Chapter 18 - Sebuah Pengakuan

43 1 2
                                    

(Happy reading and ignore typo~!!!)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Happy reading and ignore typo~!!!)

Diluar rumah, cuaca sedang dingin. Namun dua sejoli itu masih asik bermain monopoli, permainan Dikta dari hasil menawar bersama Mamat saat SD.

Tawa cekikikan bahkan suara ribut akibat saling kejar didalam kamar membuat Mama Dikta yang baru saja pulang dari dokter merasa janggal.

"itu pasti Dikta yang sedang bermain VR."

Tapi beliau mendengar suara lain dari kamar Dikta, suara lelaki yang mengaduh memohon ampun disertai suara Dikta yang tertawa.

"suara siapa itu?"

Langkahnya semakin mendekat kearah pintu kamar Dikta yang berisik, mamanya perlahan melangkah hingga kini ia sampai di depan kamarnya.

Beliau memberanikan diri untuk membuka pintu, syukurlah tidak dikunci.

Mereka berdua terkejut dengan posisi masih saling memeluk ketika Mama Dikta membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Layaknya pasangan yang kepergok berduaan oleh satpol PP.

Mama Dikta tidak dapat berkata apapun melihat apa yang terjadi didepan matanya. Dikta langsung melepaskan pelukannya pada Bagas seketika, diikuti dengan Bagas yang kini melepas pelukannya ketika mendapati Mamanya kini berdiri mematung di kamar.

"Mama.."

Dikta bingung harus beralasan apa untuk menjawab semua pertanyaan Mamanya.

"kamu tidak pernah cerita pada Mama kalau kamu punya teman baru, Dikta."

Mereka berdua menghembuskan nafas lega.

"sampai lupa mau kenalin dia ke Mama. Ini Bagas, Ma. Cowo yang dulu pernah nganter aku pulang dari pasar."

Mamanya hanya ber-oh-ria mendengar ucapan Dikta. Kemudian beliau mengajak mereka berdua untuk mengobrol di meja makan.

*

"Terimakasih ya Bagas, kalau tidak ada kamu yang menyelamatkan Dikta waktu itu. Saya tidak tahu kemana akan mencari anak saya."

Ucap Mama Dikta berterimakasih, Bagas hanya tersenyum seraya mengangguk.

"tidak perlu berterimakasih pada saya, tante. Karena itu sudah menjadi tugas saya sebagai temannya."

Sedangkan Dikta kini menggoda Bagas dengan menggelitiki betis Bagas dengan jemari kakinya dari bawah meja. Bagas kini beralih melirik Dikta dengan senyuman yang memiliki banyak arti.

Dikta hanya mengerjapkan matanya dengan lucu ketika Bagas meliriknya.

Kekasihnya satu ini benar-benar nakal.

"emm.. Mama.." Ucap Dikta seraya mengunyah stroberi. Beliau kini beralih memperhatikan Dikta.

"tumben kamu pulang lebih awal, sayangnya Mama?"

ALL ABOUT US | BL  [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang