23

556 46 1
                                    

Samar-samar sebuah suara membuat ku tersadar dan bangun. Aku bingung tentang dimana aku sekarang. Seberusaha mungkin aku mengingat bagaimana aku bisa ada di tempat ini.

Entah bagaimana ceritanya aku tertidur dengan posisi setengah duduk dan bersandar pada pohon. Tubuhku ditutupi oleh jaket Gojo.

Mataku menatap ke arah langit. Hujan tak lagi turun. Pemandangan itu kini berganti dengan lautan bintang yang cantik.

Berbeda dengan sebelumnya, langit terlihat kosong dan gelap. Tak ada satupun bintang yang menyinari langit malam yang hampa itu. Bulan hanya berada di atas sana dengan sendirian.

Kini ku coba mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya.

Otak ku memutar ingatan dimana aku bertarung mati-matian dengan Gojo hingga seperti ini. Tubuhku memang masih mati rasa dan agak sulit di gerakkan.

Aku melihat seluruh tubuhku yang diperban di beberapa bagian. Bahkan pipiku juga sudah dilapisi plester. Seingatku ini karena terkena katana ku sendiri yang ditendang oleh Gojo.

Oh iya.

Dimana Gojo?

Tidak mungkin ia akan mati karena ku.

Kalaupun ia mati lalu siapa yang membalut luka-luka ku ini?

Pandanganku pun beralih ke sisi lain dan mendapati Gojo yang duduk bersandar pada sebuah pohon sembari telanjang dada dan separuh tubuh bagian atasnya terbalut perban. Ia juga sedang membalut perban di bagian tangan kanannya.

Ia yang menyadari bahwa aku sedang bangun langsung berdiri dan menghampiriku.

"Hei, apa kau baik-baik saja?"

Nada bicara nya yang terdengar khawatir itu membuat hati ku bergetar sedikit. Sulit dipercaya bahwa ini orang yang sama yang ku lawan habis-habisan barusan.

"Tanyakan itu pada dirimu sendiri dulu, kau bahkan terbakar olehku"

Sedikit ada perasaan tidak enak hati dan rasa bersalah muncul di hatiku. Ia bahkan langsung menghampiriku ketika melihat ku terbangun. Dan ia menanyakan kondisiku tanpa melihat dirinya yang juga tak kalah parah dariku.

"Ini hanya luka kecil yang tak perlu dikhawatirkan, aku baik-baik saja karena menggunakan teknik kutukan ku saat kau hampir membakar diriku" Ujarnya diakhiri senyum kecil.

Dasar curang.

Padahal ia sudah berjanji tidak akan menggunakan teknik penghalang nya itu.

"Aku bahkan tak percaya telah melukai dirimu hingga seperti ini" Lanjutnya lagi.

Ia berjongkok dan berusaha menyamakan posisi tingginya dengan ku agar aku dapat berbicara dengannya tanpa mendongak ke atas.

"Kau memang gila, aku juga tak percaya apa yang terjadi dengan kejadian yang cepat berlalu itu"

Lagi-lagi ia hanya tersenyum tipis.

Tangannya bergerak mengusap-usap wajahku.

Hangat.

Rasanya begitu hangat.

Tangannya terasa hangat menyentuh kulitku. Rasanya begitu nyaman diperlakukan seperti ini. Aku merasa benar-benar aman ketika ada dirinya di sisiku. Tak perlu ada yang dikhawatirkan kala ia ada di sampingku.

Meski ia terkadang sedikit gila. Dan kadang aku tak memahami isi pikirannya itu, aku tetap menjadikan dirinya sebagai tempat ku pulang yang paling aman.

Tangannya itu pun lepas dari wajahku dan ia beralih kembali berdiri dan mengambil sesuatu di sakunya.

Ia mengeluarkan tangannya dari sakunya ketika mendapatkan benda yang ia cari. Itu adalah korek api. Aku sendiri juga tak tahu darimana ia mendapatkan benda itu dan sejak kapan ia membawanya.

𝙇𝙊𝙑𝙀 𝘼𝙉𝘿 𝘾𝙐𝙍𝙎𝙀 | 𝙂𝙊𝙅𝙊 𝙎𝘼𝙏𝙊𝙍𝙐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang