9.pulang.

178 12 1
                                    

Mengemas barangnya di bantu oleh Rakha dan mbok Titi. Sebenarnya Rakha sudah melarang namun Ana memaksa dirinya sudah merasa sehat, juga bosan 1 hari dirumah sakit sangat menyiksanya karna Ana tidak melakukan apapun.

"Akhirnya selesai." Ana merenggangkan otot-ototnya dan tidak sengaja tangannya terkena wajah Rakha yang memang berada disampingnya.

"Rakha sorry." Kaget Ana saat sadar tangannya terkena wajah Rakha. Mengelus lembut pipi Rakha membuat sang empu tersenyum.

"Kok senyum." Bingung Ana karna Rakha tidak marah melainkan senyum.

"Salting itu mah kalo bahasa gaulnya." Jawab mbok Titi dengan tawa ringannya.

Rakha yang kembali salting karena Ana melihatnya dengan tatapan mengejek langsung mengalihkan perhatian.

"Ayo katanya Lo udah gabetah disini." Ajaknya pergi meninggalkan ruangan itu terlebih dulu.

"Salting dia mbok." Ejek Ana dengan sedikit berteriak agar Rakha mendengarnya.

"Anjirr bego banget, kenapa gw senyum." Mendengar ejekan Ana tadi membuatnya malu sungguh.

Memasukkan tas ke dalam bagasi serta buah tangan yang di bawa teman-temannya saat menjenguk Ana.

"Cie Rakha salting." Mencolek pipi Rakha yang sedang melamun.

"Apasi Lo gajelas banget." Menutup bagasi lalu memasuki mobilnya.

"Masuk. Lo mau gw tinggal? Biar gw pulang berdua sama mbok Titi." Ancam Rakha menutup jendela mobil.

"Iyaa iyaa bawel banget si Lo."

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam pastinya sangat lelah, apalagi Rakha menyetir dan tidak bisa istirahat walaupun tadi berhenti sebentar membeli makan.

Membantu Ana berjalan ke dalam rumahnya, padahal tadi Ana sudah mengatakan bahwa dirinya bisa sendiri tetap saja Rakha memaksa dirinya untuk dibantu.

"Sini duduk." Membantu Ana duduk di sofa ruang tamu.

"Ck. Lebay banget si Lo." Ucap Ana menyalakan televisi.

"Karna salah gw. Lo laper ga? Nih makan." Memberikan plastik berisi nasgor dan kwetiau ke hadapan Ana.

"Lo mau yang mana?" Tanya Ana dengan menggerakkan plastik yang berada ditangan kanannya.

"Terserah." Balas Rakha singkat.

"Kwetiau ya? Gw mau nasgor Aja." Tawar Ana memastikan.

"Iyaa." Berjalan kearah dapur untuk mengambil 2 piring dan 2 sendok.

"Sini gw siapin." Mengambil piring yang baru saja Rakha ambil.

"Belajar jadi isti yang baik pasti Lo." Tebak Rakha percaya diri.

"Inget ya kita ni gada hubungan apa-apa, pacaran engga, tunangan engga, nikah aja engga. Jadi Jan ngehalu deh Lo." Jelas Ana panjang dengan tangan sibuk menyiapkan makanan yang akan mereka makan.

"Lo ngode? Mau gw nikahin besok hm?" Rakha memang sengklek, Ana bilang seperti tadi bermaksud mereka cuma dijodohin kenapa dia gitu.

"Lo kenapa percaya diri banget si kita kan cuma dijodohin." Bukan bermaksud untuk menyinggung Rakha tapi Ana hanya mengatakan fakta.

"Semesta itu adil." Ucap Rakha tersenyum tipis.

"Maksud Lo?" Ana bingung mengapa Rakha mengatakan hal yang tidak ia mengerti.

"Ya. Semesta itu adil karna gw bisa di jodohin sama cewe kaya Lo. Cewe kuat, baik, pemberani, mungkin gw ga tau apalagi tentang Lo. Ini kata teraneh yang gw ucapin, gw berharap Lo ngerti maksud gw." Mungkin ini kalimat terpanjang Rakha saat berbicara dengan perempuan.

RAKHAMINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang