"Jadi, apa yang membuat karya Djenar berjudul 'Mereka bilang, Saya Monyet!' jadi satu karya yang iconic di kalangan pembaca sastra?" tanya Rai yang kebetulan berada di kelompok 3. Tumben, ada gunanya juga tuh anak. Biasanya mendadak jadi patung kalau presentasi.
"Ok, itu pertanyaan terakhir dari sesi tanya jawab ini, ya. Kami akan jawab pertanyaan dari saudara Rai," ujar Arjun. Mereka memang dituntut untuk menggunakan bahasa yang formal ketika ada di pelajaran sastra Indonesia.
Arjun menatap Yara, Yara hanya tersenyum dan mengangkat bahunya.
"Giliran lo yang jawab!" bisik Yara. Arjun melotot.
"Kok gue lagi?" bisik Arjun padanya. Yara nyengir.
"Gue belum hafal jawabannya," bisik Yara lagi sambil menampilkan ekspresi tanpa dosa. Membuat Arjun ingin sekali menyakarnya, tapi dia ingat, Yara itu seorang gadis, teman baiknya dan ditambah itu adalah tindakan yang anarkis. Arjun juga punya prinsip, tidak boleh kasar pada seorang gadis.
Ok, sabar, tahan Arjun! Lo pasti bisa, tahan! batin Arjun.
"Baiklah, pertanyaan itu akan saya jawab. Saudara Rai, dimohon perhatian dan silahkan mencatat hal-hal yang sekiranya penting," ujar Arjun.
Rai mengangguk, mulai memperhatikan.
"Karya dari beliau yang berjudul 'Mereka bilang, Saya Monyet!' populer karena ...."
"Lo emang mirip sih, judulnya sesuai sama tampang lo, eh ... maksudnya kelakuan lo, haha!" ujar salah satu siswa dari bangku belakang. Arjun, Yara dan kelompoknya sontak mengalihkan pandangannya kepada siswa itu.
Astaga, berani-beraninya tuh bocah ngomong begitu pas ada guru. Gila kali!
"Satria! Apa-apaan kamu? Apa maksud kamu?" omel Bu Marwa.
Siswa bernama Satria itu terdiam. Menatap Arjun tajam. Memperlihatkan senyum sinisnya.
"Apa masalah lo, bro? Bisa 'kan gak usah nyari ribut pas kelas masih jalan?" ujar Surya.
"Ha," Satria mengangkat wajahnya dan menatap mata Surya angkuh, dia tersenyum.
"Emang kenapa? Lo pacarnya si banci itu? Jadi gimana, gue harus cari masalah sama dia waktu diluar sekolah aja kali, ya. Biar gak ada yang ganggu,"
Surya baru saja mau membalas, namun dipotong oleh Bu Marwa.
"Keluar dari kelas saya, Satria. Saya melarang kamu untuk ikut pelajaran saya hari ini. Lalu, karena kamu sudah mengatakan hal-hal yang tidak pantas pada Arjun, nilai kamu kosong, sekarang ... kamu boleh keluar," perintah Bu Marwa.
Satria pun mengalihkan pandangannya pada Arjun, kemudian dengan ekspresi marah ia keluar dari kelas. Sebelum itu, saat menuju keluar, ia dengan sengaja menabrak lengan Arjun secara kasar. Tubuh Arjun sempat terdorong mundur beberapa centi. Teguh yang menyadarinya langsung membentak Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUN
Teen Fiction|| Genre : Teenfic, Persahabatan, Keluarga, Romance || Apa yang terjadi ketika seorang cewek jutek dan keras kepala didekati cowok Kpopers yang berhati lembut dan murah senyum? Sasha Putri Andriana bertekad untuk fokus dengan kecintaannya pada bela...