun yang tadinya sedang merasa kegirangan akan momennya dengan Sasha kali ini, menengok. Menatap Sasha dengan polos.

"E-eoh, ada apa?" tanya Arjun balik.

Sasha membuang napas kasar, "bomat!"

Sasha pun beranjak dari tempat duduknya dan hendak pergi ke kelasnya. Arjun hanya tersenyum dan segera berteriak untuk mengucapkan salam perpisahan.

"Dadah, mochi! Sampai jumpa lagi!"

Sasha hanya memberengut kesal mendengar ucapan perpisahan Arjun. Pemuda itu sepertinya memang tak bisa membiarkan hidupnya tenang begitu saja.

"Tuh cowok bener-bener nyebelin, ya. Heran gue, kok ada sih spesies manusia kayak dia."

Arjun hanya tersenyun menatap kepergian Sasha dari hadapannya. Lalu, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. Itu adalah Bayu. Ketua OSIS SMA Legantara, seseorang yang tidak terlalu Arjun dan Juna sukai untuk beberapa alasan.

"Lo udah siap buat lomba piano minggu depan?" tanya Bayu.

"Hm, kenapa lo nanya-nanya? Penting banget?" balas Arjun judes. Bayu hanya tersenyum kecil.

"Gak sengaja liat jari lo, lo yakin bakal bisa ikut lomba dengan keadaan kayak gitu?" tanya Bayu lagi. Arjun tersenyum sinis.

"Bisa atau nggak, gak ada hubungannya sama lo."

"Ada, lah. Gue ketua OSIS Legantara. Acara penting kayak gini termasuk tanggung jawab gue."

"Ini lomba yang biasa gue ikuti, cuman kali ini bedanya gue wakilin sekolah. Jadi, gak usah sok khawatir."

ARJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang