Chapter 11 - Confession

45 1 1
                                    

Happy reading and ignore typo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading and ignore typo!

Setelah hari paling membuatku takut, karena diamnya Dikta. Aku jadi sangat takut untuk mengatakan hal-hal yang dapat membuat orang lain salah paham.

"Dikta.. Dengar dulu, kenapa seolah olah kamu ingin menghindariku?" tanyaku dengan mengikutinya.

"ada perkataanku yang salah?" ucapku dengan menggenggam pergelangan tangannya.

"UDAH KUBILANG KAN, NGGAK ADA APA-APA!!" Teriaknya kemudian melanjutkan jalannya.

"...."

Aku hanya diam ketika ia berkata padaku dengan nada bicara yang naik satu oktaf.

"cemburu, apalagi jika bukan hal itu?"

Ucapku yang membuatnya menoleh dengan memelototkan matanya. Ia berjalan menghampiriku dengan tatapan seperti ingin menghabisiku.

Iya, aku melihatnya benar-benar marah padaku.

"ini bukan kaya yang ada dipikiranmu, gas!" Ucapnya mengelak setelah ia atur nafasnya. Namun aku hanya tersenyum tipis.

"mana mungkin ada asap jika tidak ada api? Sekuat apapun kamu menyembunyikan perasaanmu padaku, pada akhirnya aku akan menyadarinya juga."

"aku juga merasakan hal yang sama ketika berada didekatmu, Dikta."

"jangan membohongi dirimu sendiri."

Ucapku padanya, aku menatap kedalam matanya yang mulai berkaca-kaca. Perlahan-lahan aku berjalan menghampirinya hingga sampai didekatnya.

"kamu cemburu kan?"

"...."

"aku benci terjebak di situasi yang membingungkan kaya gini Gas." Ucap Dikta yang masih menatap kearahku, dengan alis yang turun.

"...."

"IYA, AKU CEMBURU, TAPI AKU HARUS TAU BATASAN KALO KITA ITU SAHABATAN. KAMU PUAS SAMA PERKATAANKU?" Ucap Dikta dengan nada bicara yang bergetar, aku tahu mata indah itu mulai berkaca-kaca.

"kalo kamu risih sama aku, kamu bisa pergi.." Ucapnya pasrah.

"jika persahabatan kita membuatmu tidak bebas melakukan apapun karena ingin menghormati perasaanku, mengapa kita tidak mencoba untuk saling dekat dan mencintai-"

"seperti pasangan lainnya?" Ucapku, lalu Dikta kemudian memelukku dengan menangis.

"aku akuin kalo aku cemburu, tapi aku sadar diri. Aku sadar kalo aku nggak mungkin bisa milikin kamu, Guntur Bagaskara." Mendengar ucapan Dikta barusan, membuatku sadar kalau selama ini diriku tidak mencintainya sendirian. Dikta menyukaiku.

Aku memeluknya dengan erat, sedangkan dirinya masih terisak dipelukanku. Aku menghargai caranya menyampaikan perasaannya padaku, dia cukup berani mengalahkan egonya kali ini.

ALL ABOUT US | BL  [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang