12. sayang.

187 14 4
                                    

Berada di bawah panasnya matahari pagi ini. Rakha yang berada disamping Ana membuat Ana tidak terkena cahaya matahari karna badan Rakha yang tinggi dan lebih besar darinya.

"Mata Lo kenapa merah?" Tanya Rakha menatap Ana dengan kedua tangan menutupi cahaya.

"Gapapa." Singkat Ana mengalihkan pandangannya.

"Sejak kapan Lo bisa bawa moge?"

"Gw emang bisa. Cuma jarang naikkin." Jelas Ana.

"Oh." Terdiam sejenak dengan keringat keduanya mengalir deras.

Ana sangat lapar dirinya tidak sarapan tadi apalagi badannya sedikit demam karna semalaman tidur di lantai.

"Lo gerah? Lepas aja jaketnya." Suruh Rakha.

"Gausah gw nyaman pake jaket." Jawabnya tanpa menatap mata Rakha.

Kringggg...kringg

Ana langsung ketepi berlari kebawah pohon mangga yang tak jauh dari lapangan. Mendudukkan dirinya untuk menghilangkan rasa penat.

Rakha menarik Ana dan langsung mengandengnya dengan Ana yang terus bertanya kemana Rakha membawanya.

"Kantin. Emang Lo ga laper?"

Skipp kantin..

Memakan bakso yang sudah Rakha pesan tadi dengan lahap karna memang Ana sangat lapar. Rakha yang hanya menatap datar Ana.

"Lo laper apa doyan?" Ana yang diberi pertanyaan hanya tersenyum.

"Hehe..dua-duanya." jawabnya dengan cengiran.

Menggebrak meja membuat Rakha menatap Ragil tajam. "Ganggu banget Lo!" Kesal Rakha.

"Aduhh sorry yang lagi pacaran." Ejek Ragil kemudian duduk di sebelah Rakha.

"Lo ngapain anjirr!?" Mendorong Ragil hingga membuatnya hampir saja jatuh.

"Lo sadis amat si! Gw kan cuma mau makan sama Ana, ya kan na?" Ujar Ragil kepada Ana dengan alis terangkat menggoda.

"Bosen idup Lo?" Tanya Rakha santai dengan tangan yang terus menyuap bakso kedalam mulutnya.

"Lo nyari masalah banget si!" Menoyor kepala Ragil, Bian malah ikut duduk di sebelah Rakha.

"Lo juga anjwing."

●●●●●●●●

Ana sedang menuju rooftop sekarang ia ingin berbicara dengan Rakha mengenai acara sekolah. Jujur saja Ana memang ingin ikut serta di acara sekolah tapi Ana rasa jika dia izin ke Rakha sepertinya tidak akan diperbolehkan.

"Rakha.." panggil Ana pelan dan yang di panggil pun menoleh tak hanya Rakha tapi teman-temannya yang lain juga ikut menoleh.

Rakha menghampiri Ana. "Kenapa?" Tanya Rakha.

"Gw mau ngomong. Ayo ikut." Ajaknya menarik tangan Rakha yang langsung membuat heboh yang melihatnya.

"Woahhh...ngapain tuch." Kata Ragil alay.

"Pacaran hahaha." Ucap Bian membuat semuanya tertawa.

Ana dan Rakha sedang berada di lapangan basket, bukan untuk bermain tapi untuk membicarakan tentang acara sekolah tadi.

"Ngomong apa?" Tanya Rakha dengan satu alis terangkat menatap Ana.

"Kan 1 Minggu lagi ada acara sekolah..gw mau ikut bantuin acaranya boleh ga?" Tanya balik Ana.

"Ga!" Singkat Rakha langsung memalingkan wajahnya.

"Kenapa? Gw cuma ikut bantuin doang.." pinta Ana berusaha meyakinkan Rakha.

"Pertama, gw Gamau Lo deket Deket sama ketos sialan itu. Kedua, kita bakal tunangan dan Lo bisa kecapean ngerti?" Jelasnya dengan mata menatap Ana tajam.

"Y-ya ngerti. Tap-" belum menyelesaikan omongannya Rakha sudah menarik Ana.

"Pulang sekolah ikut gw kerumah!! Gw bakal ngomong penting!" Ucap Rakha tak terbantahkan.

Skip pulang sekolah..

Motor Ana yang memang sudah dipulangkan kerumahnya terlebih dahulu sebelum dirinya membonceng Rakha. Berada diramainya lalu lintas membuat Ana tak betah dibuatnya. "Rakha cape." Keluh Ana.

"Gw yang nyetir Lo yang cape." Ujar Rakha langsung membuat Ana mengerucutkan bibir.

Rakha melihat dari spion dengan Ana yang menatap kesal dirinya membuat Rakha gemas sendiri. Namun rasanya langsung hilang saat melihat Gibran musuhnya dan anggota lainnya berada tak jauh di belakang mereka.

Menancap gas dan menyalip kendaraan lain membuat Ana langsung reflek memeluk Rakha erat. Tak berselang lama mereka berdua sampai di garasi Rakha.

"Lo gila? Tiba-tiba banget nancap gas!" Kesal Ana memukul bahu Rakha kecil.

"Lo galiat tadi ada musuh gw?" Tanya Rakha memutar bola mata malas.

"Terus kenapa? Senggol bacok aja kan bisa." Ucap Ana enteng langsung di tarik Rakha masuk kedalam rumah milik keluarga Mahendra.

"Duduk!" Perintah Rakha menyuruh Ana duduk di ruang tamunya.

Ana hanya menurut saja. Pertama kalinya Ana masuk kerumah Rakha, luas bahkan 5× lipat dari rumahnya.

"Eh ada Ana." Ujar Gita langsung di sambut salam dari Ana.

"Tante apa kabar?" Tanya Ana basa-basi.

"Baik. Kamu juga baik kan?" Ana hanya mengangguk seakan menjawab 'baik'.

"Rakha mau ngomong apasi? Nyuruh mami sama papinya keruang tamu?" Tanya Gita langsung membuat Ana tegang.

"Gatau Tante. Rakha juga ga ngomong." Rakha yang baru keluar dari ruang kerja papinya dengan membawa serta papinya ke ruang tamu. Tak lupa juga Raden mengekori dibelakangnya.

Mendudukkan diri di sebelah Ana dengan Gita dan Rafa bersebelahan juga. Terdiam sejenak Rakha menarik nafas panjang sebelum akhirnya berbicara.

"Rakha mau cepet-cepet nikah sama Ana." Ucap Rakha dengan satu tarikan napas membuat mereka berempat melongo.

"Kamu yang bener aja! Tunangan aja belum udah mau nikah-nikah." Kata Rafa dengan tatapan malas ke anaknya satu ini.

"Rakha serius Pi."meyakinkan papinya.

"Lo ga becanda?" Tanya Raden langsung di balas gelengan oleh Rakha.

"Papi si setuju aja. Nanti kita ke rumah Ana buat ngomong." Ujar Rafa santai membuat Ana takut.

"Rakha Lo becanda kan? Rakha ihh!" Tanya Ana menoel-noel bahu Rakha.

"Engga sayang." Balas Rakha membuat semuanya melongo termasuk Ana.

Mau Rakha. Tapi Rakha piksi :((
Gapapa Deng yang penting Rakha hehe.

Kalo up lama karna lagi mikirin endingnya :3

Gaada yang baca cerita ini askskks...
Btw ya..saya mau kalian baca cerita ini dan vote oke!
Byeeee 💘🌷

RAKHAMINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang