21

411 35 9
                                    

Kini sudah sore. Aku baru mau memulai latihan ku lagi. Entah berapa lama aku menenangkan terlebih dahulu Gojo yang menangis.

Ia memang benar-benar aneh. Padahal baru saja kami luka-luka karena bertarung lalu ia tiba-tiba saja menangis dan mengucapkan kata-kata yang seakan-akan aku akan pergi. Lebih aneh lagi aku juga yang ikut dalam perasaan sedihnya itu.

Entah mengapa ini sering terjadi. Maksud ku adalah, ketika kami usai bertarung pasti ada saja kejadian seperti ini. Aku juga tak tahu menahu tentang semua kebetulan ini. Apa semua ini ada artinya? Atau hanya kebetulan semata?

Aku hanya sibuk memandang langit yang sudah mulai berubah menjadi warna oranye yang berpadu sedikit dengan merah muda. Angin semakin kencang karena sudah sore. Tubuhku ku rebahkan di atas rumput yang sedang menari di tiup angin.

Rumput yang bergoyang di sekeliling ku seolah menggelitik kulitku. Hawa nya juga sudah mulai mendingin. Apa lagi letak sekolah ini yang berada jauh di pegunungan, terhindar dari keramaian pusat ibu kota. Banyaknya pohon yang mengelilingi sekolah ini juga menambah kesan sejuk dan teduh.

Kalau begini terus aku bisa saja tertidur di sini. Gojo lama sekali kembalinya. Dia kemana sih sebenarnya. Benar-benar merepotkan jika aku terus menunggi dirinya seperti ini.

Rasa malasku makin menjadi-jadi karena terlalu nyaman dalam posisi rebahan seperti ini. Mungkin tidur sebentar saja tak apa. Tapi bagaimana dengan Gojo kalau ia kembali? Sepertinya aku harus tetap terjaga.

"Aduh, dia kemana sih sebenarnya? Aku benar-benar lelah menunggu"

Pada akhirnya aku bangkit dan berdiri dari posisi nyaman itu. Aku tidak bisa terus-terusan berleha-leha begitu sementara aku harusnya latihan saat ini. Aku bahkan tak pernah latihan sampai se sore ini. Meski Maki cukup ketat dalam latihan, ia tetap menghargai waktu istirahatku.

Tetapi orang ini yang bahkan adalah guru ku malah pergi meninggalkan anak didik nya sendirian di sini. Guru macam apa itu? Sungguh aneh.

Aku mulai berjalan sempoyongan menuju toilet untuk cuci muka. Sekadar untuk mengurangi rasa kantuk ku saja. Sebenarnya aku ingin menyeduh secangkir kopi hangat saja, tetapi aku mengurungkan niatku itu.

Lorong yang ku lewati mengarah ke toilet itu berpas-pasan dengan ruangan perpustakaan. Awalnya aku tak mempedulikan ruangan berisi penuh buku itu. Namun, sebuah suara menarik perhatian ku. Indra pendengaran ku langsung menjadi tajam kala mendengar suara samar-samar dari dalam sana.

Dari luar, pintunya tertutup rapat dan tidak meninggalkan celah, tapi anehnya aku bisa mendengar suara seseorang sedang sahut-menyahut satu sama lain. Sepertinya mereka sedang berbincang-bincang.

Lebih baik aku tak menghiraukan percakapan orang lain, aku sudah cukup jera dengan kejadian sebelumnya. Beberapa saat sebelum aku melanjutkan langkah, seseorang melontarkan nama ku dari mulutnya.

"Bagaimana dengan [Name]? Kau sudah lihat sendiri kan kemampuannya?" Tanya seseorang yang suaranya terdengar seperti seorang perempuan.

"Ya, kau melatihnya dengan hebat. Aku bahkan tak menyangka perkembangannya akan sepesat ini" Sahut seorang yang lain.

Suara ini benar-benar familiar.

"Cara bertarung yang ia gunakan sungguh unik dan cukup ampuh"

"Ia adalah seorang petarung yang lebih menargetkan kelemahan lawannya sehingga ia bisa melumpuhkan lawannya dalam sekali serangan supaya ia bisa memenangkan pertarungan dengan cepat"

"Kau benar, ia juga bahkan seperti atlet taekwondo atau karate yang begitu cekatan dan terampil dalam menggunakan kakinya"

"Tapi cara bertarungnya juga memiliki banyak kelemahan yang berasal dari kekuatannya sendiri bagai pedang bermata dua"

𝙇𝙊𝙑𝙀 𝘼𝙉𝘿 𝘾𝙐𝙍𝙎𝙀 | 𝙂𝙊𝙅𝙊 𝙎𝘼𝙏𝙊𝙍𝙐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang