👑 Perasaan Yang Tak Tentu 👑

33 2 0
                                    

Arjun kini tengah duduk di taman depan hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arjun kini tengah duduk di taman depan hotel. Suasana disana cukup menenangkan. Semilir angin berhembus beberapa kali menerpa wajahnya. Poni pendeknya sedikit tersapu ke samping karenanya. Namun, itu tak membuat Arjun berkutik. Ia masih setia termangu dan larut dalam pikirannya.

Ia memegang dadanya, sedikit sesak disana. Kepala nya juga sedikit berdenyut saat ini. Rasa sakit sebab kehujanan dengan Sasha saat itu belum sepenuhnya pulih. Namun, kini ditambah dengan hal-hal menyebalkan yang menghantuinya. Mimpi buruk itu dan kehadiran Gilang.

Seolah semesta ini belum cukup bermain-main dengannya sejak masih kanak-kanak. Kini, di usianya yang menginjak 17 tahun pun, ia lagi-lagi dibuat ketakutan akan banyak hal.

Kenapa gue harus bergantung sama obat itu lagi, sih? batin Arjun.

Gue capek, dada gue rasanya hampir meledak hanya karena minum obat itu. Gue tau itu bahaya kalau dikonsumsi dalam dosis berlebih. Tapi ... gue takut. Gue takut sama mimpi itu. Gue bahkan gak bisa mejamin mata kalau gak minum obatnya. Kalau Mbak Diana tau, gue bisa mati!

"Oy! Ngelamun aja!" seru Audy mengagetkan Arjun dari arah belakang. Arjun berjengit. Ia tampak muram setelahnya.

"Hehe, kaget, ya? Sorry! Abisnya, lu ngelamun aja. Gue gak mau tanggung jawab kalau lo sampai kerasukan, ya!" ujar Audy. Arjun memutar bola matanya dengan sinis. Audy tergelak karenanya. Sungguh aneh melihat ekspresi pemuda yang dikenal ramah di depannya berubah jadi seperti itu.

"Ututu, ngambek, ya? Maaf kali. Canda dikit. Biar gak tegang menjelang perlombaan."

Arjun kemudian berdiri dan hendak berlalu begitu saja. Hingga, tangan kirinya ditahan oleh Audy. Audy menatapnya dengan wajah memelas.

"Ih, gak bisa diajak bercanda dikit aja, deh! Masa gitu aja marah. Sini, duduk. Gue mau nanya sama lo!"

Audy menarik tangan Arjun cukup keras. Arjun yang mungkin tengah tak siap ditarik dengan tenaga dalam seperti itu sontak langsung terdorong ke arah Audy dengan posisi yang akhirnya membuat hati Audy mencelos. Nasib baik, tangan Arjun menahan tubuhnya agar tidak terjatuh lebih jauh lagi. Wajah Arjun dan Audy kini sangat dekat, Audy hanya mampu mematung. Arjun yang entah hatinya terbuat dari apa, malah langsung menggeplak tangan Audy yang mengenggam lengannya.

"Ah, lu mah rese! Kaget gue! Untung gue gak jatuh ke lo. Nanti dikira orang, gue macem-macemin lo lagi! Jangan maksa napa! Gue lagi pengen sendiri!"

Arjun pun akhirnya berlalu dengan langkah cepat. Jujur, tadi ia juga sempat tertegun dengan adegan drakor tersebut. Namun, dengan secepat cahaya, ia mampu mengendalikan dirinya dan memutuskan segera pergi. Rasanya tentu akan canggung sekali jika mereka berada disana bersama lebih lama lagi.

Sementara Audy, ia masih terdiam. Masih berusaha memproses apa yang baru saja terjadi.

Gue gak bakal cuci tangan. Ini momen legendaris batin Audy.

***

Kini, saatnya lomba diadakan. Arjun dan Audy sudah ada di tempat para peserta harus menunggu giliran tampil. Arjun menggunakan setelan jas tuxedo berwarna hitam, sepasang sepatu yang senada dan rambutnya bahkan juga tersisir dengan rapi. Arjun nampak seperti Ceo muda yang sering digambarkan dalam cerita wattpad. Begitu rupawan.

Tak kalah dengan Arjun, Audy juga nampak anggun dengan balutan dress panjang semata kaki berwarna biru muda. Rambut pendeknya nampak manis dengan jepitan berbentuk pita kecil terhias disana. Ia tersenyum.

Terlebih, kini ia dan Arjun tengah duduk berdampingan. Arjun nampak menikmati penampilan peserta lain yang tengah tampil. Sementara Audy, terlihat sesekali mencuri pandang pada Arjun. Ia terkesima dengan penampilan formal Arjun yang menampilkan image berbeda dari sosok pemuda itu. Ia yakin, jika gadis-gadis Legantara melihat penampilan Arjun saat ini, mereka akan sama terpesonanya. Arjun nampak tampan dan gagah. Sungguh jauh berbalik dengan penampilan sehari-harinya di sekolah dengan rambut tersisir seadanya dan poni pendek yang menghalangi jidatnya.

Jidat mulus Arjun terekspos dan membuat ia seribu kali lebih memesona. Audy jadi sedikit gugup karenanya. Ia tak peduli dengan perform peserta lain. Arjun menarik seluruh atensinya. Bahkan, tak heran, beberapa gadis lain yang juga peserta juga ikut memerhatikan Arjun.

Arjun dalam mode cool boy seperti ini mampu meluluhkan hati gadis manapun.

"Jun, ada air gak? Gue haus!" bisik Audy pada Arjun. Arjun terlihat celingak-celinguk ke bawah kursi. Ya, tidak ada rupanya. Penyelenggara acara nampaknya sedikit lalai pada titik ini. Bagaimana mungkin mereka tidak disediakan minuman apapun? Atau, apakah mereka harus mengambil sendiri ke belakang? Ya, bagus. Itu sangat merepotkan.

"Kayaknya harus ambil sendiri ke belakang, bentar, gue ambilin, ya."

Audy tersenyum canggung. Astaga, dia tadinya hanya mencari cara untuk berinteraksi dengan Arjun. Kini, ia malah jadi merepotkan Arjun. Sungguh ide yang buruk.

Ya udah, deh. Gue butuh waktu buat ngatur napas. Arjun disamping gue mulu, gue malah deg-degan batin Audy.

Arjun pun ijin pada Pak Gento yang ada disampingnya untuk mengambil minum ke belakang. Pak Gento mengijinkannya. Setelah Arjun pergi, Audy nampak menghembuskan napas lega. Sedikit rasa deg-degan nya lepas begitu saja. Ia pikir, ia akan mati kehabisan napas jika Arjun tidak pergi sebentar dari hadapannya. Ia butuh oksigen! Ini sangat membuatnya salting setengah mati.

Huft, tenang Audy. Tenang! Hembuskan napas. Ngapa lo jadi makin keliatan aja sih, bucinnya sama Arjun. Padahal kan, lo awalnya juga b aja ama Arjun. Kendalikan diri lo. Kendalikan!

***

Arjun kini sampai di tempat minuman berjajar. Ya, di acara resmi seperti ini, ia tidak mungkin berharap yang disediakan penyelenggara adalah air mineral bukan?

Arjun pun mengambil dua gelas sirup berwarna oranye, mungkin rasa jeruk, pikirnya.

Ia memang sudah biasa mengikuti acara festival ini, hanya saja, ia jarang sekali mengambil panganan yang acara itu sediakan. Ia hanya fokus pada penampilannya. Tidak terbersit apapun yang lainnya lagi. Ini adalah pertama kali. Ia jadi sedikit bingung.

Tiba-tiba, seseorang menumpahkan minuman ke sepatunya. Arjun terkejut dengan tindakan itu. Ia melihat siapa pelakunya. Ia hanya bisa menghela napas panjang. Jengah.

"Apa mau lo?" tanya Arjun dengan tajam.

"Bikin lo ... gak tenang? Mungkin itu. Kebetulan banget lo disini. Setelah ini adalah penampilan gue. Gue harap lo siap buat gue kalahin."

"Haha, pede banget jadi orang." Arjun pun langsung pergi dari sana. Sosok yang menumpahkan minuman tadi, hanya menatapnya dalam diam.

Gue gak akan biarin lo menang kali ini, Arjun. Gue akan kalahin lo dan buktiin ke bokap gue, kalau gue jauh lebih baik dari lo. Cukup, cukup selama ini gue selalu dibandingkan sama lo yang bahkan gak ada satu persen pun lebih hebat dari gue. Gue akan buktiin pemikiran bokap gue sama lo, itu salah besar! Lo gak lebih dari kacung gue!

ARJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang