07

572 67 8
                                    

Aku menggerutu sebal sambil berbaring di tempat tidur ku. Semenjak kejadian kemarin, Gojo jadi terus-terusan berada di kamar ku dengan alasan,

"Atas apa yang kau perbuat kemarin, mau tidak mau aku harus mengawasi mu agar kejadian seperti itu tidak terulang kembali dengan mengawasi mu seperti ini kan kau jadi tidak bisa pergi kemana-mana" Itulah yang ia katakan.

Manusia ini benar-benar menyebalkan. Sementara aku masih terbaring di kasur, ia malah duduk disamping tempat tidur ku sambil melihatku terus menerus tanpa melepaskan pandangannya dari ku. Ini namanya sudah berlebihan, aku kan bukan anak kecil yang harus diawasi seperti itu. Lagipula kan aku tidak akan kabur.

"Berhenti melihatku dengan tatapan seperti itu! Aku tidak perlu diawasi seperti itu, aku kan bukan anak kecil" Gerutu ku kesal sambil membalikkan tubuhku membelakangi dirinya.

"Mau bagaimana lagi? Kalau aku seperti ini kan kau jelas tidak dapat kabur, omong-omong kau kan memang anak kecil" Lontar nya.

BUGHH

Sebuah bantal melayang menyentuh wajahnya. Ya tidak menyentuh wajah nya juga, karena ia menggunakan penghalang nya itu. Jelas aku yang melemparnya. Tensi darah ku sudah tentu akan naik jika bersama dengan pria ini. 

"Untung tidak kena.." Gumam nya dengan nada rendah yang masih dapat kudengar.

"Apa? Kau mau ini mengenai wajah mu dengan sungguhan?!" Balas ku dengan ketus.

Ia langsung diam dan tidak berkutik. 

"Pergilah, aku sungguhan tidak akan pergi kemana-mana. Aku bahkan rela bertaruh membelikan mu kikufuku sebagai jaminan bahwa aku tidak akan kabur" Ujarku sambil bangkit dari kasur dan menjauh darinya bermaksud untuk mengambil sebuah camilan.

Namun, baru saja aku mau berjalan tangan ku ditahan oleh nya dan selang beberapa detik kemudian ia menarik tanganku dan mendorong ku ke atas tempat tidur dengan posisi aku di bawahnya.

Otak ku masih berusaha mencerna apa yang terjadi. itu terjadi sangat cepat dan entah bagaimana kami bisa berakhir dengan posisi ambigu seperti ini. Aku menatap matanya sesaat, kemudian tersadar dan mendorong nya dari atas tempat tidur ku membuat ia terjatuh dan meringis kesakitan.

"A-APA YANG KAU LAKUKAN SIH?! DASAR CABUL!" Teriak ku.

Aku bangkit kembali dan menggenggam kerah bagian belakang bajunya dan menyeretnya keluar dari kamarku. Dan buru-buru aku mengunci pintu dari dalam, bermaksud agar dia tidak kembali masuk ke dalam kamarku.

"HEI! A-AKU TIDAK SENGAJA, SUNGGUH!" Ia merengek sambil menggedor-gedor pintu ku dari luar.

Berulang kali aku mengumpat setiap kali mengingat kejadian tadi. Dasar pria brengsek. Namun, kenapa jantung ku berdebar-debar seperti ini? Wajah ku juga menjadi merah padam seperti tomat, sebenarnya apa yang ku rasakan saat ini?

Sampai saat ini ia masih menggedor-gedor pintu ku dari luar sambil memohon seperti kucing yang meminta sesuatu dari tuan nya.

Benar-benar bagaikan kucing yang mengeong terus-menerus tanpa henti. Aku menarik napas ku perlahan-lahan sambil memijat dahi ku. Aku masih berpikir dua kali untuk membukakan pintu makhluk satu ini.

Aku mondar-mandir di depan pintu sambil berpikir apakah aku akan membukakannya pintu atau tidak. Diriku terlalu asyik mondar-mandir tidak jelas sampai tak menyadari ada sesuatu seperti mengganjal yang berada di bagian tangan kanan ku.

Ku lihat tangan ku dan menemukan kecoa yang berukuran cukup besar. Sontak aku berteriak kencang sambil menepis makhluk kecil itu. Setelah kecoa itu jatuh di lantai, ia mulai mengaktifkan mode terbangnya dan mulai terbang kesana-kemari membuatku semakin panik

𝙇𝙊𝙑𝙀 𝘼𝙉𝘿 𝘾𝙐𝙍𝙎𝙀 | 𝙂𝙊𝙅𝙊 𝙎𝘼𝙏𝙊𝙍𝙐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang