05

695 78 0
                                    

"IBU!"

"AYAH!"

"YUUKA!"

Sebuah tangisan disertai jeritan pilu terdengar nyaring ditengah malam mengerikan kala itu.

Sebuah air mata yang tak berhenti mengalir dari ujung mataku sembari berteriak dengan suara yang hampir habis karena berteriak terus menerus.

Bagaimana tidak, keluarga ku habis dibunuh secara brutal dan tidak manusiawi di depan mataku sendiri. Bahkan ibu ku mati dipelukan ku sendiri dengan posisi sebuah katana yang menembus perut nya dari belakang.

Ayah ku yang kondisinya lebih mengenaskan dimana kepala nya terpisah dari badannya karena tebasan. Adikku, Yuuka juga telah dikutuk menjadi sebuah katana.

Kini benar-benar tinggal aku sendiri yang sekarang sedang berpikir diambang hidup dan mati. Berteriak sekencang mungkin berharap akan ada yang mendengar jeritan ku dan datang menolong.

Ketakutan yang mengalir dari ujung kepala hingga kaki. Pria misterius itu mendekat dan semakin dekat berjalan kearah ku.

Tak henti-hentinya aku menjerit menyuruh nya untuk mundur namun ia seperti tidak mendengar ku. Ia tersenyum mengerikan sambil mengangkat katana nya tinggi-tinggi bersiap untuk menghabisi ku saat itu juga.

"HUAAAAAA!"

Aku terbangun dengan wajah pucat,jantung yang berdegup kencang,serta keringat dingin yang tak henti bercucuran di seluruh tubuhku.

Tanganku menggenggam ujung selimut dengan erat. Berusaha sekuat tenaga menahan tangis yang akan meledak saat itu juga.

Akhirnya tangis ku pun meledak namun terendam dibalik bantal yang menjadi pelampiasan tempat ku menangis.

Sebuah mimpi buruk yang berasal dari trauma masa lalu ku muncul kembali. Lebih menakutkan daripada mimpi apapun itu.

####

Suara tawa Kugisaki dan Itadori langsung pecah ketika aku tiba dilapangan pagi ini.

"HEI [Name]-SAN! ADA APA DENGAN MATA MU ITU? KAU TERLIHAT SEPERTI PANDA SENPAI" Ejek Itadori diakhiri dengan tawa isengnya.

"Kau tidak tidur semalaman apa bagaimana? Kantung mata mu terlihat sangat jelas dan berwarna hitam" Kugisaki menambahkan.

Aku tidak membalas mereka, karena sebelum aku berangkat kesini juga sebenarnya aku sudah menggunakan segala cara untuk menutupi atau mengurangi tampilan kantung mata ku ini.

Sejujurnya saja aku sudah mengalami hal ini sekitar seminggu lebih. Insomnia dan gangguan kecemasan ku kambuh lagi. Aku bahkan sudah membeli satu botol pil obat tidur untuk mengurangi gejala ku yang mulai kambuh itu.

Aku tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun bahkan Gojo sendiri, meskipun aku sudah satu bulan berada di sekolah ini. Karena aku merasa itu adalah hal sepele yang sepertinya tidak penting untuk orang lain ketahui.

####

Langkah ku berhenti sejenak ketika berada di gerbang masuk sebuah hutan yang cukup lebat. Hawa kutukan yang sangat mencekam terasa sampai membuat ku hampir muntah. Entahlah, itu hanya reaksi ku tersendiri apabila aku merasakan hawa kutukan dalam jumlah besar.

Ini adalah tempat misi kami. Hutan Aokigahara, hutan keramat yang mendapat sebutan "Tempat Yang Paling Sempurna Untuk Meninggal Dunia".

Hutan ini populer bukan karena wisata namun karena banyaknya kasus bunuh diri yang dilakukan di lokasi ini. Oleh karena itu hutan ini pun terkenal dengan hutan kematian yang bahkan populer tidak hanya di Jepang.

𝙇𝙊𝙑𝙀 𝘼𝙉𝘿 𝘾𝙐𝙍𝙎𝙀 | 𝙂𝙊𝙅𝙊 𝙎𝘼𝙏𝙊𝙍𝙐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang