Chapter 9 - Sebuah Usaha

43 3 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading and ignore typo♡

Setelah hari-hari penuh dengan debaran itu, aku dan Dikta menjadi semakin dekat. Apalagi ditambah dengan sikapnya yang suka menyuruhku untuk mengelus rambutnya.

Walau rambutnya yang kuusap tapi rasanya tatanan di hatiku yang berantakan.

Selepas melakukan presentasi dan pengumpulan tugas kliping sejarah, aku segera menemui pak bandi, selaku guru sejarah yang mengajar dikelasku. Karena sebelumnya beliau yang memintaku untuk datang ke mejanya untuk membicarakan sesuatu.

Tapi sesampainya disana aku malah menemukan Dikta sedang dihukum oleh seorang guru perempuan, aku tidak akan menoleh padanya. Jika ia sampai menyadari keberadaanku lalu memanggilku maka..

Aku tidak bisa untuk tidak menghampirinya.

Memang bucin, benar kata Jojo. Orang seperti diriku resiko ditinggal oleh pasangan lebih besar karena memiliki sifat posesif dan ingin terus berada didekat seseorang yang disukai.

Mari kita rehat sejenak mengenai perbucinan dan fokus pada apa yang pak bandi berikan padaku.

"Bagas, karena minggu depan saya ada acara dengan guru-guru untuk pelatihan. Jadi saya berikan tugas menghafal.."

Belum habis pak bandi menjelaskan padaku, tiba-tiba sebuah suara menginterupsi kami.

"jangan dong pak, kami aja dah pegel, encok, keseleo nyari bahan buat kliping. Masa ditambah hafalan sih pak?"

"yang bener aja dong pak."

Sedetik kemudian pak bandi melirik pada sumber suara lalu kembali bersuara.

"ya terserah saya dong, kan saya guru kalian!"

"...."

Seseorang didekatku langsung berubah ekspresi menjadi kecewa sekaligus menahan kesal.

Mau bagaimana lagi, jika tidak begitu bukan Pak Bandi namanya.

Aku yang tidak memiliki masalah apapun dengan beliau hanya mengangguk, ini kan hanya hafalan. Itu mudah sekali.

"lagian kenapa harus ada hafalan sih pak?" tanyanya kembali, seseorang dengan jahitan nama "Joshua" di sebelah kanan seragamnya itu berusaha membujuk pria itu.

"kamu ndak inget ya, lihat ulangan harian kalian, apa ada yang nilainya bener?"

"ancur semuanya kaya bubur diaduk, kecuali Bagas."

Ucap Pak Bandi dengan memakai kacamatanya. Sebenarnya urusanku sudah selesai tapi karena kedatangan anak ini..

Ah, sudahlah.

"tapi saya tim bubur ga diaduk. Maaf pak, kita beda sekte. Kami lebih mementingkan estetika."

Aku jadi terjebak dalam kekesalan mereka. Siapapun tolong aku, Dikta.. Tolong aku.

ALL ABOUT US | BL  [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang