13

410 56 2
                                    

Bel istirahat berbunyi. Siswa siswi langsung berhamburan keluar kelas. Aku pun hendak begitu, namun tidak bisa. Gerombolan anak kelas ini malah berkerumun mengelilingi tempat duduk ku. 

Ya Tuhan, padahal aku sudah bilang aku tidak suka diperhatikan begini. Tapi mengapa aku malah dapat perhatian berlebihan seperti ini. Kalau sudah begini, aku bahkan tidak bisa meninggalkan tempat duduk ku. 

"A-apa ada yang salah denganku?" Tanya ku dengan nada pelan.

"Ah maaf, kami hanya penasaran dengan mu" Sahut seorang anak laki-laki.

"Dia benar, mungkin kita bisa berkenalan lebih jauh lagi!" Tambah seorang yang lain.

Apa ini?

Mereka sangat ramah! Sungguh membuatku merasa tersambut disini. 

Tunggu dulu. 

Aku tidak boleh lengah.

Aku sedang dalam misi. Misi ku tentu yang paling utama. Itulah tujuan ku kesini, bukan untuk bermain-main. Aku tidak akan melibatkan perasaan untuk hal ini. Itu adalah visi ku untuk menjalani hal ini. 

Sekali lagi ku tekankan. Aku tidak akan melibatkan perasaan manusiawi dan belas kasih. Semua ekspresi dan senyum ku itu adalah palsu, itu adalah senjata yang ku gunakan untuk menipu mereka. 

"Apa yang kalian ingin ketahui lagi tentang diriku?" Tanyaku kembali.

Mereka diam dan berpikir sejenak.

"Kau pindahan darimana?"

Aku agak panik dengan pertanyaan ini, tapi untung Gojo sudah memberitahuku cara untuk mengatasi pertanyaan tiba-tiba seperti ini.

"Aku pindahan dari sekolah dekat pinggir Tokyo, agak jauh dari pusat perkotaan"

"Hahaha, anak desa ternyata" Ucap seorang perempuan yang datang tiba-tiba entah darimana.

Rok yang terlalu pendek,baju seragam yang ketat,rambut berwarna,riasan wajah yang mencolok. Benar-benar seorang siswi berandalan. Tolong bersabar lah diriku, kau tidak boleh membuat kerusuhan dalam keadaan seperti ini.

"Ya, bisa dibilang begitu!" Balasku dengan nada riang dan senyuman manis.

Aku akan membuat kesan polos pada diriku. Serta senyuman manis namun dapat membuat orang lain geram.

"Kalau kau anak desa, bagaimana kau bisa disini? Apa pekerjaan ayah mu? Pengusaha besar? Politikus? Atau selebriti?" Tanya nya lagi sambil menyeringai.

Bajingan ini. 

Pertanyaan yang sangat sensitif bagi ku, terlebih lagi aku ini tidak punya ayah lagi. Ingin rasanya aku menghujat dia sampai mulutku berbusa.

"Ah tidak kok! Ayah ku bukan seorang terkenal dan hebat seperti itu, ia hanya orang biasa" Tuturku.

"Lalu bagaimana caranya kau bisa sampai disini, anak desa?"

"Tentu saja dengan kepintaranku! Bukan dengan uang suap atau pun kekuasaan ayah ku" Tukas ku kembali, tak lupa dengan senyuman manis mematikan.

Terlihat perempuan itu kaget dan menahan geraman yang akan ia lontarkan pada ku. Aku tertawa penuh kemenangan dalam hati. Terlihat sekali kalau dia ini anak manja yang hanya mengandalkan kekuasaan ayah nya. 

Melawan anak seperti ini hanya bagaikan butiran debu bagiku. Ini belum apa-apa. Baru kata-kata, bukan dengan fisik.

Perempuan itu kemudian pergi meninggalkan ku bersama dengan antek-anteknya itu. Sedangkan anak yang lain hanya memandangku dengan kaget.

𝙇𝙊𝙑𝙀 𝘼𝙉𝘿 𝘾𝙐𝙍𝙎𝙀 | 𝙂𝙊𝙅𝙊 𝙎𝘼𝙏𝙊𝙍𝙐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang