Semuanya berawal dari MPLSPDB tahun 2018 silam. Tidak kusangka aku akan bertemu dengan sosok yang sangat kuhindari matanya.
Tapi walau bagaimanapun juga kami sekarang satu sekolah. Kenapa aku harus mengatakannya juga.
Jika dia tidak membuatku menjadi naik darah mungkin di hari pengumpulan bunga dan tanaman hias itu aku tidak akan membentaknya.
Mau bagaimana lagi, dia memecahkan potnya karena tidak melihat depan. Iya iya, ini salahku lagi. Aku menghalangi jalannya.
Laki-laki bername tag "dikta" itu makin emosi ketika aku membentaknya, dia juga berkata tidak sudi melihatku lagi disekitaran sekolah. Dia bodoh ya, tentu saja dia akan lebih sering melihatku karena..
Aku seorang anggota pramuka inti di sekolah ini.
"kamu ini bego atau bagaimana? Aku anggota pramuka inti. Jadi ya.. Mau tidak mau kamu akan selalu melihatku wara-wiri."
"wara-wiri, dikira keren gitu. Malah bikin sepet dimata." nyinyirnya. Kami baru berteman selama seminggu dia berani mengejekku sepet, terserah dia saja.
"aneh, terserah padamu."
Kemudian teman satu gugus denganku menegurku agar tidak usah meladeni lelaki bername tag "Dikta" ini. Benar juga, mengapa aku harus menghabiskan tenagaku untuk berdebat dengan laki-laki yang lebih pendek dariku.
"udah gas.. Bakalan cape kalo ngeladenin dia. Udah bantu nanem ini aja." sarannya.
Aku pikir lebih baik aku ikut membantu lalu membiarkan anak keras kepala itu tetap berdiri.
"eh.. Kamu," panggilnya, sepertinya ia memanggilku, aku menoleh padanya dengan tatapan malas.
"Bagas.." ucapku singkat lalu kembali mengambil cetok untuk merapikan tanah sekolah bercampur pupuk itu.
"D.. Dikta." ucapnya lagi, aku tersenyum tipis mendengarnya. Lalu aku kembali berdiri. Ia tampak ingin menjabat tanganku, namun aku memiliki ide untuk terus menjahilinya.
"ada apa? Mau minta sumbangan."
"kamu kalo ngomong lagi beneran kita gelut loh."
"kamu bisa mukul? Pasti nggak sakit, kaya digigit semut."
Sepertinya dia tersulut emosinya. Kemudian ia meninju rahangku hingga terjadilah perkelahian antara kami, namun aku tidak berani memukulnya dengan keras, hanya menjitak keningnya saja.
Tapi ngomong-ngomong dia sensitif sekali seperti tespek, apakah dia sedang pms? Tapi apa benar dia seorang cewek, tidak tidak, dia berbatang hanya saja ia seperti kelebihan hormon yang menyebabkan ia terus marah-marah.
Kemudian senior memisahkan kami, padahal aku hanya ingin melihat seberapa jauh dia akan memukul wajahku. Aku tidak masalah kalau pulang dengan kondisi wajah yang lebam, itu sudah biasa.
"ayo, pukul lagi." ucapku datar seraya tertawa memanas-manasinya.
"sialan kamu, Bagas. Sini aku abisin ditempat."
Bukannya marah, namun aku merasa dia ini gemas sekali.. Hei ada apa denganku kini. Tidak-tidak, aku tidak boleh menyukainya. Tidak boleh.
Karena hati ini hanya milik seseorang yang kucintai, meskipun dirinya berakhir menjadi partikel masa laluku. Kemudian memulai cintanya yang baru bersama orang lain.
Ah sial, ingatan seperti itu harusnya sudah kubuang dari jauh-jauh hari.
Hari ini sial, berangkat ke sekolah bertemu couple yang memakai seragam hari senin yang baru, ditambah dengan perkelahianku dengan Dikta.
Cukup sudah, ini baru awalnya saja. Aku menduga akan terjadi hal besar yang mungkin tidak bisa aku prediksi.
****
(2022/05/18)
Note :
Agak sulit juga ya menulis genre str8 kecuali yang dimana cerita tersebut berisi tentang pengalaman pribadi, alhasil kembali lagi ke genre BL favorit saya, hehe.
Boleh meminta votenya? Terimakasih ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT US | BL [ Slow Update ]
Fanfiction•Cerita ini mengandung unsur bxb ⚠️ •100% Fiksi •Jadi jangan dianggap serius atau dibawa ke RL okay ('∀`)♡ Tidak ada yang lebih menghangatkan dari senyumannya Dikta, ucap seorang lelaki bernama Bagas yang kala itu sedang memandangi api unggun. Per...