"Oy, ikut balik dong gue!" seru Ragnala saat menghampiri Arjun di bangkunya.
Bel pulang sudah berbunyi, pertanda para siswa kini sudah bisa terbebas dari jeratan tugas sekolah.
"What, ikut gue balik? Gue cuma bawa sepeda kesini, gak salah lo?" tanya Arjun meyakinkan.
"Ya, bonceng lah. Gak ada dudukannya, ya. Stay calm, sambil berdiri 'kan bisa," ujar Ragnala.
"Kagak mau, lo banyak dosa, berat!"
"Euleuh-euleuh, ari ka babaturan teh sok kitu anjeun mah. Pamali eta teh, tong sok nolak pahala bilih dipasihan ku Pangeran. Teu kenging oge moyokan babaturan seeur dosana, emang anjeun teh terang bilih abi seeur dosa-na apa henteu, sok mika-nyahoan-an," balas Ragnala dengan bahasa Sundanya. Arjun hanya mampu melongo mendengar penuturan Ragnala. Ia yang hanya mengerti kata urang, maneh, henteu dan enya. Jika dihadapkan sebait penuh kata-kata Sunda, mana mungkin ia paham?
"Ngomong apa lo?"
"Apa weh,"
"Dih!"
"Jadi, kumaha, hajeun milu yeuh? " tanya Ragnala lagi.
"Gue kagak paham lo ngomong apa," tutur Arjun.
"Boleh gak, gue ikut."
"Gak!" Arjun pun segera membereskan semua peralatan menulisnya, memasukkannya ke dalam tas. Lalu, segera menyelempangkan tasnya ke pundak.
"Ih, Jun. Lo 'kan temen baik gue, ayolah!" rengek Ragnala.
"Gak, Rai. Sekali gue bilang nggak, ya nggak!" tegas Arjun.
"Dih, gak biasanya, lu pelit begini. Ada apa nih?" selidik Ragnala penuh curiga.
"G-gak ada apa-apa, udah ah, gue mau pulang, capek gue, mau cepet-cepet rebahan," kata Arjun dan dengan secepat kilat meluncur menuju parkiran. Ragnala hanya memasang wajah masam dan berjalan gontai.
Arjun berlari menuju gedung seberang, menaiki tangga dengan semangat. Lalu, langkahnya terhenti didekat ke kelas 11 IPA 1. 3 ruangan dari tempatnya berada adalah kelas Sasha.
Sasha udah keluar kelas belum, ya? batin Arjun.
Gedung IPA memang terpisah dari gedung IPS dan Bahasa. IPA di Legantara ada 4 kelas. IPS ada 3 kelas dan Bahasa ada 2. IPS dan Bahasa ada di gedung yang sama, disebelah barat. Sementara, IPA ada di gedung sebelah Selatan. Entah bisa disebut lucu atau semacam 'diskriminasi', koridor IPA ini seringkali dijuluki 'koridor emas'. Karena di gedung ini, semuanya adalah anak IPA. Satu kaum, satu bangsa.
Anak-anak IPA yang sok seringkali menyindir atau menatap sinis anak-anak yang datang dari gedung seberang. Mengatakan pada mereka, mereka bukan termasuk anak 'koridor emas'.
"Eh, ada anak kelas fenomenal nih, nyari gebetan di IPA? huft!" ejek salah satu siswi sok yang kebetulan melintas dan menyadari kedatangan Arjun.
Sementara Arjun, hanya cuek dengan ejekan tersebut. Tetap fokus memperhatikan ke depan, siapa tau Sasha muncul, keluar dari kelasnya dan ia bisa mengajak gadis itu pulang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUN
Roman pour Adolescents|| Genre : Teenfic, Persahabatan, Keluarga, Romance || Apa yang terjadi ketika seorang cewek jutek dan keras kepala didekati cowok Kpopers yang berhati lembut dan murah senyum? Sasha Putri Andriana bertekad untuk fokus dengan kecintaannya pada bela...