Sejak tadi pagi aku merasa perutku tidak enak, seperti nyut-nyut di sertai rasa nyeri sepanjang garis pinggangku seperti kontraksi dan jujur saja aku cukup khawatir mengingat ini sudah mulai mendekati HPL atau hari perkiraan lahir.
Aku pun mengambil air hangat di dapur dan meminumnya lalu aku duduk di sofa dan ku lihat devan datang dari pekarangan dalam dan dia langsung memeluku hingga terasa sesak.
"Lepaskan dulu, aku tidak bisa bernafas" ujarku sambil tercekat dan devan melepaskan pelukannya dan aku langsung duduk menjauh dan mengambil nafas dalam-dalam.
Lalu dia pergi dan aku tidak memperdulikannya dan aku pergi halaman belakang dan menghirup udara segar, jika boleh mengatakannya aku sungguh merindukan hidupku dulu, aku merindukan musik dan opera ku, ku merindukan lagu seriosa yang selalu ku nyanyikan.
Devan merebutnya semua dariku impianku, karirku, hidupku.
Sejak hamil besar devan membawaku kembali ke rumah lama dan mulai mengizinkanku kembali beraktifitas seperti dulu meski tetap di bawah pengawasannya.
Seperti hari ini aku pergi keluar untuk jalan kaki yang memang di anjurkan oleh dokter sejak kehamilanku memasuki bulan ke-4 , kali ini aku membawa uang dan tentunya ponselku karena aku ingin membeli beberapa hal dan tentunya memotret diriku sebagai kenang-kenangan tengah hamil.
Sesekali aku melirik ke arah 3 orang yang mengikuti sejak tadi dan mobil SUV hitam yang juga turut serta mengikuti.
Maaf aku lupa memberitahu bahwa kemana pun aku pergi akan ada pengawal lengkap bersenjata dan berkemampuan bela diri yang sangat tinggi bahkan di tes oleh devan langsung.
Oh lelahnya aku, aku pun masuk ke dalam minimarket dan membeli air mineral dan setelah membayar aku pun keluar dari minimarket dan aku menghampiri 3 orang itu dan membagikannya air serta orang yang di dalam mobil dan aku kembali berjalan meninggalkan mereka.
Di perjalanan pulang aku melihat ada street food yang menyajikan makanan khas korea dan aku pun mampir ke dalamnya dan aku merasa terhibur mencium aroma-aroma makanan yang menggugah selera.
Aku pun memilih untuk makan ayam spicy dengan bumbu khas korea,gimbap,boba tea dan jangan lupakan kimchi yang terasa sangat asam di mulutku, entah karena lagi hamil jadi rasanya semakin asam.
Begitu selesai makan aku pun pulang bersamaan dengan devan yang baru pulang kerja juga dan mood ku anjlok seketika.
"Dari mana?" Tanya devan bersamaan dengan kami yang melangkah masuk ke dalam rumah dan aku melepas sepatuku serta kaos kaki ku dan duduk di sofa sambil memijat betisku.
"Hanya berjalan kaki dan makan, tanya saja pada pengawal yang bertugas" ujarku dan devan menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. Lalu aku melihat lengannya yang baret dan merah-merah .
Selingkuh? Oh tidak devan cukup mengerikan dan dia tidak pernah mengizinkan perempuan mendekatinya baik dalam urusan bisnis atau perempuan nakal.
Terakhir ada wanita yang mendekatinya dan menggodanya di suatu pesta beberapa waktu lalu dan aku yang mengetahuinya benar-benar merasa kasihan pada perempuan itu.
Benar saja, perempuan itu berakhir mati mengenaskan dengan tersangkut di sebuah eskalator dan rambutnya menyelip ke sela-sela eskalator dan dia benar-benar mati mengenaskan dan wajahnya serta kepalanya hancur terkena undakan eskalator.
Aku pun memutuskan untuk mandi sambil me time dan berbincang dengan anakku yang masih dalam kandungan "nak, mama kok pengen pijet ya kayak relaksasi atau yang alat pijet di kursi gitu" ujarku sambil menggosok scrub ke lengan dan ketiak ku.
Aku merasakan pergerakan dalam kandunganku dan aku tersenyum "nanti kita kasih tahu ayah ya kan duit ayah lebih banyak dari pada mama jadi mungkin ayah lagi berbaik hati mau beliin atau mijetin mama ya" ujarku dan aku terkekeh sendiri mendengar perkataanku.
Dukk...dukk..dukk
"Kamu masih lama mandinya?" Tanya devan setelah dia mengetuk atau lebih tepatnya menggedor-gedor pintu kamar mandi dan aku yang sedang memijat kepalaku yang aku pakai hair mask pun menghela nafas kesal "masih" teriak ku dari dalam dan tidak terdengar balasan apa pun dan aku menunduk menatap perutku yang membuncit.
"Ayah nyebelin ya, pengen getok tapi takut tapi gak di ketok kesel banget mama" ujarku
Setelah puas me time aku pun memakai dress berbahan kaos berwarna abu-abu yang membentuk tubuhku, lalu aku menyisir rambutku yang sudah kering dan memakai pelembab muka, oh rambutku begitu bagus dan cantik sekali.
Aku pun keluar kamar dan pergi ke dapur dan aku lihat ada kepala pelayan yang sedang mengelap meja dapur "ada yang bisa di bantu,nyonya?" Tanya kepala pelayan dan aku menatap isi dapur "aku ingin jus,pijat,susu dan semangka" ujarku sambil mempoutkan bibirku dan kepala pelayan tersenyum dan dia mempersilahkanku untuk duduk lebih dulu dan aku duduk di kursi bar yang mengarah ke dapur.
Sajian pertama adalah potongan buah semangka segar dan aku menikmatinya meski banyak yang berkata semangka buruk untuk kehamilan dan menyebabkan keguguran tapi entahlah tidak ada penjelasan ilmiah atau studi medis terkait hal itu dan aku lebih percaya medis ketimbang omongan orang atau istilah kata pamali.
Sepiring semangka sudah habis dan aku menghela nafas dan mengusap perutku "kamu laperan ya,nak? Mirip mama dong soalnya mama juga suka makan-makan dan berakhir gendut hingga gak ada celana jeans yang muat dan cuma bisa pakai kulot atau rok yang udah paling nyaman" ujarku pada anakku dan dia bergerak cukup aktif di dalam perutku.
Tak jarang aku kesulitan tidur karena dia yang begitu aktif dan sepertinya dia cukup pemarah mengingat betapa kerasnya dia menendang dan memukul perutku dari dalam, ketahuan banget turunan dari siapa.
Sajian kedua adalah susu kehamilanku dan perutku terasa mulai penuh namun aku masih bisa makan "aku ingin roti atau kue-kue sepertinya enak makan yang manis-manis" ujarku dan kepala pelayan memberikanku setoples penuh berisi kue-kue vegan milik devan dan aku memakannya sambil duduk di lantai karena di tengah musim panas seperti ini dan di tambah kehamilanku oh rasanya begitu gerah dan membuatku berkeringat sepanjang hari.
"AIRA" teriak devan dari kejauhan dan sepertinya sedari tadi dia tengah mencariku dan aku yang terhalangi oleh pilar rumah memiringkan kepalaku agar bisa melihat devan "apaan? Jangan berisik" ujar kesal dan devan yang melihatku langsung menghampiriku.
"Dokter datang untuk memeriksamu tapi kamu gak ada di kamar" ujar devan sambil berkecak pinggang dan aku menutup toples kue dan memberikannya pada devan "pegangin jangan di makan" ujarku dan aku keluar dari area dapur dan aku melihat dokter tengah duduk di sofa ruang tengah "maaf membuatmu menunggu lama"ujarku sambil duduk dan dokter langsung bersiap begitu mendengar suaraku.
"Tak apa nyonya, bagaimana harimu nyonya?" Tanya dokter sambil menyiapkan alat tensi "baik, ku rasa. Aku makan banyak hari ini dan berjalan lebih jauh dari pada biasanya dan anakku cukup aktif hari ini" ujarku dan dokter mengangguk dan mulai memeriksaku.