"Masih aja ngikutin gue kayak cecurut, ya, lo!" tuduh sosok tersebut.
Arjun masih terdiam, tak mampu berkata apa-apa. Sosok itu tersenyum sinis. Ia mengangkat kopi yang dibelinya.
"Want to cheers? I think, today you will lose. Haha, like a destiny, you just a loser! "
Arjun mengangkat sebelah alisnya, tersenyum canggung. Lalu, kakinya melangkah untuk menjauh. Sosok itu menahan tangannya.
"Mau kemana, lo?" tanyanya.
Arjun tak menjawab apapun. Ia menepis genggaman sosok menyebalkan tersebut. Namun, sepertinya orang itu memang suka sekali mencari keributan. Terlebih dengan Arjun. Sudah lama tak melihat sosok itu, membuat Arjun sangat malas karena kembali dipertemukan.
"What do you want, Gilang?"
"Ah, I thought you not remember who am I. I give you great memories, right?"
"Fu*k!"
Arjun kemudian berjalan menjauh dan keluar dari supermarket itu. Ia akhirnya lupa dengan tujuannya kesana. Ia terlihat frustasi.
Bisa-bisanya gue ketemu dia lagi, anjir! Bikin gak selera makan aja batin Arjun.
Ia pun terus melangkah menuju hotel tempatnya menginap. Ia kemudian berpikir.
Kenapa gue tadi pas minta maaf malah pakai bahasa Indonesia, ya? Coba tadi yang gue tabrak bukan orang Indo, kan gue malu, hadeh.
***
"Arjun, gimana lo disana? Lo gak sekamar sama Pak Gento 'kan?" ucap Natasha di sambungan telepon.
"Gak, lah! Ya, kali, gue sekamar ama Pak Gentong, mana muat tuh kasur!" sahut Arjun.
"Ya, gue tau, gak 2 in 1 juga, sekamar berdua gitu, loh. Pisah ranjang, lah!" Natasha masih nampak semangat mengejek Arjun saat ini di telponnya.
Arjun mendengkus, "ah, lo mah sama aja kayak anak-anak. Lo Ama Valter tuh gak ada bedanya ama Juna dan Ares. Sama-sama hobi banget bikin gue ngamuk!"
"Haha, ututu, anak mami marah, ya. Aduh, maaf, ya. Jangan ngambek, dong. Nanti gantengnya luntur, loh. Emang gak mau tetep ganteng Ampe pulang lagi ke Indonesia ketemu ayang bebeb Sasha?"
"Dih, rese lu, Nut! Hari ini lu pasti kebanyakan makan kuaci makanya nyebelin kayak sih Juna ama Ares."
"Haha, itu lo tau!"
Arjun pun mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Dia tadinya menelepon Natasha untuk mendengarkan kabar dari gadis kesayangan sanggara tersebut. Namun, yang ada dia malah diejek habis-habisan oleh Natasha.
Dia hanya terdiam di hotelnya sekarang. Duduk menatap kosong ke depan, bersandarkan bantal yang menempel pada tembok. Besok adalah kompetisinya. Ia tidak memiliki keraguan sedikitpun dengan kemampuannya. Hanya saja, keberadaan Gilang ... itu jujur, sedikit menganggu. Ia tidak mengira bahwa pemuda menyebalkan itu akan mengikuti kompetisi yang sama dengannya.
"Lagian 'kan ada kompetisi yang sama di Paris besok, ngapa dia ikut yang disini, sih? Bikin cuaca jadi mendung aja," oceh Arjun.
Ia ingat benar dengan kelakuan Gilang semasa sekolah dasar, ditambah ketika selama tiga bulan lamanya saat dia SMP, Gilang juga sempat berada satu kompleks perumahan dengannya. Karena Ayah Gilang sedang ada projek di Bogor. Ia sangat benci ini, kenapa semua seakan datang secara membabi-buta. Kenyataan pahit dan menyakitkan secara silih berganti berusaha melukainya lagi kali ini.
Belum juga gue bisa berdamai sama kebiasaan mimpi buruk gue yang balik lagi setelah tiga tahun. Eh, sekarang malah momen terburuk datang nyamperin gue. Mana mungkin tuh Genderuwo biarin gue tenang selama sisa hari disini? Dia bakal ngoceh dan ngelakuin hal norak buat nunjukin atensinya, nunjukin ke gue kalau dia lebih baik dari gue, lebih kuat.
Arjun tersenyum sinis.
Hm, ya udah, lah. Toh, cuma beberapa hari ini gue ketemu sama dia, gue gak bakal ketemu lagi sama si Genderuwo nantinya. Nasib buruk banget, deh, kalau ketemu dia tiap hari. Bisa-bisa gue jadi bulan-bulanan mulu.
Arjun pun membuka Instagram. Mengklik ikon pencarian. Lalu, disana terpampang profil Instagram yang terakhir ia kunjungi. Ya, terakhir dan satu-satunya. Instagram dengan username @sashapu4, siapa lagi jika bukan Sasha Putri Andriana. Gadis pujaannya.
"Hai, Mochi. Pipi lo gemes banget, hehe. Persis kayak kue mochi," ujar Arjun. Matanya memandang sendu foto yang terpajang di postingan akun milik Sasha. Sasha tersenyum dengan manisnya, namun, hati Arjun tidak demikian. Dia tengah bersedih.
Ia menghembuskan napas berat, mengacak-acak pelan ujung rambutnya yang hampir menyentuh kening. Ia stress sekali dengan pendekatannya yang tak kunjung membuahkan hasil. Ia tahu, langkah yang ia ambil masih terlalu lamban dan tidak jelas. Tapi, mau bagaimana lagi? Sikap Sasha yang kelewat jutek dan galak serta Arjun yang tidak punya pengalaman sama sekali dalam hal mendekati wanita. Membuat semuanya terulur-ulur semakin lama saja. Arjun tidak tahu harus bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUN
Novela Juvenil|| Genre : Teenfic, Persahabatan, Keluarga, Romance || Apa yang terjadi ketika seorang cewek jutek dan keras kepala didekati cowok Kpopers yang berhati lembut dan murah senyum? Sasha Putri Andriana bertekad untuk fokus dengan kecintaannya pada bela...