Chapter 20 - Waluh Kukus?

23 2 4
                                    

Happy reading, and ignone typo~!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading, and ignone typo~!

Malam itu pikiran Bagas sedang riuh, banyak sekali yang harus ia kerjakan. Dikta tertidur di pangkuannya setelah seharian menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan oleh seniornya, salah satunya adalah membuat kapal dari korek api.

Dikta mengeluh sakit kepala, ia terlalu berpikir akan perlombaan musik antar sekolah. Sedangkan ia baru saja menyelesaikan tugas ekstrakurikulernya. Ia tidak yakin dapat mengikuti kegiatan tersebut.

"Bagas, mau berapa lama lagi kamu ngerjainnya?"

"aku tidak bisa tidur, jadi kurasa aku akan mengerjakannya sampai pagi."

"besok kita kan sekolah!"

"bercanda sayangku, sebentar lagi aku akan membereskannya. Kalau kamu mengantuk, tidurlah dikasurku."

Ucap Bagas seraya membelai rambut Dikta.

Dikta menginap dirumah Bagas setelah bersusahpayah membujuk Mamanya agar mengizinkannya menginap dirumah kekasihnya.

Mamanya begitu khawatir mereka akan melewati batasan karena menginap di satu rumah. Apalagi dengan Tantri yang suka sekali menjahili adiknya dengan memanaskan keadaan.

Dikta geleng-geleng, bahkan tidak terlintas dipikirannya untuk melakukan hal mesum dengan Bagasnya. Dimatanya, Bagas hanyalah kekasih yang sweet, polos dan kemungkinan tidak tahu dan tidak tertarik melakukan hal itu.

Sebaiknya jangan terlalu gegabah. --Guntur Bagaskara.

Padahal yang sebenarnya terjadi adalah mereka mengerjakan tugas hingga Dikta menempatkan korek kayu diantara matanya agar ia tetap terjaga.

"selesai."

"capek banget buset, tulang-tulangku kaya abis diblender."

Ucap Dikta seraya meletakkan buku tugasnya diatas tasnya. Ia merebahkan dirinya diatas kasur empuk milik Bagas. Bagas hanya terkekeh geli melihat Diktanya yang sudah seperti dirinya ketika pulang kerja.

"mau dipijat?"

"nggak."

Dikta menjawabnya singkat, Bagas merasa ia harus bertanya lebih banyak pada dikta agar Dikta tidak merasa bosan ketika bersamanya.

"lelah sekali ya?"

"iya, capek banget. Pengen di puk-puk kekayaan rasanya."

"...."

Bagaimana bisa dikta mengatakan hal itu, seingatnya Dikta adalah putra konglomerat.

"kurang kaya bagaimana lagi?"

"semuanya kan hasil jerih payah papaku, aku sekarang lagi mikir gimana caranya dapet duit 10M hanya dengan rebahan doang."

Untungnya Bagas sedang tidak mood memarahi orang yang ia sayangi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALL ABOUT US | BL  [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang