Chapter 15 - Diklat

27 4 2
                                    

(Happy reading and ignore typo~!)

Hari ini merupakan hari yang dinantikan oleh Bagas karena ia akan menampilkan kemampuannya beserta anggota kelompoknya didepan semua teman-temannya.

Rangga menepuk bahu Bagas lalu berkata;

"katanya Ibumu jadi ikutan Gas?" Tanya Rangga dengan bergurau.

"tidak, beliau akan menungguku dirumah saja."

"kirain mau ikutan nonton anaknya tampil juga."

Rangga terkekeh dibarengi dengan Bagas yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bagas tidak mengetahui bahwa Diktanya akan ikut bersama dalam acara yang sebentar lagi akan ia ikuti bersama anak-anak pramuka inti.

Ia mengangkat tas teman-temannya diatas truk milik aparat yang akan mereka naiki. Rasa letih belum ia rasakan walaupun hari mulai terik. Ia tidak peduli kulitnya akan terbakar ketika membantu teman-temannya untuk mengangkat tas dan peralatan Diklat.

Sementara Jojo, ia sibuk mendata siapa saja yang akan ikut di truk nomor 1.
Mamat mencari-cari dimana keberadaan Dikta untuk saat ini karena waktu untuk naik keatas truk tidak lama lagi. Selain itu ia ingin memastikan agar Bagas tidak melihat Dikta didekatnya, agar rencananya memberikan kejutan pada Bagas tidak menjadi sia-sia.

Rupanya si manis sedang bersembunyi dibawah pohon asam, dengan tangan yang memegang yogurt dan tas carrier yang ia bawa.

"asem, ternyata disini.. kalo Bagas liat bisa gagal rencana kita."

"yaelah Mat, dia mata tau aku sembunyi disini. Tenang aja." Ucap Dikta menatapnya malas.

"yaudah, mana tongkat, baret, ama perlengkapan yang udah aku kasih tau?" Tanya Mamat.

"noh, tongkatnya disamping sini. Kayu bakar juga ada disebelahku. Apa lagi yang kurang?" Ucap Dikta dengan entengnya. Mamat kembali memberikan tatapan malasnya.

"...."

"baretmu mana?" Tanya Mamat.

"ilang.. Hehe."

Mamat menepuk dahinya karena kesal dengan tingkah kawannya ini. Ia terlihat menghembuskan nafasnya dengan berat.

"kalo gitu batalin ajadeh rencana kita."

"...."

"nihh aku abis minjem punya anak TKJ. Dia nggak ikut pramuka wajib katanya." Ucap Dikta seraya menunjukkan baret yang ia simpan di celana cargonya.

Tanpa berlama-lama Mamat segera menyeret Dikta untuk menuju truk nomor dua, karena Bagas ditempatkan pada truk nomor satu.

Dikta berjalan tergesa-gesa mengimbangi langkah Mamat yang terlihat tidak bisa santai. Untung saja tongkat dan kayu bakarnya kini berada di tangan kirinya.

Bagas membantu teman-temannya untuk memindahkan tas, kayu bakar dan tongkat mereka kedalam truk, sementara Rangga bertugas untuk menyerahkan absensi anak-anak inti kepada Natta serta Pak Slamet.

Riuh anak-anak ingin naik kedalam truk tentara itu membuat Bagas merasa bahwa perjalanan kali ini akan terasa menyenangkan.

Tetapi tidak dengan Dikta yang sebentar lagi akan menjabat menjadi anggota baru pramuka inti yang dimana ia juga diberikan tanggung jawab mewakili suatu kelas nantinya.

Ia dengan wajah yang datar memperhatikan Mamat yang terlihat sedang sibuk mengabsensi teman-temannya yang akan menaiki truk nomor dua.

"Dikta Pramudya."

Dikta mengacungkan tangan kanannya sementara tangan kirinya masih memegang sekotak minuman yogurt.

"kok feelingku nggak enak ya?" Batin Dikta dengan wajah datarnya.

ALL ABOUT US | BL  [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang