Suka nongrong, bahasa kasar sudah menjadi keseharian seorang Dikta. Meskipun wajahnya tampak polos tapi jangan tertipu.
Anak itu sekarang menatapku nyalang karena aku merebut rokok dari mulut kecilnya yang menggemaskan itu.
Aku mematahkan rokok itu tepat didepan matanya langsung.
Ia melongo ketika mendapati rokoknya yabg baru ia nyalakan langsung kupatahkan.
"eh kamu ini gila apa gimana? Hah? Atau minta dipukul?" tanyanya.
"belinya nggak pake daun, supri!!!"
"Bagas, Guntur Bagaskara." ucapku kaku.
"terserah.. Aku nggak peduli, mau nama kamu Guntur di awan mendung yang gelap, atau Supri.. Terserahh." terlihat ia menggelengkan kepalanya kesal, tapi menurutku itu sangat lucu. Aku ingin mencubit pipinya dan bibirnya terus menyerocos.
"kenapa diem?" tanyanya.
"sudah selesai? Aku menunggu kamu untuk menyuruhku bicara." ucapku dengan wajah tenangku, tatapanku beralih pada matanya yang menyimpan kekesalan, aku hanya memberikan senyuman tipisku. Seraya menyuruhnya membuka mulutnya.
"sekarang buka mulutmu.."
"Hah?"
"tidak perlu takut, bukan sesuatu yang berbahaya."
Dengan penuh keraguan ia membuka mulutnya dan aku memberikannya satu potong cokelat kedalam mulutnya.
"bagaimana?"
"seperti cokelat."
"itu memang cokelat, kamu pikir apa? Apa kamu tidak tahu cokelat dengan kemasan ini?" tanyaku gemas. Sebenarnya dia ini polos atau hanya ingin membuatku kesal sekaligus gemas padanya?
"lagi?"
Ia mengangguk lucu, aku kembali memberikan kepingan cokelat kedalam mulutnya. Teman-temannya hanya bisa melihatnya dengan tatapannya yang aneh.
"ini, aku kembali ke kelasku dulu. Jangan lupa habiskan." ucapku seraya memberikan satu bungkus cokelat padanya.
"besok lagi ya!"
"boleh, tapi menjauhlah dari rokok."
"kenapa? Heh, jawab dulu jingan jangan main pergi aja."
"kamu terlalu manis untuk merokok," batinku seraya berjalan mengabaikan dirinya.
Nampaknya anak manis itu kesal karena sikapku barusan. Tapi tidak masalah, aku lebih khawatir ketika ia tertangkap sedang merokok bersama temannya dan harus berakhir di ruang bk.
Pertama kali aku menyukai dikta? Apa, menyukai?
Baiklah, aku mengaku kalau aku menyukai dikta. Aku menyukainya saat dia tampil diacara terakhir MPLSPDB kami.
Aku ingat betul ia membawakan lagu pop yang semua anak-anak MPLSPDB pasti tahu lagunya karena sangat terkenal dikalangan kawula muda seperti kami. Judul lagu yang ia bawakan adalah "surat cinta untuk starla."
Karenanya lah aku jadi menyukai lagu lagu dari penyanyi itu, apalagi ketika diriku kedapatan oleh teman-temanku berkali-kali menonton video yang menampilkan Dikta yang sedang bernyanyi membuat mereka jadi mencurigaiku.
"eh jangan jangan.."
"suka sama Dikta, ya? Cieilahhh.." ucap Haikal dengan tawanya yang terpingkal-pingkal.
Aku yang mendengarnya tentu malu dan reflek langsung menabok seseorang yang bernama Haikal itu. Dia itu diciptakan Tuhan hanya untuk mengejekku atau bagaimana sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT US | BL [ Slow Update ]
Fanfiction•Cerita ini mengandung unsur bxb ⚠️ •100% Fiksi •Jadi jangan dianggap serius atau dibawa ke RL okay ('∀`)♡ Tidak ada yang lebih menghangatkan dari senyumannya Dikta, ucap seorang lelaki bernama Bagas yang kala itu sedang memandangi api unggun. Per...