Arjun hanya terdiam. Fokusnya bukan lagi pada penampilan yang Gilang bawakan. Melainkan pada secuil ingatan di masa lalu.
20 April 2014
"Ah!"
"Eh Acung, ini apa! Kan udah aku bilang, bawa minuman sama makanannya yang banyak. Masa cuma empat roti sama empat susu ini aja? Kamu kan kaya, masa bawa lebih banyak aja gak bisa! Terus, aku bilang buat bawain uang juga. Aku hari ini bosen, mau pergi ke warnet, main game sama temen-temen. Tapi, kamu cuma bawa lima puluh ribu. Mana cukup!" bentak Gilang pada sosok Arjun kecil yang tengah terduduk lemah dan terpojokan di dinding belakang sekolah.
"Aku gak mau tau. Kamu udah ingkar janji! Aku harus bikin kamu ngerti. Kalau anak yang ingkar janji itu... nakal! Ok!"
Suara tawa ikut terdengar dari beberapa anggota geng Gilang.
Gilang menarik sebelah kaki Arjun dengan keras, "wah, sepatu kamu bagus! Sini, aku minta!" Arjun yang memiliki postur lebih kecil tertarik dengan mudah dan kini sepatunya dicopot paksa tanpa bisa melakukan banyak perlawanan.
"Wihhh! Bagus nih! Buat aku, ya!" ucap Gilang dengan girang.
Namun, tak sampai disitu saja. Tiba-tiba, Gilang melemparkan sepatu Arjun ke atap, hingga akhirnya tersangkut disana. Arjun hanya bisa diam dan menatap nanar sepatunya yang menjadi korban kenakalan.
"Yah, Jun. Sepatunya terbang!"
Arjun pun kemudian berdiri untuk melawan Gilang. Sungguh, ia kesal dengan kelakuan Gilang yang setiap harinya semakin menjadi-jadi. Gilang didorong dengan cukup keras. Tentu, kekuatan yang tak sebanding, membuat Gilang yang marah mendorong balik tubuh Arjun sampai terjungkal ke belakang. Kepalanya membentur dinding.
Karena merasa Arjun sudah berani memberontak padanya. Entah ada pikiran setan dari mana. Dia mulai mengumpat dan melakukan tindakan tak senonoh.
"Anj*ng! Anak to**l! Udah berani kamu sama aku, hah! Nih, aku tunjukin kalau kamu itu cuma ta*! Kamu itu sampah, Acung!"
Gilang membuka resleting celananya dan menyuruh ketiga temannya mengikuti perbuatannya. Ia dan ketiga temannya kini mengencingi tubuh Arjun bersama-sama sambil tertawa dengan gembira layaknya jelmaan iblis.
Arjun hanya bisa menutup wajahnya, merasakan perih yang mulai menyebar ke seluruh bagian kepalanya.
"Ah!" Arjun mengaduh.
Gilang kemudian menyadari kepala Arjun terluka di bagian belakang. Itu pasti karena ulahnya yang tadi mendorong Arjun dengan keras. Gilang kemudian menghentikan aksinya dan menyuruh yang lain ikut berhenti. Ia gelagapan dan langsung kabur bersama teman-temannya.
Arjun hanya bisa menangis menghadapi perlakuan yang Gilang dan teman-temannya berikan.
Jujur, Arjun benci dirinya yang sangat lemah.
Benci. Benci. Benci.
Hanya satu kata itu yang ia pikir cukup untuk menggambarkan bagaimana caranya memandang bayang yang terpantul di depannya ketika bercermin.
Ya, ia hanya sangat benci sosok ini. Arjun ini.
Bahkan kini mulai terngiang ucapan Clara dan Sakala padanya.
Dasar banci!
Lalu, kata-kata sang Papa dan... Gaga, tujuh tahun silam.
Kamu itu mau jadi apa? Jadi kebanggaan papa gak bisa, jadi seseorang yang berguna juga gak bisa. Bisanya kamu tuh hanya membebani papa dan mama. Apa yang bisa kami banggakan dari kamu, Arjun?
Gaga benci Juju, Juju jahat! Juju orang yang paling jahat!
Semua membencinya.
Matanya berkaca-kaca. Ia tersenyum getir. Kalau boleh meminta, ia juga tak ingin terlahir sebagai Arjun.
Sementara itu, suara riuh tepuk tangan menggema ke seluruh penjuru ruangan. Penampilan Gilang sudah selesai dan tampak semua orang sangat menikmati penampilannya. Arjun dan Gilang pun tak sengaja bertemu pandang. Gilang menyunggingkan senyum sinis pada Arjun, sementara pemuda itu hanya membalas dengan memutar bola mata malas.
"Baiklah, peserta selanjutnya, perwakilan kedua dari SMA Legantara. Salah satu penampilan yang banyak ditunggu-tunggu. Peserta satu ini tentu seperti yang kita tahu, ia telah mempertahankan gelar juara selama tiga tahun berturut-turut. Akankah kali ini ia keluar kembali sebagai pemenang? Mari kita sambut, Arjun Argantara!"
Arjun berdiri dari kursinya dan maju ke depan untuk tampil.
Arjun pun tiba di panggung dan menghirup napas dalam. Ia harus menenangkan hatinya. Ia harus menang. Ia akan membuktikan pada Gilang, meski ia lemah dan tak mampu bersaing dalam hal kekuatan dengan Gilang. Tapi, masalah musik, ia tetaplah unggulan. Ia tak akan membiarkan Gilang menginjak-injak harga dirinya lebih jauh lagi.
Setelah membungkuk hormat pada para tamu undangan dan para peserta, Arjun akhirnya duduk dan memulai pertunjukan. Seketika, suara tuts piano yang halus dan merdu mengalun. Arjun membawakan musiknya dengan sangat baik.
Meski ia nampak cukup iconic dengan tampil tanpa tuxedo nya. Justru, entah bagaimana, semua mata justru semakin terpikat olehnya. Ia kini nampak bersinar dan menonjol dari yang lain.
Gilang yang telah kembali ke tempat duduk nya, menatap Arjun dengan penuh kekesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUN
Ficção Adolescente|| Genre : Teenfic, Persahabatan, Keluarga, Romance || Apa yang terjadi ketika seorang cewek jutek dan keras kepala didekati cowok Kpopers yang berhati lembut dan murah senyum? Sasha Putri Andriana bertekad untuk fokus dengan kecintaannya pada bela...